Wednesday, July 30, 2025

Karena Sejak Saat Itu, Hidup Bukan Lagi Tentang Kita

Anak, Alasan Terbaik dan Dorongan Terkuat (the best reason & push for anything)

Dalam perjalanan hidup, banyak hal yang membuat kita melangkah lebih jauh, lebih keras, dan lebih kuat. Namun tidak ada dorongan yang sekuat kehadiran seorang anak. Anak adalah alasan terbaik dan dorongan terhebat untuk segala hal: bekerja lebih keras, berhemat lebih bijak, belajar lebih dalam, bahkan berdoa lebih khusyuk. Ketika menjadi orang tua, kita mulai menyadari bahwa keputusan-keputusan besar dalam hidup bukan lagi tentang diri kita semata. Bukan tentang ambisi pribadi, kenyamanan, atau pencapaian ego. Segala sesuatu berubah menjadi tentang bagaimana membangun masa depan yang lebih baik untuk mereka—tempat yang aman, dunia yang layak, dan warisan nilai yang kuat. Anak membuat kita sadar: hidup ini bukan soal kita, tapi soal bagaimana kita menjadi fondasi yang kokoh bagi tumbuh kembang mereka. Sebab cinta yang paling sejati tak selalu diucapkan, tapi diwujudkan dalam kerja keras dan pengorbanan yang tulus.

Ini Bukan Lagi Tentang Kita (it's never about us)

Ada satu momen dalam hidup yang mengubah segalanya. Bukan ketika kita mendapatkan pekerjaan pertama, bukan ketika meraih gelar, bahkan bukan ketika meraih kesuksesan yang selama ini diperjuangkan. Perubahan sejati justru datang ketika seorang anak hadir di dunia. 

Saat itu, dunia bergeser. Fokus hidup tak lagi berada pada diri sendiri, melainkan pada sosok kecil yang mengandalkan kita sepenuhnya. Sejak detik itu, hidup bukan lagi tentang “aku”, melainkan “kita”—lebih tepatnya, tentang “dia”, si kecil yang membuat kita menemukan alasan paling tulus untuk berjuang.

Anak adalah alasan terbaik untuk segala sesuatu. Alasan mengapa kita bangun lebih pagi, menempuh jarak lebih jauh, menahan lelah lebih lama, dan menelan amarah lebih sabar. Mereka adalah pengingat konstan bahwa setiap kerja keras yang kita lakukan bukan sekadar untuk membayar tagihan atau menambah angka di rekening bank. Tapi untuk memberi arti. Untuk menyediakan pijakan yang kokoh bagi langkah mereka di masa depan.

Kehadiran anak juga menjadi dorongan terbesar untuk bertumbuh. Banyak orang tua yang akhirnya belajar hal-hal baru karena ingin menjadi contoh yang baik. Ada yang mulai belajar mengelola keuangan dengan lebih bijak, memahami emosi dengan lebih dalam, atau bahkan mengejar pendidikan lagi karena ingin memberikan teladan. 

Tak sedikit pula yang akhirnya berani mengubah haluan karier, berwirausaha, atau menantang diri keluar dari zona nyaman karena dorongan untuk memberikan yang terbaik. Semua itu dilakukan dengan satu harapan sederhana: agar anaknya kelak bisa hidup lebih baik dan lebih bijak dari dirinya sendiri.

Menjadi orang tua juga berarti belajar melepaskan ego. Impian-impian pribadi yang dulu terasa penting bisa jadi tak lagi relevan, atau setidaknya harus ditunda. Keputusan besar seperti pindah kota, memilih pekerjaan, bahkan bersosialisasi, kini melibatkan pertimbangan tentang anak: apakah ini baik untuknya? Apakah dia akan tumbuh dengan bahagia dan aman di sana? Hidup menjadi penuh pertimbangan, namun juga penuh makna.

Dan yang paling menyentuh, anak mengajarkan kita bentuk cinta yang paling murni. Cinta yang tak banyak bicara, tapi penuh tindakan. Cinta yang tak menuntut balasan, tapi tetap setia memberi. Ketika kita bekerja keras meski tubuh lelah, saat kita memeluk mereka di malam hari tanpa tahu apakah mereka sadar, atau ketika kita menahan tangis di depan mereka agar tetap terlihat kuat—semua itu adalah bentuk cinta yang hanya bisa dipahami oleh hati yang pernah menjadi orang tua.

Jadi, bila suatu saat kita merasa lelah, goyah, atau ragu dengan pilihan hidup ini, ingatlah satu hal: kita sudah memiliki alasan terbaik untuk tetap melangkah. Anak bukan hanya amanah, tapi juga kekuatan. Bukan hanya tanggung jawab, tapi juga sumber inspirasi. Bukan hanya bagian dari hidup kita, tapi alasan terbesar mengapa kita hidup dengan lebih sungguh-sungguh.

Karena pada akhirnya, ini memang bukan tentang kita. Ini tentang mereka—tentang harapan yang kita titipkan pada masa depan, lewat cinta, kerja keras, dan ketulusan yang kita tanam hari ini.

Blogger Tricks

Friday, July 18, 2025

Sore: Istri dari Masa Depan

"Kenapa senja itu menyenangkan? Kadang ia merah merekah bahagia, kadang ia hitam gelap berduka. Tapi, langit selalu menerima senja apa adanya"

Film yang berjudul Sore: Istri dari Masa Depan dibuka dengan kutipan yang cukup dalam, yang menyiratkan bahwa kehidupan manusia seperti senja, yang terkadang cerah, dan terkadang muram. Namun meski demikian cinta sejati akan menerima apa pun suasana itu tanpa syarat.

Rasanya sudah lama, tidak menonton film Indonesia langsung di bioskop. Dan ada rasa menyesal sewaktu film Jatuh Cinta Seperti di Film-film tayang di bioskop tapi sayangnya tidak ada kesempatan untuk menonton langsung di layar lebar.

Oleh karena itu, tidak boleh kejadian untuk film Sore: Istri dari Masa Depan. Ya, kedua film tersebut sama, dibuat oleh Yandy Laurens.

Film ini mengulas luka batin tentang seseorang yang belum selesai dengan dirinya sendiri. Atau yang juga disebut dengan attachment wound, yaitu luka keterikatan. Attachment wound adalah luka emosional yang terjadi dalam hubungan, yang disebabkan oleh pelanggaran kepercayaan atau pengalaman yang membuat seseorang merasa dikhianati atau ditinggalkan, yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam membentuk hubungan yang sehat di masa depan. 

Luka Jonathan berasal dari hubungan dengan ayahnya, sehingga luka tersebut menjadi trauma antar generasi yang mempengaruhi kemampuan Jonathan dalam upaya membuka diri kepada pasangan.

Trauma masa lalu Jonathan terjadi karena ayahnya meninggalkan ibunya, dirinya, dan kakaknya untuk memilih bersama perempuan lain, untuk mengikuti keinginan hatinya, kesenangan dirinya sendiri. Dia merasa dirinya tak dipilih oleh sang ayah. 

Rasa kecewa, pahit hati, amarah, dan dendam pada sang ayah, tersimpan dalam dirinya hingga dia tumbuh dewasa. Tapi, jauh dalam lubuk hatinya, ia masih menyayangi dan rindu sosok seorang ayah. 

Kehadiran Sore pun mencoba membantu Jonathan agar bisa berdamai dengan masa lalu.Tapi ratusan hingga bahkan ribuan kali Sore mencoba merubah Jonathan hanya berujung dengan kegagalan, mengharuskan Sore kembali ke awal. 

Over and over and over again, stuck in a loop where every effort to save him seems to reset.

Sore harus melakukan reinkarnasi berkali-kali untuk membayar karma. Dia terjebak dalam time loop

Segala upaya yang dilakukan Sore tetap berujung kegagalan. Bahkan dia suatu waktu mencoba pendekatan yang berbeda dengan cara mengajak Jonathan untuk menghadapi masa lalunya, dengan menemui sang ayah, yang notabene merupakan sumber luka batin terdalamnya. 

Tapi gagal.

Di titik ini, Sore mulai goyah terhadap keyakinannya sendiri: apakah cinta sekuat itu? Apakah pengorbanan bisa melawan takdir?

"Kalau aku harus ngulang seribu kali pun, kayaknya aku bakal tetap milih kamu, deh."

"Gak apa-apa, kita mulai dari awal, ya?"

Namun, terkadang untuk membuat seseorang akan tumbuh dengan perasaan tidak lah cukup, lalu berharap lebih pada orang dekat untuk bisa "menyembuhkan" luka tersebut, padahal tanggung jawab penyembuhan luka batin merupakan kewajiban diri sendiri.

Dan akhirnya, Sore pun memilih tidak mencoba mengubah Jonathan, dia berhenti mengatakan

"Hi, aku Sore, istri kamu masa depan."

Sore pun ikhlas dan pasrah, sembari mengucapkan

"Hi, aku Sore, istri kamu... selamanya."

Sore yang semula tidak mau kehilangan Jonathan, yang di masa depan meninggal karena kompilasi penyakit yang diderita akibat gaya hidup berantakan, seperti sering begadang, merokok dan minum alkohol. 

Sekarang tidak lagi.

Dan, di saat Sore telah berserah dan berdamai, di situlah sang takdir bekerja, ada sesuatu yang lebih besar dari kita manusia yang selalu mengarahkan kita to unfold our life stories

"Laki-laki tidak akan bisa dirubah sesuai dengan kemauan wanita, tapi laki-laki akan berubah karena dia benar-benar mencintai wanitanya."

"Ada 3 hal yang tidak bisa kita rubah: masa lalu, kematian dan rasa sakit."

"...tapi manusia bisa berubah."

Di saat itulah terjadi the great reset

Tidak hanya sekedar reset seperti sebelumnya yang telah terjadi ratusan kali. Sungguh ironis, Jonathan yang sebelumnya sangat peduli terhadap perubahan iklim yang menghancurkan Bumi dengan mengabadikannya lewat karya foto, namun dia lupa bahwa perubahan dalam dirinya telah menghancurkan dirinya, baik secara jasad maupun psikis. 

Tapi sekali lagi ini adalah the great reset.

Perasaan yang ditinggalkan oleh Sore selama ratusan hingga ribuan kali dalam melakukan hal yang sama akhirnya membekas pada diri Jonathan.

Seakan dejavu.

Sehingga Jonathan seakan mendapatkan ilham untuk melakukan pemulihan jasad, dengan berhenti merokok, dan berhenti minum alkohol. Bahkan dia pergi ke rumah ayahnya, meski pun setelah berada di dalam ruang tamu, dia kemudian hanya menuliskan pada selembar foto, yang inti isinya adalah dia telah memaafkan ayahnya dan berterima kasih dalam kebersamaan 1 tahun di masa kecilnya.

Dan segera Jonathan pun kembali ke Indonesia untuk bertemu ibunya dengan jasad atau tubuh yang lebih sehat dan bugar. Karena selain tidak merokok dan tidak minum alkohol dia juga rajin berolahraga. 

Ingat bahwa when we choose to love someone, we’re also choosing to accept the pain that may come with it


Sumber :

https://www.rri.co.id/hiburan/1655094/kutipan-menyentuh-film-sore-istri-dari-masa-depan

https://www.orami.co.id/magazine/quotes-film-sore-istri-dari-masa-depan

https://www.cxomedia.id/art-and-culture/20250717155541-24-181475/tentang-luka-dan-cinta-dalam-sore-istri-dari-masa-depan

https://www.attachmentproject.com/psychology/attachment-wound/#:~:text=Apa%20itu%20Luka%20Perlekatan?,kemungkinan%20besar%20akan%20tetap%20berkembang.

https://www.antaranews.com/berita/4974649/makna-filosofis-cinta-di-balik-film-sore-istri-dari-masa-depan

https://medium.com/@espressodingin/review-film-sore-istri-dari-masa-depan-394227044d04

https://farhangga.com/blog/teori-film-sore-istri-dari-masa-depan/

https://medium.com/@e.drnts/what-sore-istri-dari-masa-depan-taught-me-c49c49b29eb7

https://mojok.co/liputan/aktual/fakta-menyedihkan-di-balik-film-sore/

https://www.popbela.com/relationship/married/pelajaran-cinta-dari-film-sore-istri-dari-masa-depan-00-jclkf-bbsyxl

https://movfreak.blogspot.com/2025/07/review-sore-istri-dari-masa-depan.html

Thursday, July 17, 2025

Undecided

Senja mulai turun ketika badan ini akhirnya dihempaskan ke jok mobil untuk membawa pulang setelah perjalanan dari luar kota. Ditemani suara angin dan mendung yang menggantung di langit kelabu sambil melamun di persimpangan antara melepaskan yang sudah lama digenggam, atau tetap bertahan meski hatinya mulai letih.

Bukan keputusan ringan. 

Karena apa yang dulu menghangatkan kini mulai terasa hampa.

Dalam diam, semua ditimbang antara rasa takut, kehilangan, dan penyesalan. Melepaskan bukan berarti menyerah. Namun bertahan pun bukan berarti lemah. Ini saatnya agar kita berani jujur pada apa yang kita rasakan. 

Terdengar sayup sayup lagu di radio mobil.

It's weighin’, weighin' on me

Don't wanna wake up in the mornin'

Chris Brown - Undecided

Lagu dari Chris Brown yang berjudul Undecided menemani selama awal perjalanan. Lagu "Undecided" adalah lagu R&B dan pop. Yang unik dan terasa sangat familiar adalah karena dalam lagu ini berisi sampel singel penyanyi R&B Amerika Shanice tahun 1991 yang berjudul "I Love Your Smile".

Langsung aku beralih, dari radio mobil ke smartphone untuk memutar lagu "I Love Your Smile" dari Shanice.

Time came and showed me your direction

Now I know, I'll never ever go back

Shanice - I Love Your Smile

Langkah pertama bukan memilih, tapi memahami. 

Bimbang itu manusiawi — dan tak ada keputusan yang benar, kecuali yang kita ambil dengan hati yang jujur dan penuh tanggung jawab.


Wednesday, July 9, 2025

Superman

Clark Kent/Superman menghentikan bangsa Boravia dari invasi ke negara tetangga Jarhanpur, dan memperingatkan presiden Boravia, Vasil Ghurkos, untuk meninggalkan Jarhanpur. Di Metropolis, Superman dikalahkan untuk pertama kalinya oleh seorang metahuman bernama "Hammer of Boravia", dan melarikan diri ke Fortress of Solitude di Antartika dengan bantuan anjing super Krypto. 

Mereka diikuti oleh Angela Spica/The Engineer, sekutu miliarder Lex Luthor. Robot-robot Superman menggunakan radiasi matahari terkonsentrasi untuk menyembuhkannya dan menghibur Superman dengan pesan dari orang tua kandungnya, Jor-El dan Lara Lor-Van, yang mengirimnya ke Bumi untuk menyelamatkannya dari kehancuran planet Krypton mereka. 

Pesan tersebut rusak selama perjalanan, sehingga hanya paruh pertama yang dapat diputar. Superman kembali ke Metropolis dan kembali dikalahkan oleh Hammer, yang diam-diam merupakan metahuman Ultraman Luthor.

Superman setuju untuk diwawancarai oleh Lois Lane, pacar sekaligus rekan reporternya di Daily Planet, yang memicu pertengkaran ketika Lois mendesaknya tentang implikasi hukum dan etika dari tindakannya di Boravia. 

Luthor melepaskan kaiju di Metropolis sebagai pengalih perhatian saat ia menyusup ke Fortress of Solitude bersama Ultraman dan Engineer. Mereka mengalahkan para robot, menangkap Krypto, dan menemukan pesan Kryptonian; Engineer memulihkan bagian yang rusak. 

Superman menyelamatkan warga sipil sambil melawan kaiju tersebut bersama "Justice Gang", sebuah tim yang terdiri dari para pahlawan Green Lantern, Mister Terrific, dan Hawkgirl. Meskipun Superman ingin mengambil makhluk itu hidup-hidup, Mister Terrific membunuhnya. 

Luthor menyiarkan pesan Kryptonian dan Superman terkejut mendengar bagian kedua, di mana orang tuanya mendesaknya untuk menaklukkan Bumi dan mengambil banyak istri untuk memulihkan ras Kryptonian.

Opini publik berbalik melawan Superman, terutama ketika ia dengan marah menghadapi Luthor yang sedang mencari Krypto. Lois meyakinkan Superman bahwa ia yakin Superman baik, dan Superman menyatakan cintanya sebelum menyerahkan diri kepada pemerintah AS. 

Mereka menyerahkan Superman kepada Luthor untuk ditahan dan diinterogasi di dalam alam semesta saku buatan tempat Luthor diam-diam menyembunyikan musuh-musuhnya, termasuk Krypto. Superman dipenjara bersama Metamorpho, seorang metahuman. 

Luthor menggunakan Joey, putra Metamorpho yang masih bayi, sebagai daya ungkit untuk memaksanya mentransmutasikan tubuhnya menjadi Kryptonite, membuat Superman tak berdaya. Saat menginterogasi Superman, Luthor membunuh pendukungnya, Malik Ali, yang membuat Metamorpho ketakutan. 

Malik membantu Superman melarikan diri dan mereka membebaskan Joey dan Krypto. Lois meyakinkan Mister Terrific untuk membantu menemukan Superman dan mereka memasuki alam semesta saku, menyelamatkan yang lainnya. Lois membawa Superman untuk memulihkan diri bersama orang tua angkatnya, Jonathan dan Martha Kent. Jonathan memberi tahu Superman yang putus asa bahwa tindakannya menentukan siapa dirinya, bukan pesan dari orang tua kandungnya.

Pacar Luthor, Eve Teschmacher, yang tergila-gila pada fotografer Daily Planet, Jimmy Olsen, memberikan bukti kepada Daily Planet bahwa Luthor membantu Boravia dengan imbalan setengah wilayah Jarhanpur. 

Luthor memenjarakannya dan memancing Superman kembali ke Metropolis dengan membuka portal tak stabil ke alam semesta saku yang menciptakan celah yang semakin besar di dunia nyata. Superman mengirim Green Lantern, Hawkgirl, dan Metamorpho untuk menghentikan Boravia menyerang Jarhanpur lagi. 

Hawkgirl membunuh Ghurkos dan Green Lantern mengundang Metamorpho untuk bergabung dengan Justice Gang. Di Metropolis, Superman dan Mister Terrific melawan Engineer dan Ultraman. Superman mengalahkan Engineer dan mengetahui bahwa Ultraman adalah kloningan dirinya sendiri. 

Luthor begitu bertekad untuk mengalahkan Superman sehingga ia menolak untuk menutup celah tersebut, yang membelah kota menjadi dua. Superman dan Krypto mengalahkan Ultraman, yang ditarik ke dalam lubang hitam di bawah celah tersebut, dan kemudian mereka menahan Luthor di markasnya. Tuan Terrific menutup keretakan sementara Superman menantang ideologi Luthor dan mengungkapkan harapan bahwa suatu hari Luthor akan menerima kemanusiaan dalam diri mereka berdua.

Lois dan Jimmy mengungkap rencana Luthor ke publik, membersihkan nama Superman. Luthor dan rekan-rekannya ditangkap, dan mereka yang terperangkap di dunia sakunya, termasuk Eve, dibebaskan. Lois mengaku juga mencintai Clark. 

Saat Superman memulihkan diri di Benteng, sepupunya, Kara Zor-El, datang dalam keadaan mabuk untuk menjemput Krypto. Para robot menghibur Superman dengan rekaman masa kecilnya di Bumi bersama orang tua manusianya.


Sumber :

https://en.wikipedia.org/wiki/Superman_(2025_film)

Sunday, June 29, 2025

Menyusuri Jalan Pulang

Perjalanan Singkat dari Jember ke Sidoarjo

Minggu siang di Jember menyisakan sisa-sisa kehangatan dari malam sebelumnya. Setelah sehari penuh menikmati udara kampung yang bersih, menyantap masakan khas Jember, dan berbagi cerita tanpa batas, akhirnya tiba waktunya untuk kembali ke rutinitas—ke Sidoarjo, ke rumah, ke kehidupan yang menanti di awal pekan. 

Tepat pukul 12 siang, setelah makan siang bersama, kami berempat kembali menaiki mobil dan bersiap menempuh perjalanan sekitar 6 jam menyusuri jalur selatan Pulau Jawa.

Suhu udara masih cukup terik saat kami meninggalkan Jember. Jalanan kota tampak lengang, lalu mulai berkelok melewati perkebunan dan perbukitan kecil menuju arah utara. Di sepanjang perjalanan, pemandangan alam kembali menyuguhkan ketenangan yang kontras dengan hiruk-pikuk kota. 

Anak-anak di kursi tengah mulai terlelap, mungkin masih membawa lelah dari kegiatan selama di kampung.

Kami memilih jalur yang sama seperti saat berangkat: melewati Lumajang, Probolinggo, lalu Pasuruan. Lalu lintas di beberapa titik mulai padat, terutama mendekati sore hari. Banyak kendaraan pribadi dan bus pariwisata yang tampak beriringan, semua sama: kembali dari liburan singkat menuju rutinitas harian. 

Meski sempat terjebak antrean di beberapa ruas jalan pasar, perjalanan tetap terasa ringan karena hati masih hangat oleh kesan akhir pekan.

Kami sempat berhenti di rest area pertama saat memasuki tol di daerah Probolinggo untuk beristirahat dan membeli minuman dingin. Di sana, obrolan kecil kembali mencair—tentang betapa singkatnya waktu saat berada di kampung, tentang rencana liburan berikutnya, dan tentang bagaimana anak-anak tampak lebih ceria setelah bertemu keluarga besar.

Menjelang magrib, langit mulai memerah saat mobil perlahan memasuki wilayah Sidoarjo. Rasa lelah tergantikan oleh perasaan tenang—kami pulang dengan hati penuh. Rumah yang kami tinggalkan dua hari lalu kembali menyambut dalam keheningan yang familiar. 

Meski hanya perjalanan singkat, namun seperti biasa, perjalanan pulang dari kampung selalu meninggalkan kesan panjang—tentang rumah yang sesungguhnya, tentang waktu yang berharga, dan tentang arti kembali.

Saturday, June 28, 2025

Tiga Bekal dari Uti

Nasihat Seorang Nenek untuk Cucunya yang Akan Merantau

Artikel ini sambungan dari Sabtu Sore Menuju Kampung Halaman di Jember, dan malam itu saat akan pamit dari rumah kakek nenek, Uti (nenek) memberi 3 bekal sebagai nasihat dalam perantauan.

“Nak, sebelum kamu berangkat, ada tiga hal yang ingin Uti titipkan,” ucapnya lembut, tetapi penuh ketegasan. “Tiga hal ini bukan bekal di koper, tapi bekal di hati.”

Pertama, iman. “Kamu akan hidup jauh dari rumah, dari orang tua, dari Uti. Tapi Allah tidak pernah jauh. Jaga salatmu, jaga hatimu, jangan biarkan dunia mengikis kepercayaanmu. Kalau ada yang bikin bingung, kembali ke doa. Jangan cuma sibuk cari jawaban di Google, tapi lupa minta petunjuk dari Tuhan.”

Kedua, uang dan hutang. “Uang itu seperti air, mengalir cepat. Jangan boros. Belajarlah menabung walau sedikit. Dan satu lagi, jangan gampang berutang. Sekali kamu mulai, bisa-bisa hidupmu dikendalikan cicilan. Kalau kamu harus berutang, pastikan kamu bisa dan siap membayar. Jangan pernah utang buat gaya-gayaan, apalagi demi gengsi.”

Ketiga, pergaulan. “Kamu akan bertemu banyak orang. Teman bisa jadi jembatan rezeki, tapi juga bisa jadi lubang yang menjatuhkan. Pilih circle-mu baik-baik. Cari teman yang saling dukung, saling ingatkan, bukan yang ngajak lalai. Jangan malu kalau harus menyendiri daripada masuk ke lingkaran yang salah.”

Tiga pesan itu akan terus terngiang di benak sang cucu hingga bertahun-tahun kemudian. 

Karena nasihat yang sederhana, akan selalu menjadi kompas saat dunia mulai terasa asing.

Dan, lahirlah kekuatan untuk melangkah.

Sabtu Sore Menuju Kampung Halaman di Jember

Perjalanan Pulang

Hari Sabtu selalu membawa aroma pulang. Bagi kami, keluarga kecil dari Sidoarjo, akhir pekan kali ini bukan sekadar istirahat—melainkan momen untuk kembali ke akar, ke kampung halaman di Jember. Jam menunjukkan pukul tiga sore ketika kami berempat—aku, istri, dan dua anak kami—bergegas keluar dari rumah setelah seharian penuh bekerja. 

Mumpung lagi libur sekolah. 

Meski lelah belum sepenuhnya reda, ada semangat yang tak bisa disembunyikan: rindu akan udara kampung, suara jangkrik malam, dan senyum hangat orangtua yang selalu menanti.

Perjalanan dimulai dari jalanan padat kota Sidoarjo. Lalu lintas cukup bersahabat meski sesekali tersendat di titik-titik pertemuan jalan raya dan kawasan industri. Kami memilih jalur darat menggunakan mobil pribadi, karena selain lebih fleksibel, ini adalah waktu terbaik untuk berbincang di sepanjang jalan—tentang hidup, sekolah anak-anak, hingga kenangan masa kecilku di Jember.

Di sepanjang perjalanan, sawah-sawah yang mulai menguning menyapa dari balik jendela. Langit sore di atas Pandaan dan Lumajang begitu bersahabat, dengan semburat jingga yang pelan-pelan berganti biru kelam. 

Kami sempat berhenti sejenak di Alfamart untuk membeli jajanan ringan, sekaligus memberi waktu anak-anak untuk melepas penat. Obrolan ringan dan tawa kecil dari bangku belakang menjadi musik perjalanan yang tak tergantikan.

Mendekati Jember, suasana terasa makin akrab. Lampu-lampu desa mulai menyala, dan jalanan berubah dari lebar menjadi sempit, dari ramai menjadi tenang. Aroma kampung perlahan masuk ke dalam kabin mobil: campuran tanah basah, kayu bakar, dan angin pegunungan yang sejuk. 

Sebelum keliling kami sempatkan bersih-bersih dulu di penginapan AYO, Alice's Homestay! yang berlokasi di Jl.Citarum.no 10 Jember, kita bisa menghubungi di nomor whatsapp +62 877-1404-2944

Ketika akhirnya kami tiba di depan rumah orangtua, sambutan hangat dan pelukan akrab menjadi penutup sempurna dari perjalanan ini.

Bagi kami, pulang ke Jember bukan hanya soal melepas rindu—tapi juga menyambung kembali yang kerap terlupa: keluarga, akar, dan rasa syukur yang tumbuh dalam ketenangan desa. Di sana, di antara lampu temaram dan suara malam, kami menemukan kembali siapa diri kami, dan mengisi ulang hati untuk kembali menghadapi hari-hari kota yang padat.

Related Posts