Perjalanan super singkat ke Jember ini terasa seperti potongan adegan yang penuh makna dalam babak terberat hidupku. Kereta api berangkat dari Surabaya pukul 13:34, melaju di bawah langit yang mendung, seolah menggambarkan suasana hati yang penuh gejolak.
Tiba di Stasiun Jember pukul 17:18, aku hanya punya waktu beberapa jam untuk menyelesaikan sebuah urusan yang sarat emosi—mungkin permintaan maaf, mungkin perpisahan, atau mungkin hanya diam yang menyakitkan.
Tak sempat berlama-lama, aku kembali ke stasiun dan naik kereta malam pukul 19:52.
Dalam perjalanan pulang yang sunyi hingga pukul 23:55, jendela kereta menjadi cermin, dan suara roda besi di rel menjadi irama dari pergolakan batin. Hari itu bukan sekadar perjalanan, melainkan satu titik balik, salah satu puncak prahara dalam hidup yang harus dilewati dengan dada lapang dan hati yang perlahan belajar menerima.
No comments:
Post a Comment