Pages

Tuesday, January 20, 2015

Mengapa Pembalap MotoGP Memiringkan Motor saat Belok di Tikungan

Suatu sore saat liburan weekend, Rafa - anakku yang pertama, bertanya mengapa sepeda motor yang sedang balapan cara beloknya kok pakai memiringkan sepeda motor segala, kok tidak cukup dengan membelokkan setir saja seperti jika naik sepeda engkol?

Ternyata dia sedang asyik bermain game balapan sepeda motor di tablet, dan mengamati gaya balapan dan cara belok sepeda motor yang ada di game tersebut.

Sebenarnya pertanyaannya merupakan hal yang simple dan sederhana, namun dijelaskan asal-asalan pasti dia tidak puas. Dan lagi aku harus menjelaskan secara ilmiah namun dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh anak usia 6 tahun.

Dan hal ini juga pernah dibahas dalam pelajaran fisika waktu kita duduk di bangku SMP, untuk itu kita termasuk saya, harus belajar lagi. Dan inilah hasil penelurusan berdasarkan teori fisika ilmiah.


Lingkaran, Gaya Sentripetal dan Tikungan

Setiap tikungan itu bisa dianggap sebagai gerak melingkar. Untuk tikungan yang tajam, jari-jari lingkarannya kecil. Sementara untuk tikungan yang nggak tajam, jari-jari lingkarannya besar.

Benda yang bergerak melalui lintasan melingkar (tikungan), secara alami akan mengalami gaya sentripetal yang arahnya menuju ke pusat lingkaran (lengkungan). Untuk mengimbangi gaya ini biasanya jalan yang menikung dibuat sedikit memiliki kemiringan agar benda dapat bergerak di tikungan dengan kecepatan maksimum tanpa selip.

Gaya sentripetal adalah gaya yang membuat benda untuk bergerak melingkar. Gaya ini bukan merupakan gaya fisis, atau bukan gaya dalam arti sebenarnya, melainkan hanya suatu penamaan atau penggolongan jenis-jenis gaya yang berfungsi membuat benda bergerak melingkar. Bermacam-macam gaya fisis dapat digunakan sebagai gaya sentripetal, antara lain gaya gravitasi, elektrostatik, tegangan tali, gesekan dan lainnya. Istilah sentripetal berasal dari kata bahasa Latin, yaitu centrum ("pusat") dan petere ("menuju arah"), yang berarti menuju arah pusat lingkaran.



Tikungan dan Pembalap

Semakin kencang laju motor, maka semakin besar sudut kemiringannya. Semakin kecil jari-jarinya lintasannya (atau semakin tajam tikungannya), semakin besar juga sudut kemiringannya.

Pada tikungan yang tajam, jika sudut kemiringannya ingin tetap kecil, maka laju motornya harus dikurangi. Namun tidak mungkin pembalap moto GP setiap akan menikung harus mengurangi kecepatan agar dapat melintasi tikungan dengan selamat. Untuk itulah para pembalap harus memiringkan badannya (beserta kendaraannya) semiring mungkin bahkan hampir sejajar bidang datar agar pembalap dapat melaju di tikungan dengan kecepatan maksimum tanpa selip.

Pembalap sepeda motor cukup hanya dengan memiringkan tubuh kita di jalan yang mendatar atau rata maka dengan sendirinya kendaraan akan membelok, ketika kita miring ke kanan maka kendaraan akan belok ke kanan dan sebaliknya. Ini sebagai akibat dari adanya gaya sentripetal.



Pembalap dan Sudut Kemiringan 

Sudut kemiringan sepeda motor saat menikung di balapan MotoGP bisa mencapai 63 - 64 derajat. Dengan sudut ini memungkinkan para pembalap untuk bisa melaju sekitar 150 km/jam pada tikungan berjari-jari 86m.





Namun suatu perkecualian bagi Mark Marquez merebahkan motornya jauh lebih miring, sehingga sikunya kerap menempel di aspal, sekitar 68 derajat. Dengan tingkat kemiringan yang ekstrem, bahkan hingga sikunya menyentuh aspal, Marquez bisa menciptakan sudut yang lebih sempit saat berbelok. Jurus siku di atas aspal itu pun bukan tanpa risiko. Sebab, melintas dengan kecepatan tinggi dengan kemiringan ekstrem bisa berakibat fatal: terseret motor hingga ke luar lintasan. Teknik ini pernah membuat Marquez terjatuh hingga sepuluh kali.

Pada umumnya pembalap akan menurunkan persneling sebelum melibas tikungan untuk mendapatkan efek engine break–pengereman dengan memanfaatkan kekuatan mesin. Gaya balapan Marquez yang nyeleneh itu bukan untuk gaya-gayaan. Teknik menikung dengan persneling tinggi membuat motor Marquez meluncur lebih cepat karena tak terjadi efek engine break. Dengan tehnik ini, putaran mesin tetap terjaga, sehingga Marquez bisa lebih cepat membetot gas setelah melibas tikungan–karena tak harus mengoper gigi lagi. Namun teknik ini bukan tanpa risiko. Sebab, sedikit saja oleng, Marquez bisa terseret bersama motornya ke luar lintasan. Ini sering terjadi di tikungan bersudut tajam.


Sumber :
http://id.wikipedia.org
https://www.zenius.net
http://lstefani.blogspot.com
http://www.tempo.co

No comments:

Post a Comment