Tuesday, November 18, 2025

Osteoporosis

Penyakit Tulang yang Sering Terabaikan tetapi Berisiko Serius

Osteoporosis adalah kondisi ketika kepadatan dan kekuatan tulang menurun secara signifikan, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Penyakit ini dikenal sebagai “silent disease” karena biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun hingga terjadi patah tulang. 

Banyak orang baru menyadari keberadaan osteoporosis ketika terjadi cedera ringan—bahkan hanya terpeleset ringan atau mengangkat benda yang tidak terlalu berat—namun dapat menyebabkan patah tulang pinggul, pergelangan tangan, atau tulang belakang. Karena itulah, osteoporosis kini menjadi salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat, terutama pada usia lanjut.

Secara biologis, tulang adalah jaringan hidup yang terus mengalami siklus regenerasi. Saat masih muda, proses pembentukan tulang baru lebih cepat daripada penguraiannya, sehingga tulang menjadi kuat dan padat. 

Namun, seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 30–35 tahun, proses ini mulai berbalik: tubuh kehilangan massa tulang lebih cepat daripada kemampuannya membangun yang baru. Kondisi ini lebih cepat terjadi pada wanita, terutama setelah menopause, karena penurunan hormon estrogen yang berperan penting dalam menjaga kekuatan tulang.

Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko osteoporosis. Faktor risiko alami yang tidak dapat diubah termasuk usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan ras tertentu—wanita Asia dan kulit putih cenderung lebih rentan. 

Di sisi lain, faktor risiko yang dapat dikendalikan meliputi gaya hidup seperti kurangnya asupan kalsium dan vitamin D, jarang berolahraga, konsumsi alkohol berlebihan, merokok, hingga penggunaan obat-obatan tertentu seperti steroid jangka panjang. Kurang terpapar sinar matahari dan diet modern rendah nutrisi juga berperan mempercepat pelemahan tulang.

Dampak dari osteoporosis bukan hanya fisik tetapi juga sosial dan emosional. Patah tulang pinggul, misalnya, merupakan salah satu komplikasi paling berbahaya karena dapat menyebabkan penurunan mobilitas secara drastis, kehilangan kemandirian, hingga meningkatkan risiko komplikasi lain seperti infeksi paru atau gangguan peredaran darah. 

Patah tulang belakang juga dapat menyebabkan perubahan postur menjadi bungkuk, rasa nyeri kronis, dan penurunan tinggi badan. Semua ini tentu memengaruhi kualitas hidup seseorang dan dapat memicu kesedihan, kecemasan, bahkan depresi.

Meskipun osteoporosis tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, penyakit ini bisa dicegah dan dikelola dengan baik. Langkah pertama adalah memenuhi kebutuhan kalsium dan vitamin D. Kalsium membantu memperkuat struktur tulang, sedangkan vitamin D sangat penting untuk membantu tubuh menyerap kalsium secara optimal. 

Keduanya dapat diperoleh dari makanan seperti susu, ikan berlemak, sayuran hijau, telur, dan paparan sinar matahari pada pagi hari. Olahraga yang berfokus pada beban tubuh seperti berjalan, jogging ringan, angkat beban, serta latihan keseimbangan sangat bermanfaat untuk menjaga kepadatan tulang sekaligus mengurangi risiko jatuh pada usia lanjut.

Dalam kondisi tertentu, dokter dapat memberikan obat-obatan khusus untuk menghentikan proses pengeroposan tulang—seperti bisphosphonate—atau terapi hormon untuk menyeimbangkan kebutuhan estrogen pada wanita menopause. 

Pemeriksaan kepadatan tulang atau bone mineral density (BMD) menjadi langkah penting untuk mengetahui kondisi tulang sejak dini, terutama bagi mereka yang berada dalam kelompok risiko tinggi.

Kesadaran masyarakat terhadap osteoporosis masih perlu ditingkatkan. Banyak orang yang menganggap penyakit ini hanya bagian alami dari proses penuaan dan tidak membutuhkan perhatian serius. Padahal, tulang adalah fondasi tubuh; ketika fondasi ini melemah, seluruh kualitas hidup ikut menurun. 

Dengan pola hidup sehat, nutrisi yang cukup, dan pemeriksaan rutin, osteoporosis dapat dicegah sehingga seseorang dapat memasuki usia lanjut dengan tetap aktif, mandiri, dan sehat.

No comments:

Post a Comment

Related Posts