Pages

Monday, May 24, 2010

Taktik Jose Mourinho : Inter Milan vs Barcelona


“I don’t care you score one goal or more. The most important thing is winning the game. As simple as that,” kata Mourinho dengan pers Italia.

Mourinho menganut paham “yang penting menang”. 

Jose Mourinho selalu mampu membuktikan diri sebagai figur yang lebih bernilai dari pemain bintang di kesebelasan yang ia asuh. Mourinho juga mampu memperlakukan lapangan bola layaknya papan catur.

Duet Lucio dan Walter Samuel di jantung pertahanan sangat kuat dengan koordinasi duet Brasil-Argentina. Fokus Mourinho bukan hanya pertahanan belakang, tetapi lini tengah sebagai peredam awal serangan lawan dengan mengandalkan Esteban Cambiasso dan Thiago Motta, atau sesekali Dejan Stankovic yang aslinya adalah gelandang serang. 

Di lini tengah inilah, Mourinho menerapkan strategi pertahanan zona dan bukan man to man marking. Sehingga dua bek sayap Javier Zanetti dan Maicon yang justru lebih sering beroperasi di garis tengah.

Prinsip memenuhi sektor tengah dan menghambat serangan lawan di sana nampaknya menjadi trend baru taktik Mourinho.

Mourinho dikenal sebagai orang yang sangat rinci mempelajari kekuatan dan kelemahan lawan. Ia dengan jenial kemudian mampu menyiapkan tim untuk secara efektif meredam kekuatan lawan dan mengeksploitir kelemahan lawan secara maksimal. Itulah sebabnya Mourinho dianggap tidak pernah mempunyai pola permainan yang baku. Yang baku dari anak asuh Mourinho adalah kemampuan untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan permainan lawan.

Anak asuhnya dilatih sedemikian rupa seperti mesin yang mulus dan bergerak secara otomatis dan instingtif. Tidak ada sedetik pun jeda ketika pemain kebingungan dengan posisi ataupun tak tahu dengan tugas yang harus dilakukan.

--------------------------------------------------



Semifinal Leg 1 

Itu yang terjadi saat mengalahkan Barcelona kemarin. Lionel Messi dikunci sedemikian rupa. Xavi Hernandez dibuat tak bisa mengalirkan bola dengan nyaman. Akibatnya Zlatan Ibrahimovic sebagai penyerang tunggal di depan terisolasi. Mourinho memutus jaringan antara depan dan tengah. Messi dan Xavi bahkan harus turun ke bawah untuk mendapatkan bola, meski tetap macet untuk mengalirkannya ke depan.

Ini khas tim Spanyol. Para gelandang selalu “membiarkan” empat pemain bertahan menahan gempuran lawan sendirian. Saat melawan Inter, lini tengah Barca benar-benar “mati”. Menyerang tak bisa, bertahan pun lumpuh.

Ketika sudah berhasil mematikan daya ofensif Barcelona, renacana Mourinho untuk membangun kekuatan serangan menjadi lebih mudah. Sebenarnya ini sudah dirancang sejak putaran kedua musim ini. Masuknya Goran Pandev dan Wesley Sneijder membuat rencana Mourinho bisa berjalan sempurna.


Pandev ditempatkan melebar di kiri, Samuel Eto’o lebih ke kanan dan Milito di tengah. Sedangkan Sneijder dibiarkan menjadi hantu untuk bergerak bebas ke manapun. Itu sebabnya pemain Belanda ini bisa dengan bebas berdiri di sisi kiri pertahanan Barcelona untuk mencetak gol ke gawang Victor Valdes.

Bagaimana efektivitas serangan ini bekerja sebenarnya sudah terlihat saat Inter memukul Chelsea. Serangan bekas timnya itu dibuat macet di tengah sehingga Didier Drogba hanya kebanyakan berlari. Di putaran kedua musim ini, Mourinho benar-benar hanya mengandalkan empat pemain depan tersebut dalam membangun serangan.

Tak ada lagi Cambiasso yang sering beredar hingga kotak penalti lawan, padahal dulu dia punya mobilitas luas.

-----------------------------------------------------



Semifinal Leg 2

Inter dengan sengaja membiarkan Barcelona terus menerus memegang bola, tetapi pada saat bersamaan menutup gerak pemain-pemain tengah El Barca yang dikenal mampu melakukan umpan-umpan brilian; menutupnya kalau diperhatikan tidak dengan menempel terlalu ketat, kelonggaran yang terjaga.

Ada dua alasan mengapa Mourinho menginstruksikan pemainnya untuk mengawal dengan kelonggaran yang terjaga.  Pertama, kalau terlalu ketat permainan satu dua ataupun segitiga Barcelona yang dikenal hebat pasti akan dengan mudah melewati lini tengah Inter. Kedua, untuk memberi kesan kepada pemain Barcelona bahwa selalu ada lobang dalam pertahanan Inter. Namun setiap kali pemain Barcelona akan memanfaatkan lobang yang sepertinya tersedia itu, maka dengan cepat pemain belakang Inter akan menutupnya.

Sepanjang pertandingan Barcelona berkonsentrasi untuk terus-menerus memanfaatkan lobang pertahanan itu, tetapi berulangkali pula pemain defender Inter bereaksi sama cepatnya. Seperti kejar mengejar. Pemain Inter telah berminggu-minggu melatih hal itu. 

Bahkan ketika Thiago Motta terkena kartu merah, pemain Inter Milan tidak panik. Mereka sekadar menyesuaikan diri dan bekerja lebih keras lagi.



Inter bermain bertahan menyusul pengusiran terhadap Thiato Motta. Barca hanya bisa mencetak satu gol berbau offside lewat aksi Gerard Pique, tapi tidak cukup meloloskannya ke final.

Saat Zlatan Ibrahimovic ditarik keluar, Inter sedikit mengubah taktik dengan semakin menumpuk pemain di tengah dan memaksa Barcelona melakukan serangan dari sayap. Umpan-umpan tarik melambung dari sayap mudah dimentahkan oleh pemain belakang Inter karena ancaman dari udara hampir tidak ada lagi dengan telah ditariknya Ibrahimovic yang jangkung.

Yang menarik dari laga Barca-Inter adalah peran Esteban Cambiasso. Pemain asal Argentina itu, seolah mengisi seluruh ruang di lini tengah. Akibatnya, Barca selalu dipaksa mengirim umpan-umpan silang dari kedua sayap.

Bagi Inter umpan-umpan silang ke kotak penalti bukan sesuatu yang sulit diantisipasi.

-----------------------------------------------

Banyak yang mengecam Mourinho saat itu memainkan permainan negatif dan tidak indah. Kontras total dengan Barcelona. Tetapi banyak pula yang membela Mourinho dengan mengatakan apa yang ditampilkan anak asuh Mourinho adalah keindahan dalam bentuk yang berbeda. Membutuhkan imajinasi yang tak kalah rumit, mengundang risiko yang tak terhingga dan eksekusi dengan konsentrasi tingkat tinggi.

Mourinho sudah semakin matang sebagai ahli strategi. Bukan strategi yang cantik, tapi efektif. Demi kemenangan.


Sumber :
http://www.goal.com
http://sport.detik.com
http://sekadarblog.com
http://www.zonalmarking.net
http://www.dailymail.co.uk

Sunday, May 23, 2010

Inter Milan merengkuh Treble Winner

Tanggal 22 Mei dan 23 Mei 2010 adalah tanggal yang tidak akan dilupakan olehku dan tentunya oleh Interisti di seluruh dunia.

Saat itu adalah saat aku sekeluarga hijrah dari Surabaya menuju rumah Sidoarjo, sebelumnya aku meninggalkan pulau Batam (10 Februari 2010) dimana disanalah aku menjalankan karir selama 5 tahun sebagai praktisi Logistic.

Kembali ke tanggal 22 dan 23 Mei 2010. Tanggal inilah tanggal sejarah Inter Milan merengkuh Treble Winner. Istilah Treble Winner digunakan untuk suatu tim sepakbola yang dapat memenangi tiga trofi kompetisi dalam satu musim.



La Beneamata berhasil meraih gelar Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions dalam satu musim. Sepasang gol Diego Milito di final Liga Champions membuat Inter menaklukkan Bayern Munich 2-0. Hingga kini, Inter tercatat sebagai satu-satunya tim Italia yang meraih treble.

Dimana saat itu peralatan rumah tangga yang pertama aku beli adalah ANTENA TV. Tujuannya adalah nanti malam menjelang dini hari ada pertandingan Super Bigmatch Final Liga Champion antara Inter Milan melawan Muenchen.


Inter Milan yang diasuh oleh Jose Mourinho berhasil mencapai prestasi fenomenal ini. Sebelumnya di semifinal Inter Milan mampu menkandaskan perjalanan tim kuat Barcelona.

Berikut adalah 12 langkah Inter menjadi juara Liga Champions Musim 2009/2010


FASE GRUP
Inter Milan masuk ke Grup F bersama Barcelona, Rubin Kazan dan Dynamo Kyiv.

1. 17 September 2009, Inter 0-0 Barcelona
Seperti yang sudah diperkirakan, laga pembuka Grup F Liga Champions antara Inter Milan dan Barcelona di San Siro, Milan berlangsung ketat dan menarik. Namun kedua tim gagal memanfaatkan peluang untuk menundukkan lawannya dan kedudukan pun berakhir imbang tanpa gol.

2. 30 September 2009, Rubin Kazan 1-1 Inter
Performa buruk Inter Milan kala tampil di ajang Liga Champions terus berlanjut. Menghadapi jawara Rusia yang menjalani debut Liga Champions, Rubin Kazan, Inter harus puas bermain imbang 1-1.

3. 21 Oktober 2009, Inter 2-2 Dynamo Kyiv
Juara Italia, Inter Milan kembali menunjukkan kalau performa mereka di pentas Eropa tidak sehebat di liga domestik. Bertanding di depan publik sendiri di San Siro, Inter dipaksa menelan hasil imbang 2-2 oleh Dynamo Kyiv.

4. 5 November 2009, Dynamo Kyiv 1-2 Inter
Inter Milan akhirnya berhasil mengakhiri paceklik kemenangan mereka di pentas Eropa setelah pada matchday 4 Kamis (5/11) dini hari menundukkan tuan rumah Dynamo Kyev 2-1.

5. 25 November 2009, Barcelona 2-0 Inter
Tanpa diperkuat Lionel Messi dan Zlatan Ibrahimovic, juara bertahan Barcelona mampu mengalahkan Inter Milan dengan skor 2-0 sekaligus naik ke puncak klasemen Grup F pada matchday kelima Liga Champions di Camp Nou, Rabu (25/11) dini hari.

6. 10 Desember 2009, Inter 2-0 Rubin Kazan
Bayang-bayang gagal lolos ke fase knockout Liga Champions mampu ditepis Inter Milan setelah juara bertahan Serie A itu meraih kemenangan penting atas Rubin Kazan dengan skor 2-0 pada matchday terakhir penyisihan Grup F Liga Champions, Kamis (10/12) dini hari.

BABAK 16 BESAR
Sebagai runner-up grup F, Inter mendapat undian untuk bertemu dengan pemuncak klasemen grup D yaitu Chelsea. Pertemuan ini seakan menjadi ajang reuni bagi Mourinho yang telah melatih Chelsea dari tahun 2004-2007. Inter lolos dengan agregat 3-1.

7. 25 Februari 2010, Inter 2-1 Chelsea
Inter Milan meraih kemenangan krusial saat membungkam Chelsea 2-1 dalam laga leg pertama babak 16 besar Liga Champions di Stadion San Siro, Milan hari Kamis (25/2) dini hari.

8. 17 Maret 2010, Chelsea 0-1 Inter
Gol tunggal Samuel Eto'o sudah cukup bagi Inter Milan untuk memastikan tiket ke perempat final kala menaklukkan Chelsea 1-0 di Stamford Bridge dalam partai leg kedua 16 besar Liga champions, Rabu (17/3) dini hari.

PEREMPAT FINAL
Dalam babak 8 besar ini Inter bertemu dengan wakil Rusia, CSKA Moscow, yang secara mengejutkan telah menyingkirkan wakil Spanyol, Sevilla. Inter lolos dengan agregat 2-0.

9. 1 April 2010, Inter 1-0 CSKA Moscow
Gol tunggal Diego Milito menjadi penentu kemenangan jawara Italia, Inter Milan atas tamunya CSKA Moscow dalam laga leg pertama perempat final Liga Champions di Stadion San Siro, Kamis (1/4) dini hari.

10. 6 April 2010, CSKA Moscow 0-1 Inter
Gol cepat Wesley Sneijder di awal babak pertama mengantarkan timnya, Inter Milan melaju ke semifinal setelah mengalahkan tuan rumah CSKA Moscow dengan skor 1-0 di leg kedua perempat final Liga Champions di Luzhniki Stadium, Selasa (6/4) malam.

SEMIFINAL
Inter kembali bertemu dengan saingan beratnya di babak awal Liga Champions, Barcelona. Di mana mereka sama-sama tergabung dalam grup F. Inter mencoba membalikkan hasil imbang dan kalah lawan Barcelona yang lolos ke semifinal setelah melewati hadangan Arsenal. Inter lolos dengan agregat 3-2.



11. 21 April 2010, Inter 3-1 Barcelona
Langkah Barcelona untuk mempertahankan gelar juara Liga Champions nampaknya bakal semakin berat. Hal ini menyusul kekalahan yang diderita tim asal Catalan tersebut kala melawat ke kandang Inter Milan, Rabu (21/04) dini hari dengan skor telak, 1-3.

Saat itu memang Barcelona adalah favorit dengan sang pelatih yang jenius. Tapi Josep Guardiola bukanlah satu-satunya pelatih hebat yang berada dalam bayang-bayang Jose Mourinho. 

Barcelona tampak seperti dewa saat menghadapi lawan-lawan sebelumnya, tetapi saat melawan Inter mereka kembali menjadi manusia biasa.

Perbedaan utamanya adalah bahwa Mourinho tidak mencoba untuk menantang Barcelona dengan bakat pemain namun dengan kerja sama tim yang solid. Meskipun bermain di kandang sendiri para pemain Inter Milan rela membuka wilayah, yang memungkinkan pasukan Barcelona lewat di depan mereka, tetapi, dengan disiplin dan rapatnya pertahanan, membuat Xavi dan Messi agak kesulitan untuk menembus mereka.

Keputusan Mourinho untuk menurunkan dua pemain jangkar di lini tengah, Cambiasso dan Motta di depan empat pemain bertahan sangat tepat untuk menutup ruang pergerakan bagi Messi dan Xavi saat membangun serangan. Sedangkan Maicon yang bertugas di sebelah kanan dimanfaatkan untuk mencuri kelengahan Maxwell yang sering maju untuk membantu serangan Barcelona. 

Pergerakannya dari kanan belakang ke depan sangat efektif dan terbukti dengan mencetak 1 gol bagi Inter Milan. Javier Zanetti di sebelah kiri jarang sekali berani maju untuk mengantisipasi pergerakan Dani Alves yang lebih cepat darinya. Pada bagian depan, Samuel Eto'o dan Goran Pandev diletakkan sebagai penyerang sayap untuk memecah konsentrasi pemain bertahan Barcelona dan memberi ruang bagi Milito di tengah.

Skema bertahan dijalankan Inter Milan di babak pertama dan hasilnya sebuah gol yang dicetak oleh Pedro memberikan keunggulan bagi Barcelona. Beruntung Inter bisa menyamakan kedudukan lewat gol Wesley Sneijder. Setelah turun minum, Inter Milan dengan hati-hati mulai keluar dari taktik bertahan, mereka lebih berani untuk bermain menekan Barcelona. 

Dihadapkan dengan permainan Inter yang melakukan pressing ketat Barcelona menjadi tampil kurang meyakinkan dari biasanya. Mereka masih mendominasi pergerakan bola tetapi sulit untuk menerapkan permainan cantik yang mematikan. Perubahan taktik Inter berbuah manis, 2 buah gol mampu memberi pekerjaan rumah tambahan untuk Barcelona saat kembali ke Nou Camp.

Kondisi alam juga sedikit menguntungkan Inter. Larangan penerbangan mengharuskan Barcelona menghadapi perjalanan darat menggunakan bus sejauh 450 mil ke Italia dan pada waktu tiba di Giuseppe Meazza mereka butuh waktu untuk kembali meluruskan kaki. Barcelona kehilangan ketajamannya dan ketika Inter menaikkan tempo permainan, 14 jam perjalanan darat jarak jauh mulai terlihat pengaruhnya.

Stadion Giuseppe Meazza rupanya juga memberi andil bagi kemenangan Inter Milan. Guardiola mengeluhkan kondisi lapangan Inter Milan yang rumputnya agak panjang dan kering. Permainan bola pendek dengan passing-passing cepat yang menjadi ciri khas permainan Barcelona selama ini menjadi sulit dilakukan pada permukaan lapangan yang seperti itu.

Wesley Sneijder, Diego Milito, Eto'o, Walter Samuel and Esteban Cambiasso adalah tumbal dari kemenangan Inter Milan. Dan Inter Milan harus berjuang menghadapi semua itu untuk menjadi yang terbaik.



12. 29 April 2010, Barcelona 1-0 Inter
Ironis. Tampil menyerang sepanjang 90 menit, bahkan unggul dengan skor 1-0, Barcelona justru gagal mempertahankan gelar jawara Liga Champions mereka. Los Blaugrana harus tersingkir setelah kalah agregat gol dari tamu mereka, Inter Milan, dalam pertandingan leg kedua, Kamis (29/04).

Kamis 29 April 2010, menjadi awal baru bagi Inter Milan dengan berhasil lolos ke babak final Liga Champions musim 2009/2010 setelah menyingkirkan Barcelona dengan keunggulan agregat 3-2. 

Lolosnya Inter ke babak final banyak mengejutkan banyak pihak. Berbagai alasan mendasari keraguan itu. Pertama karena lawan mereka di semifinal adalah Barcelona, yang merupakan juara bertahan dan dianggap sebagai tim terbaik di dunia saat ini karena keberhasilan mereka mendapatkan 6 gelar di tahun lalu di mana berarti menjadi juara di semua kompetisi yang mereka ikuti. Tidak heran begitu musim Liga Champions dimulai, Barcelona langsung menjadi unggulan teratas untuk menjadi juara di musim ini.

Di leg kedua, di saat pemain Barcelona begitu penuh keyakinan bisa membalikkan keadaan dengan menang minimal 2-0, pemain Inter dengan begitu tenang dan rapi membentuk pertahanan kokoh yang sangat sulit ditembus oleh semua pemain Barcelona termasuk Lionel Messi yang selama ini menjadi momok bagi semua pertahanan klub yang dihadapinya.


Kunci dari semua keberhasilan itu tentunya adalah taktik jitu seorang Jose Mourinho yang begitu cerdik menyesuaikan strateginya dengan setiap klub yang akan dihadapi. Meskipun sukses perjalanan Inter ke babak final ini tidak bisa dibilang mulus. Beberapa kali mereka sempat tersandung tetapi dengan penuh kegigihan, mereka bisa menuju ke babak yang membuat peluang mereka untuk merebut trofi yang paling diinginkan oleh semua klub di Eropa ini menjadi terbuka lebar.


Final : Inter Milan 2 - 0 Muenchen

Inter Milan akhirnya keluar sebagai juara Liga Champions musim 2009-2010, setelah menghempaskan Bayern Munich dengan skor 2-0 di Santiago Bernabeu (23/05), sekaligus menjadikan mereka pemenang dari 'a Final Battle for the Treble' ini.

Dalam formasi awal Inter, Javier Zanetti sang kapten justru ditempatkan sebagai gelandang bertahan menemani rekan senegaranya Esteban Cambiaso, sementara Munich hanya memasang Ivica Olic sebagai striker tunggal. Awal-awal babak justru Inter yang memegang kendali, Munich tertekan dan bola terus dikuasai Inter.

Peluang pertama milik Inter saat Sneijder mendapatkan tendangan bebas di sisi kiri pertahanan Munich, namun umpan ke dalam kotaknya masih di tepis dengan keras oleh Jorge Butt.

Baru di menit ke-9 giliran Munich mendapatkan peluang diawali serangan cepat Arjen Robben dari sayap kanan, ia melepaskan umpan silang mendatar ke dalam kotak penalti, dengan cepat bola disambar Olic namun tembakannya masih menyamping dari gawang Julio Cesar.

Menit ke-17 kembali giliran Inter mendapatkan peluang matang, Pandev yang dijatuhkan di depan kotak penalti Munich, berbuah tendangan bebas bagi Inter, eksekusi yang diambil Sneijder begitu keras meski jarak amat jauh, bola tepat mengarah ke gawang beruntung kembali Butt mampu mentip bola tersebut untuk dimentahkan.

Martin Demichelis menjadi pemain pertama yang mendapatkan kartu kuning setelah ia mengganjal Diego Milito dari belakang, agak aneh melihat justru Munich yang cenderung tampil kasar di babak pertama ini, tendangan bebas yang diambil oleh Sneijder masih dapat diamankan tepat di pelukan kiper Butt.

Selang beberapa saat kemudian giliran pemain Inter mendapatkan kartu kuning, setelah Chivu mencoba menghentikan laju Robben dengan sedikit menarik kaos sang pemain sayap asal Belanda tersebut.

Gol yang dinanti dalam partai puncak ini akhirnya tiba juga di menit ke-35, tendangan dari belakang yang dilepas kiper Julio Cesar langsung menemui Diego Milito dengan sedikit sundulannya ia mengumpankan pada Sneijder, lalu playmaker tersebut segera mengembalikannya pada Milito, dengan sedikit kontrol sontekannya menembus jala gawang wakil Jerman tersebut, 1-0 Inter memimpin.

Inter nyaris mampu menambah keunggulan kali ini melalui skema serangan balik, dari sisi kiri umpan satu dua antara Sneijder dan Milito, berbuah satu peluang bagi Sneijder yang tinggal menyelesaikan umpan matang Milito, namun sayangnya bola tepat mengarah ke kiper dan bola pun mental.

Tambahan waktu 1 menit di babak pertama tak berarti banyak, Munich yang unggul penguasaan bola harus menerima kalah unggul dari segi skor, babak pertama ditutup untuk keunggulan dari wakil Italia, 1-0.

Babak kedua dibuka dengan kick off yang diambil Munich, langsung saja mereka membangun serangan dan hampir menyamakan kedudukan, pertahanan Inter yang nampak belum siap nyaris kebobolan beruntung Julio Cesar dengan sigap mampu mementahkan sepakan pemain Munich, namun selang tidak lama kemudian balik Inter yang membalas.

Dari serangan balik Pandev hampir membobol gawang Munich, namun upayanya mampu diselamatkan secara heroik oleh Butt yang terbang dan menepis bola. Namun setelah itu Munich kembali terus mendominasi laga terhitung cukup banyak peluang mereka terbuang, kebanyakan mentok membentur kokohnya pertahanan yang digalang Inter.

Salah satu yang mencolok adalah sepakan melengkung Robben yang mampu ditepis oleh Julio Cesar dengan penyelamatannya yang istimewa, Klose masuk menggantikan Altintop di pertengahan babak untuk Munich, sementara Inter memasukkan Stankovic menggantikan Chivu.

Inter harus benar-benar berterima kasih kepada Diego Milito, pada menit 70 serangan bali Inter kembali berbuah hasil, bola sodoran Eto'o dikuasai Milito, dihadang dua pemain dengan tenang ia menipu Van Buyten dan mengarahkan bola ke pojok dengan menyilang, membobol gawang Munich untuk kali kedua, 2-0 Nerazzurri memimpin.

Munich tak patah arang terus-terusan mereka menggempur lini belakang Inter, meski tak kunjung menemui hasil, sadar unggul gol membuat Mourinho menarik Pandev dan memasukkan pemain gelandang berkarakter defensif, Muntari guna mengamankan skor.


Hingga menit 90 plus tambahan waktu selama 3 menit skor tetap di angka 2-0, menjadikan Inter juara Liga Champions musim ini sekaligus membuat mereka menjadi treble winners, pesta di Bernabue pun menjadi milik Jose Mourinho beserta pasukannya, Selamat Inter!    


Sumber :
http://bola.viva.co.id