Sunday, June 29, 2025

Menyusuri Jalan Pulang

Perjalanan Singkat dari Jember ke Sidoarjo

Minggu siang di Jember menyisakan sisa-sisa kehangatan dari malam sebelumnya. Setelah sehari penuh menikmati udara kampung yang bersih, menyantap masakan khas Jember, dan berbagi cerita tanpa batas, akhirnya tiba waktunya untuk kembali ke rutinitas—ke Sidoarjo, ke rumah, ke kehidupan yang menanti di awal pekan. 

Tepat pukul 12 siang, setelah makan siang bersama, kami berempat kembali menaiki mobil dan bersiap menempuh perjalanan sekitar 6 jam menyusuri jalur selatan Pulau Jawa.

Suhu udara masih cukup terik saat kami meninggalkan Jember. Jalanan kota tampak lengang, lalu mulai berkelok melewati perkebunan dan perbukitan kecil menuju arah utara. Di sepanjang perjalanan, pemandangan alam kembali menyuguhkan ketenangan yang kontras dengan hiruk-pikuk kota. 

Anak-anak di kursi tengah mulai terlelap, mungkin masih membawa lelah dari kegiatan selama di kampung.

Kami memilih jalur yang sama seperti saat berangkat: melewati Lumajang, Probolinggo, lalu Pasuruan. Lalu lintas di beberapa titik mulai padat, terutama mendekati sore hari. Banyak kendaraan pribadi dan bus pariwisata yang tampak beriringan, semua sama: kembali dari liburan singkat menuju rutinitas harian. 

Meski sempat terjebak antrean di beberapa ruas jalan pasar, perjalanan tetap terasa ringan karena hati masih hangat oleh kesan akhir pekan.

Kami sempat berhenti di rest area pertama saat memasuki tol di daerah Probolinggo untuk beristirahat dan membeli minuman dingin. Di sana, obrolan kecil kembali mencair—tentang betapa singkatnya waktu saat berada di kampung, tentang rencana liburan berikutnya, dan tentang bagaimana anak-anak tampak lebih ceria setelah bertemu keluarga besar.

Menjelang magrib, langit mulai memerah saat mobil perlahan memasuki wilayah Sidoarjo. Rasa lelah tergantikan oleh perasaan tenang—kami pulang dengan hati penuh. Rumah yang kami tinggalkan dua hari lalu kembali menyambut dalam keheningan yang familiar. 

Meski hanya perjalanan singkat, namun seperti biasa, perjalanan pulang dari kampung selalu meninggalkan kesan panjang—tentang rumah yang sesungguhnya, tentang waktu yang berharga, dan tentang arti kembali.

Saturday, June 28, 2025

Tiga Bekal dari Uti

Nasihat Seorang Nenek untuk Cucunya yang Akan Merantau

Artikel ini sambungan dari Sabtu Sore Menuju Kampung Halaman di Jember, dan malam itu saat akan pamit dari rumah kakek nenek, Uti (nenek) memberi 3 bekal sebagai nasihat dalam perantauan.

“Nak, sebelum kamu berangkat, ada tiga hal yang ingin Uti titipkan,” ucapnya lembut, tetapi penuh ketegasan. “Tiga hal ini bukan bekal di koper, tapi bekal di hati.”

Pertama, iman. “Kamu akan hidup jauh dari rumah, dari orang tua, dari Uti. Tapi Allah tidak pernah jauh. Jaga salatmu, jaga hatimu, jangan biarkan dunia mengikis kepercayaanmu. Kalau ada yang bikin bingung, kembali ke doa. Jangan cuma sibuk cari jawaban di Google, tapi lupa minta petunjuk dari Tuhan.”

Kedua, uang dan hutang. “Uang itu seperti air, mengalir cepat. Jangan boros. Belajarlah menabung walau sedikit. Dan satu lagi, jangan gampang berutang. Sekali kamu mulai, bisa-bisa hidupmu dikendalikan cicilan. Kalau kamu harus berutang, pastikan kamu bisa dan siap membayar. Jangan pernah utang buat gaya-gayaan, apalagi demi gengsi.”

Ketiga, pergaulan. “Kamu akan bertemu banyak orang. Teman bisa jadi jembatan rezeki, tapi juga bisa jadi lubang yang menjatuhkan. Pilih circle-mu baik-baik. Cari teman yang saling dukung, saling ingatkan, bukan yang ngajak lalai. Jangan malu kalau harus menyendiri daripada masuk ke lingkaran yang salah.”

Tiga pesan itu akan terus terngiang di benak sang cucu hingga bertahun-tahun kemudian. 

Karena nasihat yang sederhana, akan selalu menjadi kompas saat dunia mulai terasa asing.

Dan, lahirlah kekuatan untuk melangkah.

Sabtu Sore Menuju Kampung Halaman di Jember

Perjalanan Pulang

Hari Sabtu selalu membawa aroma pulang. Bagi kami, keluarga kecil dari Sidoarjo, akhir pekan kali ini bukan sekadar istirahat—melainkan momen untuk kembali ke akar, ke kampung halaman di Jember. Jam menunjukkan pukul tiga sore ketika kami berempat—aku, istri, dan dua anak kami—bergegas keluar dari rumah setelah seharian penuh bekerja. 

Mumpung lagi libur sekolah. 

Meski lelah belum sepenuhnya reda, ada semangat yang tak bisa disembunyikan: rindu akan udara kampung, suara jangkrik malam, dan senyum hangat orangtua yang selalu menanti.

Perjalanan dimulai dari jalanan padat kota Sidoarjo. Lalu lintas cukup bersahabat meski sesekali tersendat di titik-titik pertemuan jalan raya dan kawasan industri. Kami memilih jalur darat menggunakan mobil pribadi, karena selain lebih fleksibel, ini adalah waktu terbaik untuk berbincang di sepanjang jalan—tentang hidup, sekolah anak-anak, hingga kenangan masa kecilku di Jember.

Di sepanjang perjalanan, sawah-sawah yang mulai menguning menyapa dari balik jendela. Langit sore di atas Pandaan dan Lumajang begitu bersahabat, dengan semburat jingga yang pelan-pelan berganti biru kelam. 

Kami sempat berhenti sejenak di Alfamart untuk membeli jajanan ringan, sekaligus memberi waktu anak-anak untuk melepas penat. Obrolan ringan dan tawa kecil dari bangku belakang menjadi musik perjalanan yang tak tergantikan.

Mendekati Jember, suasana terasa makin akrab. Lampu-lampu desa mulai menyala, dan jalanan berubah dari lebar menjadi sempit, dari ramai menjadi tenang. Aroma kampung perlahan masuk ke dalam kabin mobil: campuran tanah basah, kayu bakar, dan angin pegunungan yang sejuk. 

Sebelum keliling kami sempatkan bersih-bersih dulu di penginapan AYO, Alice's Homestay! yang berlokasi di Jl.Citarum.no 10 Jember, kita bisa menghubungi di nomor whatsapp +62 877-1404-2944

Ketika akhirnya kami tiba di depan rumah orangtua, sambutan hangat dan pelukan akrab menjadi penutup sempurna dari perjalanan ini.

Bagi kami, pulang ke Jember bukan hanya soal melepas rindu—tapi juga menyambung kembali yang kerap terlupa: keluarga, akar, dan rasa syukur yang tumbuh dalam ketenangan desa. Di sana, di antara lampu temaram dan suara malam, kami menemukan kembali siapa diri kami, dan mengisi ulang hati untuk kembali menghadapi hari-hari kota yang padat.

Tuesday, June 24, 2025

Teori "Law of Opposite" dari Buku "Tuesday with Morrie"

Saat waktu senggang sambil dengerin Bersinema Podcast dari akun Youtube Rakki Creative. Terutama pada menit 16:09 , keren banget penjelasan Law of Opposite yang diambil dari buku Tuesday with Morrie.


Dalam buku Tuesday with Morrie, Mitch Albom menghadirkan percakapan menyentuh antara dirinya dan mantan dosennya, Morrie Schwartz, yang sedang menghadapi akhir hidup akibat penyakit ALS. Di tengah obrolan penuh makna itu, muncul sebuah gagasan yang kuat namun sering terabaikan: Law of Opposite, hukum tentang bagaimana dua hal yang tampaknya bertolak belakang ternyata saling melengkapi dan justru memberi makna yang lebih dalam dalam hidup.

Morrie menjelaskan bahwa untuk benar-benar mengalami kebahagiaan, seseorang harus juga merasakan kesedihan. Untuk memahami arti hidup, kita perlu menyadari kedekatan kita dengan kematian. Di sinilah hukum paradoks itu bekerja. 

"How can you appreciate light without knowing darkness?", tanya Morrie. Kehidupan bukan hanya soal menghindari penderitaan, tetapi tentang menerima dan mengalaminya dengan penuh kesadaran.

Law of Opposite adalah ajakan untuk tidak kaku melihat dunia secara hitam-putih. Hidup yang utuh justru terbentuk dari keberanian merangkul seluruh spektrum rasa—bahagia dan sedih, semangat dan lelah, keberhasilan dan kegagalan. 

Morrie tidak menolak kesedihan yang ia alami, tetapi justru membiarkannya hadir sepenuhnya, agar setelah itu ia bisa melepaskan dan membuka ruang untuk kebahagiaan.

Dalam dunia yang serba cepat dan kerap menuntut kepositifan palsu, konsep Law of Opposite menawarkan pendekatan yang lebih manusiawi. Kita tidak harus selalu merasa kuat. Kita boleh menangis, boleh takut, boleh lelah. Justru dari titik-titik rapuh itu, kita belajar menjadi manusia seutuhnya—bukan sempurna, tapi jujur.

Melalui Morrie, kita diajak untuk hidup dengan cara yang lebih sadar. Menerima bahwa di balik satu emosi, tersembunyi kemungkinan untuk merasakan hal sebaliknya. Dan bahwa hidup yang dalam bukanlah hidup yang selalu ceria, tetapi hidup yang memberi ruang bagi seluruh emosi untuk hadir, tumbuh, dan menguatkan kita.

Sunday, June 22, 2025

Shock Breaker Belakang

Shock breaker atau peredam kejut adalah salah satu komponen penting pada sistem suspensi mobil yang berfungsi menyerap getaran dan guncangan ketika kendaraan melintasi jalanan yang tidak rata. Komponen ini tidak hanya mempengaruhi kenyamanan berkendara, tetapi juga berkaitan erat dengan kestabilan dan keselamatan. 

Ketika shock breaker belakang mulai melemah atau rusak, gejalanya dapat terasa jelas: mobil terasa limbung saat menikung, bagian belakang memantul berlebihan setelah melewati polisi tidur, atau bahkan muncul suara berdecit dari area roda belakang.

Mengganti shock breaker belakang sebaiknya dilakukan jika usia pemakaian sudah mencapai 50.000–100.000 km, atau lebih cepat jika sering melintasi medan berat. 

Aku pilih shock breaker orisinil yang pastinya sesuai spesifikasi pabrik.Setelah mengganti shock breaker mobil menjadi terasa lebih stabil, dan kenyamanan penumpang meningkat drastis. 

Saturday, June 21, 2025

Menguak Bau Bensin dari Kabin Xenia

Sabtu pagi yang seharusnya tenang berubah menjadi penuh kekhawatiran ketika hidung mencium bau bensin yang menyengat dari dalam kabin mobil. Bau itu tidak asing. Ingatan langsung melayang ke tahun 2020, saat kejadian serupa saat harus ganti Oring Injector Xenia, yang sudah aus.

Tanpa menunggu lama, saya langsung membawa mobil ke bengkel langganan. Potensi bahaya dari kebocoran bensin, atau masalah kecil lainnya seperti ini tidak boleh dianggap remeh. Sesampainya di bengkel, mekanik langsung melakukan pengecekan. Bau bensin yang kuat di ruang mesin langsung mengarah pada kecurigaan lama: O-ring injector.

Setelah kap mesin dibuka dan pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh, benar saja—O-ring salah satu injector mengalami putus karena aus, yang menyebabkan uap dan sedikit tetesan bensin bocor ke luar. Sama seperti yang terjadi lima tahun lalu, karet seal kecil itu kembali jadi sumber masalah besar.

Pihak bengkel menyarankan penggantian seluruh O-ring injector, bukan hanya satu, demi keamanan dan keawetan jangka panjang. Tak butuh waktu lama, perbaikan pun dilakukan. Kadang, komponen kecil yang luput dari perhatian bisa menimbulkan risiko besar.

Setelah penggantian selesai dan uji coba dilakukan, bau bensin pun menghilang. 

Mobil kembali normal, dan saya pun bisa melanjutkan akhir pekan dengan lega. 

Saturday, June 14, 2025

Sidoarjo-Solo-Surabaya dalam Harmoni Perjalanan (2)

Keesokan paginya, Solo menyambut dengan langit cerah dan udara pagi yang segar. Selepas sholat subuh, aku bergegas menuju Jalan Slamet Riyadi berolahraga pagi sambil berolahraga pagi mencari sarapan pagi. 

Selepas sarapan, aku melanjutkan perjalanan menuju sebuah sekolah anakku untuk mengambil rapor. Sekolah sudah ramai sejak pukul 7 pagi, penuh wajah-wajah ceria dan gugup para siswa serta orang tua, suasana penuh harap dan doa.

Sebelum rapot dibagikan dan sebelum konsultasi orang tua dan siswa kepada guru masing-masing, terdapat pertunjukkan apik yang disajikan oleh para siswa dari angkatan PD 06 dan PD 07.

Setelah semua urusan sekolah selesai, waktu menunjukkan pukul 13.30, alih-alih langsung ke stasiun, kita memutuskan untuk mampir ke sebuah kafe di Paragon Mall Solo Hotel. Kafe ini menjadi tempat ideal untuk beristirahat sejenak. 

Seperti biasa aku memesan coffee latte panas sedangkan anakku memesan es cokelat dan roti.

Menjelang sore kita menuju Stasiun Solo Balapan. Kereta api Sancaka jurusan Surabaya sudah siap berangkat. Duduk di kursi dekat jendela, saya menatap langit oranye yang perlahan meredup. Ada rasa lega sekaligus syukur telah menuntaskan perjalanan yang padat namun penuh makna. 

Kereta melaju meninggalkan Solo, membawa pulang bukan hanya badan, tapi juga hati yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih.

Friday, June 13, 2025

Sidoarjo-Solo-Surabaya dalam Harmoni Perjalanan (1)

Perjalanan dengan kereta api, deru roda di atas rel, lanskap pedesaan yang bergulir perlahan di balik jendela, serta pertemuan singkat dengan penumpang lain yang sama-sama melintasi waktu dan jarak. Jumat siang aku memulai perjalanan dari Sidoarjo menuju Solo dengan Kereta Api Sri Tanjung, moda transportasi dengan harga terjangkau.

Perjalanan menuju Solo cukup panjang, tapi tidak membosankan. Sepanjang jalur, pemandangan berganti-ganti: persawahan luas, pasar tradisional, sungai, hingga perkampungan yang masih mempertahankan wajah klasiknya.

Kereta berhenti di beberapa stasiun besar dan kecil, namun tetap tepat waktu. 

Menjelang petang, kereta akhirnya tiba di Stasiun Solo Purwosari. Dari stasiun, cukup berjalan kaki menuju penginapan yang sudah dipesan, yang sebelumnya sempat menginap disini juga saat Rangga Ulang Tahun, POP! Hotel Solo, yang terletak di kawasan strategis. 

Hotel ini menjadi pilihan karena harganya yang ramah di kantong, desainnya yang ceria, serta kenyamanan fasilitasnya, cocok banget untuk backpacker.

Malam pun tiba di Solo dengan angin yang lembut dan suasana kota yang tenang. Aku sempatkan berjalan kaki di jalanan Slamet Riyadi untuk mencari makan malam sambil mencari sepasang kaos dan celana pendek yang tertinggal.

Monday, June 9, 2025

Waktunya Ganti Rantai Set

Pengalaman ini jadi ingat pengalaman pertama tentang rantai sekira 12 tahun lalu. Yaitu saat rantai sepeda motor Thunder kendor, sehingga sebelum berkendara pastikan kekencangan rantai motor agar saat berkendara bisa dengan aman dan lancar. 

Setelah seharian berjibaku dengan tumpukan pekerjaan di kantor, ada kepuasan tersendiri ketika bisa menyempatkan waktu untuk hal-hal sederhana tapi penting—seperti merawat kendaraan kesayangan. Sore itu, sepulang dari kantor, saya langsung mengarahkan motor ke bengkel langganan. 

Sudah terasa sejak beberapa hari terakhir bahwa rantai mulai kendor dan suara gesekan mulai mengganggu kenyamanan saat berkendara. Ditambah lagi, sudah waktunya ganti oli. Maka keputusan singkat pun dibuat: ganti rantai set sekalian ganti oli dengan spesifikasi SAE 20W-50 seperti sebelumnya.

Di bengkel, mekanik langsung paham apa yang harus dilakukan. Rantai set diganti dengan yang baru, lebih kuat dan mulus saat dipasang. Tak hanya mengurangi suara berisik, tapi juga memperbaiki performa tarikan motor. 

Sementara itu, oli Mesran 20W-50 menjadi pilihan karena kekentalannya yang cocok untuk mesin yang sudah mulai berumur dan sering digunakan dalam kondisi jalanan padat—cocok untuk pemakaian harian dari rumah ke kantor. 

Oli ini memberikan perlindungan maksimal terhadap aus dan menjaga suhu mesin tetap stabil, apalagi di kemacetan kota yang sering bikin mesin cepat panas.

Perawatan ringan seperti ini memang sering dianggap sepele, tapi justru di sinilah pentingnya: menjaga agar kendaraan tetap prima dan tidak mendadak rewel di tengah jalan. Sore yang singkat itu terasa produktif dan memberi ketenangan. 

Karena bukan hanya tubuh yang butuh istirahat setelah seharian kerja, kendaraan pun perlu perhatian agar tetap setia menemani perjalanan esok hari.

Kalau kamu juga merasa motor mulai tak nyaman dikendarai, mungkin ini saatnya mampir sebentar ke bengkel. Karena perawatan kecil hari ini bisa menyelamatkan dari kerusakan besar di kemudian hari.

Thursday, June 5, 2025

Ganti Rem Cakram Depan

Beberapa minggu terakhir, setiap kali saya menarik tuas rem depan sepeda motor Thunder, terdengar suara “cit… cit…” yang cukup mengganggu telinga. Awalnya saya pikir itu hanya debu atau kotoran yang menempel di piringan cakram. Tapi lama-kelamaan, suara itu semakin sering terdengar, bahkan saat pengereman pelan.

Suara berdecit itu muncul pertama kali setelah perjalanan pulang kantor di tengah hujan. Piringan cakram yang basah mungkin bercampur debu, sehingga menimbulkan suara gesekan. Namun, setelah motor saya cuci, bunyinya tetap tidak hilang. Saat saya coba rem agak keras, tarikan tuas terasa sedikit dalam dan respons rem mulai berkurang.

Mulai curiga, saya pun memeriksa kampas rem. Ternyata, ketebalannya sudah sangat tipis—hampir rata dengan dudukannya. Wajar saja, gesekan logam kampas yang sudah habis dengan piringan cakram menimbulkan bunyi berdecit.

Keesokan harinya, saya langsung meluncur ke bengkel langganan. Mekaniknya, hanya butuh beberapa detik untuk memastikan:

“Ini kampasnya udah habis banget, mas. Kalau dibiarkan, cakramnya bisa baret dan harus ganti juga.”

Mendengar itu, saya langsung minta ganti kampas rem baru. Prosesnya tidak memakan waktu lama—sekitar 20 menit. Mekanik membuka kaliper, mengeluarkan kampas lama yang sudah tipis, lalu memasang kampas baru yang tebalnya bikin lega melihatnya.

Begitu selesai, saya langsung mencoba motor di halaman bengkel. Rasanya seperti beda dunia. Rem menjadi lebih pakem, tarikan tuas lebih ringan, dan yang paling penting—tidak ada lagi bunyi berdecit.

Related Posts