Thursday, September 22, 2005

Membedah Akar Kepemimpinan

oleh Romi Satria Wahono

Remember the difference between a boss and a leader: a boss says, “Go!”, but a leader says, “Let’s Go!” (EM Kelly)

Ketika seorang pemimpin telah ditakdirkan lahir di dunia. Dan kita, mau tidak mau, suka atau tidak suka, akan masuk dalam suratan pergiliran untuk menjadi seorang pemimpin. Tiada yang bisa kita lakukan kecuali mempersiapkan diri, membekali diri dengan ilmu dan kecakapan dalam
pemegangan amanah. Sehingga ketika masa itu datang, kita tidak menjadi pemimpin yang jahil apalagi dhalim dikarenakan ketidakmampuan kita (QS 33-72).

Mari kita berangkat memulai diskusi dan pemikiran ini dengan sebuah definisi dan konsepsi. Sejak era 20 tahun yang lalu, telah banyak definisi kepemimpinan yang disampaikan oleh para pakar (Anderson-1988, Sarros-1996, Robbins-2002).

Dari perseteruan yang ada, kita bisa menarik akar definisi kepemimpinan sebagai suatu proses dan perilaku untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat in dividu dan organisasi.

Sedangkan aliran tema yang didiskusikan dan diteliti berkenaan dengan kepemimpinan, kemudian tercabang menjadi tiga:
1. Yang mempelajari tentang perilaku, skill, watak dan sifat pemimpin
2. Yang mempelajari tentang hubungan antara seorang pemimpin dan pengikut (follower)
3. Yang mempelajari tentang bagaimana pengaruh situasi terhadap kemampuan dan tingkah laku
para pemimpin.

Lalu apa hubungan kepemimpinan (leadership) dengan manajemen (management).

Keduanya memiliki kemiripan, meskipun sebenarnya sangat berbeda dalam konsep. Menurut Bennis and Nanus (1995), konsepsi pemimpin lebih ke arah mengerjakan yang benar, sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat atau terkenal dengan sebuah ungkapan “managers are people who do things right and leaders are people who do the right thing”. Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin. Ketika beberapa logika dasar definisi kepemimpinan diatas kita turunkan lebih dalam, maka akan kita dapatkan implikasi mendasar dan tatanan menarik dari sebuah konsep kepemimpinan.


Kepemimpinan adalah Fenomena Pemimpin, Pengikut dan Situasi 

Suatu kepemimpinan membawa arti adanya fenomena kompleks yang melibatkan pemimpin, pengikut, dan situasi. Tiga elemen ini saling berinteraksi dalam hubungan saling membutuhkan dengan kapasitasnya masing-masing: pemimpin (personalitas, posisi, kepakaran, dsb), pengikut (kepercayaan, kepatuhan, pemikiran kritis, dsb), dan situasi (kerja, tekanan/stress, lingkungan, dsb). Kita bisa memahami proses kepemimpinan dengan baik ketika kita tidak hanya melihat pada sosok seorang pemimpin, tetapi juga pengikut, bagaimana pemimpin dan pengikut saling mempengaruhi, dan juga bagaimana situasi bisa mempengaruhi kemampuan dan tingkah laku pemimpin dan pengikut. Hakekat terpenting dari framework ini adalah bagaimana menjadikan kepemimpinan sebagai sebuah permainan orkestra yang merdu, sebagai hasil dari interaksi sinergis dari pemimpin, pengikut dan situasi. Mungkin seorang boss mengatakan “Go!” kepada anak buahnya, tapi seorang pemimpin sejati harus berani membawa dirinya dalam pergerakan dengan mengatakan “Let’s Go!”.


Kepempinan adalah Ilmu dan Seni 

Menjadi pemimpin bukanlah hanya monopoli seorang mahasiswa fakultas pendidikan kepemimpinan, dan bukan juga monopoli seorang yang kebetulan banyak ketiban amanah menjadi pemimpin. Untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif (effective leadership), kepemimpinan harus dipelajari sebagai ilmu dan dipraktekkan sebagai sebuah seni yang indah. Pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan pengetahuannya bisa berimprovisasi menggunakan (sumber) kekuasaannya untuk menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Tiada kepemimpinan tanpa pemahaman ilmu dan keindahan seni.


Kepemimpinan adalah Proses Bukan Posisi 

Kepemimpinan adalah sebuah proses pembelajaran dan praktek, dia bukanlah sebuah posisi ataupun jabatan yang diberikan. Jabatan bisa kita dapatkan karena uang, hubungan kekeluargaan, ataupun kolusi (KKN). Tidak demikian dengan sebuah kepemimpinan. Kepemimpinan adalah sebuah proses yang akan membentuk seorang pemimpin dengan karakter dan watak jujur terhadap diri sendiri (integrity), bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication). Juga sebuah proses yang akan membentuk seorang pengikut (follower) yang didalam kepatuhannya kepada pemimpin, tetapi memiliki pemikiran kritis, inovatif, dan jiwa independen.


Kepemimpinan adalah Rasional dan Emosional 

Kepemimpinan adalah aksi dan pengaruh yang berbasis ke logika dan juga inspirasi. Pemimpin bukanlah sosok commander data dalam star trek, yang selalu merespon permasalahan dengan prediski logika dan data. Tiap-tiap manusia memiliki sisi rasional dan emosional yang membawa implikasi terjadinya perbedaan pemikiran, feelings, pengharapan, mimpi, kebutuhan, ketakutan, ambisi dan tujuan. Maka konsekuensinya, seorang pemimpin dituntut untuk cerdik menggunakan pendekatan rasional dan emosional untuk mempengaruhi pengikut, tentu dengan bobot yang adil dan disesuaikan dengan keadaan.

Wallahualam bisshawab


Penulis adalah ketua umum PPI Jepang. Pendiri dan pengelola beberapa perusahaan dan situs yang bergerak di bidang teknologi informasi. Juga sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

http://romisatriawahono.net 
romi@romisatriawahono.net 

No comments:

Post a Comment

Related Posts