Pages

Wednesday, April 30, 2025

Thunderbolts*

Thunderbolts* adalah kisah tentang sekelompok individu berkekuatan luar biasa yang telah lama berdiri di bayang-bayang para pahlawan utama. Mereka bukan simbol harapan atau kebajikan, melainkan figur-figur yang pernah gagal, ditolak, bahkan dicap berbahaya. 

Film ini menyuguhkan perjalanan penuh luka dari para "antihero" seperti Yelena Belova, Bucky Barnes, Red Guardian, John Walker, Ghost, dan Taskmaster, yang dipertemukan bukan karena persamaan tujuan mulia, melainkan oleh misi pemerintah yang tak bisa diberikan kepada siapa pun selain mereka.

Dibalut konflik batin dan masa lalu yang menghantui, Thunderbolts* menampilkan sisi manusiawi para tokoh yang kerap dipandang sebelah mata. Mereka dipaksa bekerja sama, meski saling tidak percaya, dalam misi yang perlahan mengungkap konspirasi besar dan mempertemukan mereka kembali dengan sisi terdalam diri mereka yang telah lama hilang. 

Di tengah keretakan, muncul secercah harapan—bahwa meski rusak, mereka tetap bisa memiliki tujuan. Bahwa bahkan orang-orang yang pernah jatuh pun masih bisa memilih untuk berdiri dan bertarung untuk sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri.

Film ini terjadi saat direktur CIA Valentina Allegra de Fontaine menghadapi pemakzulan atas serangkaian operasi ilegal, ia mengirim Yelena Belova, John Walker, Ghost, dan Taskmaster ke fasilitas rahasia dengan kedok sebuah misi. Sesampainya di sana, para agen saling berhadapan dalam konfrontasi mematikan di mana Ghost membunuh Taskmaster, dan seorang pria misterius bernama Bob tiba-tiba muncul.

Setelah mengetahui bahwa mereka dikirim oleh de Fontaine untuk dibakar bersama dengan bukti-bukti pelanggarannya, mereka berhasil melarikan diri dari jebakan itu. Bob mengalihkan perhatian pasukan de Fontaine, menarik tembakan mereka tanpa mengalami cedera, yang memungkinkan Belova, Walker, dan Ghost melarikan diri. Bob kemudian terbang ke udara sebelum mendarat darurat di kompleks itu. Sementara itu, Alexei Shostakov, yang telah mendengar rincian rencana de Fontaine saat bekerja sebagai sopir lepas, menyelamatkan Belova, Walker, dan Ghost. Terinspirasi oleh tim sepak bola masa kecil Belova, Shostakov menjuluki kelompok itu "Thunderbolts".

Thunderbolts dikejar oleh agen de Fontaine sebelum akhirnya ditangkap oleh Bucky Barnes, yang bermaksud agar mereka bersaksi dalam proses pemakzulan. Setelah mengetahui bahwa Bob adalah subjek dari salah satu eksperimen rahasia de Fontaine, Barnes bergabung dengan kelompok tersebut. Bersama-sama, mereka menyusup ke bekas Menara Avengers di New York City, yang sekarang berganti nama menjadi "Menara Pengawas".

Thunderbolts menemukan bahwa de Fontaine telah mengubah Bob menjadi manusia super yang sangat kuat yang dikenal sebagai Sentry, yang dengan mudah mengalahkan tim dan memaksa mereka untuk mundur. Saat Sentry mengembangkan delusi superioritas seperti dewa atas Avengers, ia menyerang de Fontaine. Namun, asistennya, Mel, melumpuhkannya dengan tombol pemutus yang aman. Hal ini memicu munculnya alter ego Sentry yang merusak, Void, yang mulai mengubah semua orang di sekitarnya menjadi bayangan dan menelan New York City dalam kegelapan supernatural.

Menyadari bahwa satu-satunya harapan terletak di dalam pikiran Bob, Belova memasuki dimensi bayangan untuk mencapai kesadarannya. Menghadapi kenangan menyakitkan dan trauma masa lalu, ia akhirnya menemukan Bob, tersesat dan dikonsumsi oleh ketakutannya sendiri. Rekan satu timnya segera bergabung dengannya, dan bersama-sama mereka melakukan perjalanan kembali ke eksperimen awal Bob. Di sana, mereka menghadapi Void, yang melumpuhkan mereka. Saat pergumulan mengancam untuk sepenuhnya memakan Bob, tim campur tangan, mengingatkannya bahwa ia tidak sendirian. Tindakan solidaritas ini memungkinkan Bob untuk mengatasi Void, memulihkan cahaya dan kenormalan ke kota.

Dengan ancaman yang dinetralkan, Thunderbolts bersiap untuk menangkap de Fontaine. Namun, ia memanipulasi persepsi publik dengan menggelar konferensi pers di mana ia mengubah citra mereka menjadi New Avengers. Dalam adegan pasca-kredit, New Avengers dan Bob menerima sinyal marabahaya dari luar angkasa. Rekaman satelit mengungkapkan sebuah pesawat ruang angkasa besar dengan angka raksasa "4".

Tuesday, April 29, 2025

Keluarga Bukan Sesuatu yang Sempurna, Tapi Sesuatu yang Layak Diperjuangkan

Keluarga adalah tempat pertama kita mengenal dunia. Ia bukan hanya tentang hubungan darah, tetapi tentang ikatan yang dibentuk oleh kasih sayang, kesetiaan, pengorbanan, dan keberanian untuk tetap bertahan di tengah badai kehidupan. Namun, satu hal yang perlu kita pahami sejak awal: keluarga tidak pernah sempurna.

Banyak orang tumbuh dengan luka dari rumahnya sendiri. Ada yang dibesarkan dalam ketidakhadiran, ada yang hidup dalam suara-suara keras penuh konflik, dan ada pula yang merasa asing meski hidup serumah. Realita ini mengajarkan bahwa keluarga, sama seperti manusia yang membentuknya, memiliki kekurangan, kesalahan, dan masa lalu yang kadang sulit dimengerti.

Tetapi justru di sanalah nilai keluarga berada—bukan dalam kesempurnaan, tetapi dalam perjuangan untuk tetap utuh, untuk tetap saling menguatkan meski berbeda jalan pikiran, dan untuk tetap saling pulang meski banyak hal terasa tidak ideal.

Keluarga bukan tempat yang selalu menyenangkan. Kadang, kita harus bersabar dengan sifat ayah yang keras, menerima cara ibu menunjukkan cinta yang tak selalu lembut, atau mencoba memahami saudara yang tidak selalu sepaham. Namun, di balik semua itu, mereka adalah orang-orang pertama yang akan berdiri di belakang kita saat dunia berbalik arah. Mungkin mereka tidak selalu pandai menunjukkan cinta, tapi mereka akan selalu jadi yang pertama menawarkan bahu saat kita ingin bersandar.

Memperjuangkan keluarga berarti menerima bahwa tidak semua hal akan berjalan sesuai harapan. Ada luka yang perlu dimaafkan, ada jarak yang perlu dijembatani, dan ada ego yang harus ditundukkan. Ini bukan tentang menjadi malaikat bagi satu sama lain, tapi tentang menjadi cukup manusia untuk bisa saling memaafkan dan memahami.

Terkadang, kita perlu menjadi orang yang memulai. Mungkin dengan menelepon lebih dulu, minta maaf lebih dulu, atau sekadar hadir lebih dulu dalam keheningan yang canggung. Bukan karena kita lemah, tapi karena kita sadar: keluarga adalah rumah yang terlalu berharga untuk dibiarkan retak oleh kesombongan.

Kita tidak bisa memilih dari keluarga mana kita lahir. Tapi kita bisa memilih untuk menjadikan keluarga kita tempat yang lebih baik, lebih hangat, dan lebih manusiawi. Tempat yang mungkin tidak sempurna, tapi bisa jadi alasan kita untuk pulang dan berjuang.

Pada akhirnya, bukan kesempurnaan yang membuat sebuah keluarga berharga. Melainkan keinginan tulus untuk tetap saling mencintai, meski dengan segala ketidaksempurnaan yang ada. Karena yang terbaik dalam hidup ini jarang datang dalam wujud yang sempurna. Dan keluarga, adalah salah satu bukti nyata dari hal itu.