Thursday, June 11, 2020

Bukan Mudik, Bukan Liburan (1)

Al-jannatu tahta aqdam al-ummahat. ”Surga itu (berada) di telapak kaki ibu, dari jalur manapun masuk dan dari jalur manapun pula keluar.”
Suatu ketika seseorang mendatangi Rasul dan bertanya, ”Wahai Rasulullah aku hendak berperan, namun aku datang untuk berkonsultasi. ‘Apakah kamu memiliki ibu?’, tanya Rasul. Sahabat tadi menjawab punya. Rasul bersabda: ‘Berbaktilah kepadanya, karena surga itu di bawah kakinya (fainnal jannata tahta rijliha).”

Kalimat 'Surga di bawah telapak kaki ibu' menjelaskan kenapa ibu menjadi tolak ukur surga, karena wasilah kita bisa tercipta ke dunia melalui seorang ibu. Subtansi dari hadis tersebut adalah seruan untuk berbakti kepada ibu. Ibu telah mempertaruhkan nyawanya sendiri saat melahirkan, mempertaruhkan waktu dan kesehatan saat mengandung dan mengasuh.

Rasa rendah diri, kepatuhan, dan tidak membangkang kepada ibu adalah kunci masuk surga.

Di rumah ku ada 3 surga, yaitu berada di bawah telapak kaki ibu kandungku, ibu dari ibuku (nenek) dan ibu dari anakku (istri). Sangat berat dan susah menghadapi 1 perempuan, apalagi 3. Namun alhamdulillah dengan sabar dan ikhlas, insyaAllah aku bisa menyelarsakan dan menyeimbangkan ketiganya.

Namun, hari Kamis tanggal 11 Juni 2020 ada yang berbeda.

Sejak pagi hari saat cek tandon air diatas, saat pamit hendak pergi bekerja ke kantor, ada yang berbeda pada nenek. Aku sampai naik turun tangga 3x, kebetulan nenek berada di kamar yang ada di lantai 2.

Hingga akhirnya sore hari, pukul 16.40, anakku Rafa menelpon aku yang menginformasikan bahwa nenek telah tiada. Kebetulan saat telepon berdering aku sedang menunaikan sholat Ashar. Segera aku langsung mengemasi laptop dan buku untuk beranjak pulang.

Sambil berada di mobil dalam perjalanan pulang ke rumah, aku menelpon ambulance. Sambil berpikir untuk mengatur strategi, proses kepulangan almarhum dan proses pemakaman nanti.

Sesampai di rumah, aku telepon 3 saudara. Satu untuk bersiap menemani almarhum berada di ambulance untuk menuju ke kota Jember. Satu lagi untuk menyiapkan rumah untuk menerima jenazah. Dan satu lagi untuk menyiapkan dokumen yang diperlukan.


Baru pukul 17.40 setelah semua selesai, aku menginformasikan melalui Whatsapp Group keluarga besar Sadjiman Kartodimedjo.

Pukul 20.30, semua sudah siap. Kita berangkat dari rumah Sidoarjo melalui jalan Tol Trans Jawa, melewati kota Pasuruan dan turun di pintu keluar Leces, Probolinggo Timur. Kemudian perjalanan dilanjutkan di jalan bawah melewati kota Lumajang.

Sampai di rumah Jember pada pukul 23.30, alhamdulillah selama perjalanan dilalui dengan aman dan lancar. Sudah banyak keluarga yang menunggu.


Dikarenakan proses dimandikan, dikafani dan disholati adalah keesokan harinya, maka malamnya aku menginap di Hotel 88, yang berada di Jalan Diponegoro No. 43 Jember. Dulunya hotel ini bernama Hotel Mars, hingga kemudian pada tahun 2011, direnovasi, menjadi Istana Hotel Jember.

Lalu pada tahun 2017, berubah setelah Waringin Hospitality membuka Hotel 88 di Kabupaten Jember. Hotel bersejarah ini mempunyai ukuran ruang kamar yang luas, dengan luas kamar 28 M2 hingga 32 M2.

[bersambung]


Sumber :
https://khazanah.republika.co.id/berita/plpf8q320/surga-di-telapak-kaki-ibu-apakah-benar-sabda-rasulullah
https://muslim.okezone.com/read/2019/12/21/614/2144579/ini-makna-surga-di-bawah-telapak-kaki-ibu

No comments:

Post a Comment

Related Posts