Tuesday, September 5, 2023

Seven Habits (3)

Artikel ini merupakan tulisan pelengkap dari Seven Habits dan Seven Habits (2).

Karakter kita merupakan gabungan dari kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan ini dapat kita tuai setelah kita menabur perbuatan. Perbuatan kita tuai setelah kita menabur gagasan. Lalu kebiasaan nanti akan membentuk karakter, dan karakter akan menuai nasib.

Kebiasaan juga merupakan pertemuan dari 3 hal yaitu pengetahuan, keterampilan dan keinginan.

[1]

Contoh proaktif yang dikenang sepanjang masa adalah kisah tentang Yusuf yang dijual sebagai budak kepada orang Mesir setelah dibuang oleh saudara-saudaranya saat berusia 17 tahun. Meski menjadi budak, Yusuf tetap proaktif dengan mengurus rumah tangga tuannya, Potifar.

Kemudian di suatu masa, Yusuf terperangkap dalam situasi yang sulit namun tetap menolak mengorbankan integritasnya. Sehingga dia dipenjara secara tidak adil selama 13 tahun. Namun sekali lagi dia tetap proaktif sehingga memimpin penjara hingga menjadi terkenal di Mesir dan menjadi orang kedua di bawah Firaun.

[2]

Merujuk pada tujuan akhir selalu akan kita aplikasikan setiap hari misalnya kita memulai hari dengan bayangan, gambaran atau paradigma akhir sebagai kerangka acuan atau kriteria yang menjadi dasar untuk menjalani hari. Dengan memegang titik akhir sehingga akan menjadi dan tetap jelas dalam pikiran.

Dengan merujuk pada tujuan akhir maka kita akan mengetahui kemana kita akan pergi, dimana kita berada sekarang, sehingga kita akan senantiasa mengambil langkah-langkah yang akan kita ambil akan selalu berada dalam arah yang benar.

Dengan begini artinya kita sudah memiliki dan selalu memegang prinsip sebagai pondasi yang kokoh. Kita akan senantiasa memusatkan kehidupan pada prinsip yang benar, prinsip yang benar tidaklah berubah. Prinsip tidak bergantung pada perilaku orang lain.

[3]

Manajemen yang efektif akan selalu mendahulukan yang utama, sedangkan kepemimpinan akan dapat memutuskan apa saja hal-hal yang utama.

[4]

Dengan prinsip Menang/menang maka kita akan selalu dapat melihat kehidupan sebagai arena yang kooperatif, bukan kompetitif.

[5]

Sebelum kita dimengerti oleh orang lain, maka hal pertama yang perlu kita lakukan adalah berusaha mengerti terlebih dahulu. Untuk itu kita harus mampu mendengarkan. Memang jarang bahkan tidak ada pelatihan mendengar.

Seringnya kita mendengar secara selektif. Atau bahkan kita terkadang mendengar secara atentif, yaitu dengan menaruh perhatian, memfokuskan energi pada kata-kata yang diucapkan. Dan yang terbaik adalah mendengar dengan empatik.

Dalam komunikasi, 10% diwakili oleh kata-kata, lalu 30% diwakili oleh suara kita dan 60% diwakili oleh bahasa tubuh kita.

Mendengar dengan empatik adalah mendengarkan dengan mata dan hati, dengan memperhatikan perasaan, makna, juga dengan memperhatikan perilaku, serta dengan kita dapat memahami, berintuisi dan merasa.

[6]

Dengan sinergi, kita akan dapat menciptakan wawasan baru, sehingga dapat mengubah daya penahan menjadi daya penggerak. Orang lain yang ikut dalam sinergi akan cenderung menjadi bagian penting dari solusi sehingga akan tercipta tujuan baru, tujuan bersama. Oleh karena itu solusi sinergis akan menjadi lebih baik daripada solusi yang diusulkan sendiri-sendiri dari kedua belah pihak.

[7]

Kebiasaan terakhir yaitu ke-7 adalah asahlah gergajimu. Ini tidak hanya berarti belajar. Namun ada dimensi yang lain. Diantaranya adalah dimensi fisik dengan cara memelihara fisik misalnya dengan istirahat, relaksasi dan dengan olahraga secara teratur.

Lalu dimensi spiritual, bisa kita lakukan dengan cara ibadah, membaca kita suci, meditasi, renungan sehingga kita dapat merasa diperbarui, diperkuat dan dipusatkan.

Pembaruan spiritual membutuhkan investasi waktu. Kita harus dapat menyisihkan waktu berdoa, yang dapat menjadi sumber kekuatan, dalam melepaskan dan melipatgandakan energinya. Sehingga dapat membawa kedamaian dalam pikiran dan hati.

Kemudian dimensi mental, salah satunya adalah dengan membatasi menonton TV (jaman dulu) atau menonton gadget jika dimasa sekarang ini. Selain mengurangi waktu yang ditonton, juga batasi menonton acara hiburan di gadget yang kurang mendidik. Ganti dengan tayangan pendidikan atau hiburan yang berkualitas tinggi.

Namun ada baiknya kita membiasakan diri untuk membaca literatur yang baik. Tidak hanya membaca, namun juga dengan menulis, misalnya menulis jurnal dari gagasan, pengalaman, wawasan dan pelajaran.

Lalu terakhir adalah dimensi sosial / emosional, hal ini sebagai prinsip dalam kepemimpinan, komunikasi empatik dan kerjasama dengan orang lain.

No comments:

Post a Comment

Related Posts