Umumnya kita terpedaya dengan pendapat mayoritas, perilaku mayoritas, menjadikannya sebagai standar menilai kebenaran. Penilaian dengan hanya berdasarkan hal tersebut tanpa melihat dalil yang mendukungnya, merupakan cara yang keliru.
Memang kebiasaan adalah suatu hal yang sulit untuk dirubah, terlebih jika kebiasaan keliru terjadi karena perilaku yang berulang-ulang. Pemandangan keliru menjadi sesuatu yang sudah dianggap “biasa”.
Kita semua mengharapkan perubahan. Perubahan hanya bisa datang kalau para individu mau “bergerak” bukan hanya dengan omongan atau berwacana saja.
Suatu organisasi perlu memiliki sumber daya (terutama teknologi dan finansial) yang cukup untuk mendongkrak perubahan, terutama faktor human capital. Semuanya itu perlu dikelola dengan baik oleh manajemen, terutama para pemimpinnya untuk merubah cara berpikirnya, dan merubah paradigma.
Membiasakan yang benar membutuhkan keteladanan, keberanian dan konsistensi tingkat tinggi. Setidaknya kita bertanggung jawab untuk membiasakan diri dalam hidup yang benar.
“Whatever we possess becomes of double value when we have the opportunity of sharing it with others"
Wednesday, September 25, 2019
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Pelajaran IPA sewaktu SD tentunya kita akan lupa-lupa ingat. Terlebih mengenai macam sendi pada manusia berdasarkan sifat dan arah geraka...
-
Jika pada keyboard kita mengenal tombol "Delete" dan "Backspace" untuk menghapus, maka pada kalkulator terdapat 4 tip...
-
Menarik banget belajar konsistensi bersama Saykoji. Dimana kita bisa menyimak di akun youtube.com/@TirtaPengPengPeng milik dokter Tirta. Dal...
-
Menjadi rumit jika mempelajari manusia karena sangat heterogen. Jika kita membaca buku psikologi maka akan banyak kita temui istilah yang sa...
-
Akan sangat susah jika kita membuat standart dengan menggunakan data kualitatif bukan data kuantitatif. Misalnya untuk mengukur kekerasan. ...
No comments:
Post a Comment