Pages

Wednesday, September 24, 2025

Slowsistency

Menarik banget belajar konsistensi bersama Saykoji. Dimana kita bisa menyimak di akun youtube.com/@TirtaPengPengPeng milik dokter Tirta. Dalam video tersebut diceritakan kisah sukses Saykoji yang berhasil menurunkan berat tubuh dari 150 kg hingga sekarang bisa mencapai 90 kg.

Slowsistency bisa kita terapkan pada diri kita misalnya dalam berlari, mulai dari lari pelan, lari 5K, lari 10K hingga lari 21K. Atau juga bisa kita terapkan pada menulis buku, mulai dari 1 kalimat, kemudian 1 paragraf, 1 cerita hingga menjadi 1 buku. 

Ini dinamakan slowsistency — sebuah konsep tentang konsistensi meski langkah yang diambil terasa pelan.

Slowsistency bukanlah soal siapa yang paling cepat mencapai garis akhir, melainkan tentang siapa yang tetap berjalan tanpa berhenti. Seperti tetes air yang perlahan mengikis batu, kekuatan sesungguhnya bukan pada derasnya, melainkan pada ketekunan yang terus-menerus. 

Banyak orang gagal bukan karena tidak mampu, melainkan karena berhenti di tengah jalan ketika merasa langkahnya terlalu lambat untuk dihargai.

Kita bisa belajar dari alam. 

Pohon yang tinggi menjulang tidak tumbuh dalam semalam. Ia memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menumbuhkan akar yang kokoh sebelum batangnya mampu berdiri tegak. Demikian pula dengan hidup kita: ketekunan kecil, dilakukan terus-menerus, pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang besar.

Slowsistency juga mengajarkan kesabaran. 

Bahwa setiap orang punya waktunya masing-masing, dan proses yang pelan bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda bahwa kita benar-benar sedang membangun dasar yang kuat. Konsistensi yang perlahan tapi stabil justru lebih tahan lama dibandingkan percepatan sesaat yang mudah padam.

Dalam karier, hubungan, kesehatan, maupun mimpi pribadi, slowsistency memberi kita keyakinan bahwa setiap langkah kecil tetap berarti. Menulis satu halaman sehari, berlari sepuluh menit setiap pagi, menabung sedikit demi sedikit — semua itu mungkin terlihat kecil, tetapi jika dilakukan konsisten, hasilnya bisa mengubah hidup.

Pada akhirnya, slowsistency adalah tentang menghargai perjalanan, bukan sekadar tujuan. Hidup bukanlah perlombaan sprint, melainkan maraton panjang di mana yang terpenting adalah kita tidak berhenti melangkah. 

Karena dalam konsistensi, meski pelan, kita sedang membangun sesuatu yang bernilai abadi.

Saturday, September 20, 2025

Tetirah

Dalam kehidupan yang kian padat dengan tuntutan, sering kali manusia terjebak dalam arus kesibukan yang tak berujung. Pekerjaan, target, kewajiban sosial, bahkan tekanan dari diri sendiri membuat langkah terasa berat, pikiran penuh sesak, dan hati kian lelah. 

Di titik inilah, tetirah—sebuah kata Jawa yang berarti berhenti sejenak untuk beristirahat dan memulihkan diri—menjadi relevan dan penting. 

Tetirah bukan sekadar liburan, melainkan sebuah jeda yang disadari, di mana seseorang sengaja melepaskan diri dari rutinitas harian, kembali pada keheningan, dan menyelami ulang makna hidup. Dalam tetirah, jiwa yang penat diberi ruang untuk bernapas, tubuh yang lelah diberi kesempatan untuk pulih, dan pikiran yang kusut diluruskan dengan keheningan. 

Saat seseorang melakukan tetirah, ia sesungguhnya sedang merawat dirinya sendiri, seperti seorang petani yang memberi waktu bagi tanah untuk kembali subur setelah lelah ditanami. Dari tetirah, lahirlah energi baru, kejernihan pikiran, dan semangat untuk kembali menempuh perjalanan. 

Manusia bukan mesin yang bisa bekerja tanpa henti. Ia adalah makhluk dengan hati, rasa, dan batin yang juga membutuhkan kehangatan jeda. Dan dalam jeda itulah, kita menemukan kembali siapa diri kita sebenarnya.

Dalam jeda, kita menemukan kesadaran bahwa hidup bukan semata tentang mengejar, tetapi juga tentang merasakan; bukan hanya tentang berlari, tetapi juga tentang berhenti dengan penuh makna. Kesadaran itu tumbuh ketika kita memahami bahwa diri ini bukan ditentukan oleh pencapaian semata, melainkan oleh sejauh mana kita mengenali diri kita sendiri. 

Dari jeda lahirlah pengertian, dari pengertian lahirlah penerimaan, dan dari penerimaan itulah tumbuh keberanian untuk melangkah kembali dengan tenang. Maka, jeda bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang halus—sebuah momen ketika manusia menemukan kembali siapa dirinya sebenarnya, dan itulah inti dari kesadaran sejati.

Friday, September 12, 2025

Backup Data Berkala

Sejak kejadian Baterai Laptop Drop tahun lalu, tepatnya mulai Mei 2024, performa laptop menurun parah. Memang baterai merupakan komponen vital dalam sebuah laptop karena menentukan mobilitas dan kenyamanan pengguna. 

Jika baterai drop, sehingga laptop tidak bisa menyimpan daya dengan optimal, atau bahkan mati mendadak meskipun indikator masih menunjukkan sisa persentase tertentu. 

Sebelumnya, selain usia, penyebab utama baterai drop adalah karena kebiasaan penggunaan seperti terlalu sering mengisi daya hingga 100% sambil tetap digunakan, membiarkan laptop overheat, membiarkan baterai benar-benar habis sampai 0%, dan juga menggunakan laptop pada suhu ruangan yang terlalu panas.

Baterai pun menggelembung yang kemudian merusak casing laptop dan membahayakan komponen internal lainnya. 

Solusi hanya ada 2, yaitu mengganti baterai dengan yang baru, atau sekalian aja mengganti laptop dengan yang baru.

Sebelum laptop yang kamu gunakan tidak bisa menyala selamanya, maka rutin-rutinlah mem-backup data, misalnya seminggu sekali waktu weekend.