Menarik banget belajar konsistensi bersama Saykoji. Dimana kita bisa menyimak di akun youtube.com/@TirtaPengPengPeng milik dokter Tirta. Dalam video tersebut diceritakan kisah sukses Saykoji yang berhasil menurunkan berat tubuh dari 150 kg hingga sekarang bisa mencapai 90 kg.
Slowsistency bisa kita terapkan pada diri kita misalnya dalam berlari, mulai dari lari pelan, lari 5K, lari 10K hingga lari 21K. Atau juga bisa kita terapkan pada menulis buku, mulai dari 1 kalimat, kemudian 1 paragraf, 1 cerita hingga menjadi 1 buku.
Ini dinamakan slowsistency — sebuah konsep tentang konsistensi meski langkah yang diambil terasa pelan.
Slowsistency bukanlah soal siapa yang paling cepat mencapai garis akhir, melainkan tentang siapa yang tetap berjalan tanpa berhenti. Seperti tetes air yang perlahan mengikis batu, kekuatan sesungguhnya bukan pada derasnya, melainkan pada ketekunan yang terus-menerus.
Banyak orang gagal bukan karena tidak mampu, melainkan karena berhenti di tengah jalan ketika merasa langkahnya terlalu lambat untuk dihargai.
Kita bisa belajar dari alam.
Pohon yang tinggi menjulang tidak tumbuh dalam semalam. Ia memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menumbuhkan akar yang kokoh sebelum batangnya mampu berdiri tegak. Demikian pula dengan hidup kita: ketekunan kecil, dilakukan terus-menerus, pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang besar.
Slowsistency juga mengajarkan kesabaran.
Bahwa setiap orang punya waktunya masing-masing, dan proses yang pelan bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda bahwa kita benar-benar sedang membangun dasar yang kuat. Konsistensi yang perlahan tapi stabil justru lebih tahan lama dibandingkan percepatan sesaat yang mudah padam.
Dalam karier, hubungan, kesehatan, maupun mimpi pribadi, slowsistency memberi kita keyakinan bahwa setiap langkah kecil tetap berarti. Menulis satu halaman sehari, berlari sepuluh menit setiap pagi, menabung sedikit demi sedikit — semua itu mungkin terlihat kecil, tetapi jika dilakukan konsisten, hasilnya bisa mengubah hidup.
Pada akhirnya, slowsistency adalah tentang menghargai perjalanan, bukan sekadar tujuan. Hidup bukanlah perlombaan sprint, melainkan maraton panjang di mana yang terpenting adalah kita tidak berhenti melangkah.
Karena dalam konsistensi, meski pelan, kita sedang membangun sesuatu yang bernilai abadi.
No comments:
Post a Comment