Perjalanan menuju Solo pada hari Kamis, 30 Oktober 2025, dimulai tepat setelah jam kerja berakhir pukul 17.00. Suasana kantor masih terasa melekat ketika pintu mobil ditutup, tetapi begitu mesin menyala, ada perasaan ringan yang perlahan muncul.
Langit sore bergerak cepat menuju senja, mewarnai perjalanan awal dengan gradasi jingga yang perlahan memudar. Jalanan selepas jam pulang kerja cukup padat, namun ritme perjalanan yang stabil memberi ruang untuk menikmati transisi dari suasana kerja menuju suasana perjalanan.
Radio memutar lagu-lagu lama yang akrab di telinga, menemani setiap kilometer yang dilalui. Semakin jauh dari kota asal, lampu-lampu jalan dan suasana malam mulai mendominasi, seolah mengisyaratkan bahwa perjalanan ini bukan sekadar perpindahan tempat, tetapi juga sebuah jeda dari rutinitas.
Di tengah perjalanan setelah mengisi bensin di rest area, kami mampir sejenak di rumah saudara di kota Madiun.
Memasuki malam hari, udara semakin sejuk. Kota-kota kecil yang dilewati memberikan pemandangan sederhana namun menenangkan—warung di pinggir jalan yang masih buka, pengendara motor yang melintas dengan lampu kuning redup, dan bau khas tanah malam hari setelah angin bergerak.
Perjalanan menuju Solo terasa lebih ringan ketika tujuan semakin dekat. Dan akhirnya, beberapa jam setelah meninggalkan kantor, Solo menyambut dengan atmosfer khasnya: hangat, tenang, dan sedikit nostalgik.
Setibanya di kota, lelah perjalanan seakan terbayar oleh suasana malam Solo yang damai. Waktu untuk beristirahat tidak panjang, tapi beruntung Pop Hotel Solo yang berada di jalan Slamet Riyadi No.464, Purwosari, Laweyan, Surakarta City, memberikan kasur yang nyaman, meski istirahat singkat namun cukup untuk menenangkan tubuh dan pikiran setelah hari yang panjang.
Keesokan harinya, hari Jumat, setelah mengambil rapot dan setelah menyelesaikan urusan lain di sekolah, perjalanan dimulai dengan suasana kota yang berbeda—lebih hidup, lebih cerah, dan lebih akrab.
Aktivitas di Solo berjalan dalam ritme yang khas, tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat. Urusan yang perlu diselesaikan pada hari itu berjalan lancar, memberikan rasa lega dan kepuasan tersendiri. Ada bagian dari perjalanan ini yang terasa sederhana, tetapi justru kesederhanaan itulah yang membuatnya berkesan.
Ketika waktu menunjukkan pukul 15.00, perjalanan kembali dimulai. Sore itu, Solo perlahan menghilang di kaca spion, namun meninggalkan jejak hangat yang sulit dijelaskan. Jalan pulang terasa lebih tenang dibanding perjalanan berangkat.
Ada rasa syukur karena semua urusan berjalan baik, ada ketenangan karena rencana bisa diselesaikan tepat waktu, dan ada kepuasan tersendiri karena perjalanan singkat ini memberi energi baru. Sepanjang perjalanan pulang, langit kembali menjelma dalam warna-warna senja, seolah mengulang suasana berangkat sehari sebelumnya.
Namun kali ini rasanya berbeda—lebih reflektif, lebih lembut, dan lebih penuh makna.

.jpeg)
.jpeg)