Friday, October 24, 2025

Menahan Emosi dan Sabar

Hidup tidak selalu berjalan sesuai keinginan, tetapi dengan kemampuan menahan emosi dan kesabaran, kita bisa menghadapi badai tanpa kehilangan arah.

Ketenangan adalah hasil latihan, bukan anugerah instan.

Dan mereka yang mampu menjaga hati di saat sulit, pada akhirnya akan menemukan bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada tangan atau kata-kata — tetapi pada kendali atas diri sendiri.

Dalam kehidupan yang serba cepat, di mana tekanan datang dari segala arah — pekerjaan, keluarga, hingga media sosial — kemampuan untuk menahan emosi dan bersabar bukan hanya sekadar sifat baik, tetapi keterampilan hidup yang menentukan kualitas seseorang.

Menahan emosi bukan berarti memendam kemarahan atau menolak perasaan, melainkan mengelolanya dengan bijak.

Orang yang mampu menahan emosi tidak mudah terpancing oleh situasi yang memancing amarah, karena ia paham bahwa reaksi sesaat bisa berakibat panjang.

Di dunia kerja, kemampuan ini membuat seseorang lebih profesional dan disegani. Dalam hubungan sosial, ia menjadi pribadi yang menenangkan dan dapat dipercaya.

Menahan emosi adalah tanda kecerdasan emosional (emotional intelligence) — kemampuan untuk berpikir jernih di saat hati sedang bergejolak. Ia seperti rem pada kendaraan: bukan untuk memperlambat laju hidup, tapi untuk menjaga agar kita tidak menabrak sesuatu di depan.

Sabar bukan berarti pasrah atau menyerah, tetapi keteguhan hati untuk terus melangkah meski hasil belum tampak.

Kesabaran adalah bahan bakar bagi mereka yang memiliki tujuan jangka panjang — karena dalam setiap proses, akan selalu ada rintangan, penolakan, dan kegagalan.

Orang yang sabar tahu bahwa waktu dan usaha tidak pernah berkhianat. Ia bekerja tanpa tergesa, mengambil keputusan dengan tenang, dan menunggu momen yang tepat tanpa kehilangan semangat.

Sabar adalah bentuk keyakinan bahwa apa pun hasilnya, ada hikmah dan waktu terbaik yang telah Tuhan atur.

Kedua karakter ini saling melengkapi.

Menahan emosi membuat kita tidak gegabah dalam bertindak, sementara sabar membuat kita tidak mudah menyerah ketika hasil belum sesuai harapan.

Keduanya menumbuhkan kedewasaan, memperkuat karakter, dan menciptakan ketenangan batin di tengah dunia yang penuh tekanan.

“Orang yang kuat bukanlah yang pandai mengalahkan orang lain, tetapi yang mampu menaklukkan dirinya sendiri.”

24 Tahun Bersama

Bosan Bukan pada Orangnya, Tapi pada Situasinya

Menjalani pernikahan selama 24 tahun bukanlah perjalanan yang singkat. Ada banyak kisah, suka duka, tawa, tangis, bahkan pertengkaran kecil yang mewarnai hari-hari. Bagaimana bisa langgeng menjalaninya?

Pernahkah terlintas sepintas bosan?

Cinta yang bertahan puluhan tahun bukan berarti tidak pernah bosan. Justru kebosanan adalah tanda bahwa hubungan itu butuh upgrade.

Namun, bukan bosan dengan orangnya, yang kadang menimbulkan rasa bosan adalah situasinya.

Rutinitas bisa menjadi jebakan. 

Bangun pagi, bekerja, mengurus rumah, menemani anak, dan seterusnya. Hari berganti hari tanpa terasa, tapi pola hidup tetap sama. Di titik inilah kebosanan hadir, bukan karena pasangan sudah tidak menarik, melainkan karena situasi terasa monoton. Hubungan pun butuh “angin segar” agar tidak kehilangan kehangatannya.

Solusi sederhana tapi bermakna adalah dengan menjadwalkan waktu khusus bersama. Bukan sekadar berkumpul di rumah, tapi benar-benar quality time. Memberi ruang untuk “me time berdua”, Bisa dengan pergi berdua seperti masa pacaran dulu, makan malam di luar tanpa distraksi, menonton film di bioskop, pergi ke toko buku, atau traveling singkat sembari ada event lari misalnya. 

Atau sekadar berjalan-jalan di pagi hari sambil ngobrol santai. 

Aktivitas ini tidak hanya menyegarkan, tapi juga mengingatkan bahwa cinta dan kebersamaan bukan hanya soal menjalani kewajiban, melainkan juga menikmati perjalanan.

Menjadwalkan “kencan” kembali setelah puluhan tahun menikah adalah cara efektif untuk menghidupkan kembali percikan cinta yang kadang tertutup rutinitas.


Thursday, October 9, 2025

Mimpi adalah Idealisme Cita-cita

Mimpi, Kerja Keras, dan Waktu yang Akan Membuktikan

Mimpi adalah suatu idealisme cita-cita. Ia adalah kompas yang menuntun langkah manusia untuk bergerak, berjuang, dan bertumbuh. Namun mimpi, sebesar apa pun, tidak akan berarti tanpa tindakan nyata.

Tidak cukup hanya bermimpi — kita juga harus sekolah, belajar, dan mengasah diri. Karena ilmu adalah bahan bakar yang membuat mimpi bisa melesat jauh, bukan sekadar menjadi angan yang tertiup waktu.


Mimpi Itu Gratis, Tapi Tak Semua Mampu Menjaganya

Setiap orang berhak bermimpi. Mimpi itu gratis, mimpi milik kita semua. Namun hanya mereka yang berani menjaga dan memperjuangkannya yang akan melihatnya menjadi nyata.

Banyak yang berhenti di tengah jalan — bukan karena mimpinya terlalu tinggi, tapi karena semangatnya terlalu cepat padam. Padahal, mimpi bukan untuk ditunggu, tapi untuk dikejar. Jangan terlalu lama bermimpi. Bangun, bergerak, dan lakukan sesuatu hari ini.


Bekerja Keras, Bekerja dengan Sepenuh Hati

Mimpi tanpa kerja keras hanyalah lamunan. Kerja keras tanpa keikhlasan hanyalah rutinitas. Maka rahasia keberhasilan adalah bekerja keras, bekerja dengan sepenuh hati. Dalam dunia yang penuh persaingan, kita harus memiliki keunggulan yang membedakan kita dengan yang lain.

Bukan untuk merasa lebih tinggi, tetapi agar karya kita memiliki makna dan dampak. Keunggulan itu bisa berupa etos kerja, karakter, atau kejujuran — hal-hal yang tidak bisa dibeli, tapi bisa dilatih dengan konsistensi.


Ada Masa, Ada Orangnya

Waktu memiliki caranya sendiri untuk menempatkan setiap orang pada porsinya. Ada masa, ada orangnya. Ada orang, ada masanya. Kadang kita merasa tertinggal, kadang merasa tidak dilihat, tapi percayalah — semua orang punya waktunya sendiri untuk bersinar.

Yang penting, teruslah berproses. Karena mereka yang tekun menanam tidak akan menyesal saat musim panen tiba.


Menjadi Cucuk Lampah

Dalam perjalanan hidup dan karier, kadang kita berada di depan, kadang di belakang. Namun apa pun peran yang kita jalani, menjadi cucuk lampah — pembuka jalan bagi yang lain — adalah kehormatan tersendiri.

Menjadi orang yang memberi arah, memberi ruang, memberi contoh, meski tanpa sorotan. Namun ingat, rendah hati harus, rendah diri tidak boleh. Rendah hati membuat kita mudah belajar dan diterima; rendah diri membuat kita menolak kesempatan yang seharusnya kita ambil.


Mimpi, kerja keras, dan kerendahan hati adalah tiga pilar kehidupan yang tak lekang oleh waktu. Bermimpilah setinggi langit, belajar sekuat tenaga, dan bekerja sepenuh hati. Karena pada akhirnya, bukan hanya mimpi yang akan membesarkan kita, tetapi juga proses panjang yang menguatkan jiwa kita di sepanjang jalan.

Wednesday, October 8, 2025

Doa Orang Tua

Tempalah Anakku dengan Persoalan, dan Berikan Kekuatan untuk Menghadapinya

Setiap orang tua tentu menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Namun seiring waktu, banyak yang menyadari bahwa “yang terbaik” bukan selalu berarti “yang paling mudah.” Kasih sayang sejati tidak hanya tentang melindungi anak dari badai kehidupan, tetapi juga tentang membiarkan mereka belajar menari di tengah badai itu sendiri.


Ada doa yang terdengar sederhana, tapi mengandung makna luar biasa dalamnya:

“Ya Tuhan, jangan jadikan hidup anakku terlalu mudah.

Tapi berikanlah ia kekuatan, kebijaksanaan, dan hati yang teguh

untuk menghadapi setiap kesulitan yang Kau beri.”


Bukan Jalan yang Mulus, Tapi Hati yang Tangguh

Kita hidup di dunia yang penuh ketidakpastian. Persoalan akan datang — entah dalam bentuk kegagalan, kehilangan, atau penolakan. Namun, orang tua yang bijak tahu bahwa ketangguhan tidak lahir dari kenyamanan, melainkan dari tantangan.

Anak yang tumbuh tanpa pernah jatuh, mungkin tak akan tahu bagaimana caranya bangkit.

Tapi anak yang pernah menangis karena gagal, lalu belajar untuk berdiri lagi, akan punya otot mental yang kuat — otot yang kelak menuntunnya menghadapi kehidupan dengan kepala tegak dan hati tenang.


Persoalan Adalah Guru Terbaik

Setiap persoalan membawa pesan.

Ada yang datang untuk menguji kesabaran, ada yang hadir untuk mengasah kecerdasan, dan ada pula yang muncul agar kita belajar rendah hati.

Orang tua yang berdoa agar anaknya ditempa oleh persoalan bukanlah orang tua yang kejam, tapi justru orang tua yang mencintai dengan cara yang lebih dalam. Mereka ingin anaknya siap menghadapi dunia yang tidak selalu ramah, tapi juga tidak mudah menyerah.


Doa yang Tak Terlihat

Ketika seorang anak menghadapi masalah, mungkin ia merasa sendirian. Tapi jauh di sana, ada doa yang tak pernah berhenti mengalir dari hati orang tua:

“Ya Tuhan, kuatkan langkahnya. Jika ia jatuh, tuntun dia. Jika ia lelah, tenangkan hatinya. Jika ia ragu, ingatkan dia bahwa Kau selalu bersamanya.”

Doa seperti itu tidak selalu terdengar, tapi getarannya nyata — menguatkan, menenangkan, dan menuntun di saat paling gelap.


Dari Kesulitan, Lahir Keindahan

Hidup tidak perlu selalu mudah, karena di balik setiap persoalan ada pelajaran berharga. Kegigihan tumbuh dari ujian. Kebijaksanaan lahir dari pengalaman. Dan kedewasaan dibangun oleh waktu serta keberanian untuk terus melangkah meski jalan terjal.

Maka, doa terbaik bukanlah agar anak tidak pernah mengalami kesulitan, melainkan agar ia diberi kekuatan, kebeningan hati, dan keimanan yang kokoh untuk melewatinya dengan lapang dada.

Karena hidup bukan tentang menghindari badai, tetapi tentang belajar berlayar di tengahnya. Dan orang tua yang mendoakan seperti ini tahu — anak yang ditempa persoalan dengan kekuatan hati, kelak akan menjadi manusia yang tegar, tangguh, dan bijak menghadapi dunia.

Tuesday, October 7, 2025

The Journey Never End

Tentang Kesempatan, Diri, dan Perjalanan Panjang Kehidupan

Tidak semua orang memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk meniti perjalanan yang panjang. Ada yang lahir dengan banyak kemudahan, ada pula yang harus berjuang menembus batas hanya untuk memulai langkah pertama. Namun, hidup tidak pernah sekadar tentang dari mana kita berangkat — melainkan bagaimana kita melangkah dan ke mana kita memilih untuk terus berjalan.

Karena pada akhirnya, the journey never end. Setiap tujuan hanyalah awal dari perjalanan baru, setiap keberhasilan membuka bab berikutnya dari kisah hidup yang lebih besar.


Kemampuan & Kesempatan

Dua hal yang sering menjadi pembeda antara mereka yang berhasil dan yang menyerah adalah kemampuan dan kesempatan.

Kemampuan bisa diasah; kesempatan bisa diciptakan. Namun keduanya hanya bermakna jika kita memiliki kemauan. Mereka yang terus belajar, beradaptasi, dan berani mengambil langkah akan selalu menemukan jalannya sendiri, bahkan di tengah keterbatasan.


Be Yourself, But Be the Best of Yourself

Menjadi diri sendiri adalah kejujuran, tapi menjadi versi terbaik dari diri sendiri adalah perjuangan. Kita boleh berbeda, tapi jangan berhenti berkembang. Kita boleh berjalan lambat, tapi jangan berhenti belajar. Hidup adalah proses panjang untuk mengenali siapa diri kita, dan bagaimana menjadikannya lebih baik dari kemarin.


Persiapan Human Capital

Dalam dunia organisasi maupun komunitas, setiap peran membutuhkan kesiapan. Jika ingin mengambil peran dalam organisasi, tidak ada jalan lain selain mempersiapkan human capital — sumber daya manusia yang unggul dan berkarakter. Bukan hanya cerdas, tapi juga berintegritas. 

Bukan hanya mampu bekerja, tapi juga mampu membawa nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap tindakannya. Organisasi yang besar bukan hanya karena struktur, tapi karena manusianya yang tumbuh bersama visi.


Hidup Adalah Universitas yang Abadi

Setiap hari adalah ruang kuliah, setiap pengalaman adalah dosen, dan setiap kesalahan adalah ujian. Hidup adalah universitas yang abadi, tempat kita belajar tanpa batas waktu. Kita belajar dari keberhasilan, tapi jauh lebih banyak belajar dari kegagalan.

Dan sering kali, di balik kekalahan atau kegagalan selalu ada rencana Tuhan yang lebih baik.


Never Ever Give Up

Perjalanan memang panjang, melelahkan, dan sering kali tidak berjalan sesuai rencana. Namun jangan pernah menyerah. Never ever give up. Karena ketika kita bertahan sedikit lebih lama, kesempatan yang kita tunggu mungkin sedang menunggu di tikungan berikutnya.


Melompat Lebih Tinggi

Kadang kita harus jatuh agar bisa mengambil ancang-ancang untuk melompat lebih tinggi. Kegagalan bukan akhir, melainkan pijakan untuk naik ke level berikutnya. Selalu ada peluang untuk kita bisa melompat lebih tinggi, selama kita mau belajar, berbenah, dan percaya bahwa perjalanan ini — meski berat — tetap bermakna.


Karena hidup bukan tentang siapa yang paling cepat sampai, tapi siapa yang terus berjalan tanpa kehilangan arah.

The journey never end — dan kita semua masih punya kesempatan untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri. 

Wednesday, September 24, 2025

Slowsistency

Menarik banget belajar konsistensi bersama Saykoji. Dimana kita bisa menyimak di akun youtube.com/@TirtaPengPengPeng milik dokter Tirta. Dalam video tersebut diceritakan kisah sukses Saykoji yang berhasil menurunkan berat tubuh dari 150 kg hingga sekarang bisa mencapai 90 kg.

Slowsistency bisa kita terapkan pada diri kita misalnya dalam berlari, mulai dari lari pelan, lari 5K, lari 10K hingga lari 21K. Atau juga bisa kita terapkan pada menulis buku, mulai dari 1 kalimat, kemudian 1 paragraf, 1 cerita hingga menjadi 1 buku. 

Ini dinamakan slowsistency — sebuah konsep tentang konsistensi meski langkah yang diambil terasa pelan.

Slowsistency bukanlah soal siapa yang paling cepat mencapai garis akhir, melainkan tentang siapa yang tetap berjalan tanpa berhenti. Seperti tetes air yang perlahan mengikis batu, kekuatan sesungguhnya bukan pada derasnya, melainkan pada ketekunan yang terus-menerus. 

Banyak orang gagal bukan karena tidak mampu, melainkan karena berhenti di tengah jalan ketika merasa langkahnya terlalu lambat untuk dihargai.

Kita bisa belajar dari alam. 

Pohon yang tinggi menjulang tidak tumbuh dalam semalam. Ia memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menumbuhkan akar yang kokoh sebelum batangnya mampu berdiri tegak. Demikian pula dengan hidup kita: ketekunan kecil, dilakukan terus-menerus, pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang besar.

Slowsistency juga mengajarkan kesabaran. 

Bahwa setiap orang punya waktunya masing-masing, dan proses yang pelan bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda bahwa kita benar-benar sedang membangun dasar yang kuat. Konsistensi yang perlahan tapi stabil justru lebih tahan lama dibandingkan percepatan sesaat yang mudah padam.

Dalam karier, hubungan, kesehatan, maupun mimpi pribadi, slowsistency memberi kita keyakinan bahwa setiap langkah kecil tetap berarti. Menulis satu halaman sehari, berlari sepuluh menit setiap pagi, menabung sedikit demi sedikit — semua itu mungkin terlihat kecil, tetapi jika dilakukan konsisten, hasilnya bisa mengubah hidup.

Pada akhirnya, slowsistency adalah tentang menghargai perjalanan, bukan sekadar tujuan. Hidup bukanlah perlombaan sprint, melainkan maraton panjang di mana yang terpenting adalah kita tidak berhenti melangkah. 

Karena dalam konsistensi, meski pelan, kita sedang membangun sesuatu yang bernilai abadi.

Saturday, September 20, 2025

Tetirah

Dalam kehidupan yang kian padat dengan tuntutan, sering kali manusia terjebak dalam arus kesibukan yang tak berujung. Pekerjaan, target, kewajiban sosial, bahkan tekanan dari diri sendiri membuat langkah terasa berat, pikiran penuh sesak, dan hati kian lelah. 

Di titik inilah, tetirah—sebuah kata Jawa yang berarti berhenti sejenak untuk beristirahat dan memulihkan diri—menjadi relevan dan penting. 

Tetirah bukan sekadar liburan, melainkan sebuah jeda yang disadari, di mana seseorang sengaja melepaskan diri dari rutinitas harian, kembali pada keheningan, dan menyelami ulang makna hidup. Dalam tetirah, jiwa yang penat diberi ruang untuk bernapas, tubuh yang lelah diberi kesempatan untuk pulih, dan pikiran yang kusut diluruskan dengan keheningan. 

Saat seseorang melakukan tetirah, ia sesungguhnya sedang merawat dirinya sendiri, seperti seorang petani yang memberi waktu bagi tanah untuk kembali subur setelah lelah ditanami. Dari tetirah, lahirlah energi baru, kejernihan pikiran, dan semangat untuk kembali menempuh perjalanan. 

Manusia bukan mesin yang bisa bekerja tanpa henti. Ia adalah makhluk dengan hati, rasa, dan batin yang juga membutuhkan kehangatan jeda. Dan dalam jeda itulah, kita menemukan kembali siapa diri kita sebenarnya.

Dalam jeda, kita menemukan kesadaran bahwa hidup bukan semata tentang mengejar, tetapi juga tentang merasakan; bukan hanya tentang berlari, tetapi juga tentang berhenti dengan penuh makna. Kesadaran itu tumbuh ketika kita memahami bahwa diri ini bukan ditentukan oleh pencapaian semata, melainkan oleh sejauh mana kita mengenali diri kita sendiri. 

Dari jeda lahirlah pengertian, dari pengertian lahirlah penerimaan, dan dari penerimaan itulah tumbuh keberanian untuk melangkah kembali dengan tenang. Maka, jeda bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang halus—sebuah momen ketika manusia menemukan kembali siapa dirinya sebenarnya, dan itulah inti dari kesadaran sejati.

Friday, September 12, 2025

Backup Data Berkala

Sejak kejadian Baterai Laptop Drop tahun lalu, tepatnya mulai Mei 2024, performa laptop menurun parah. Memang baterai merupakan komponen vital dalam sebuah laptop karena menentukan mobilitas dan kenyamanan pengguna. 

Jika baterai drop, sehingga laptop tidak bisa menyimpan daya dengan optimal, atau bahkan mati mendadak meskipun indikator masih menunjukkan sisa persentase tertentu. 

Sebelumnya, selain usia, penyebab utama baterai drop adalah karena kebiasaan penggunaan seperti terlalu sering mengisi daya hingga 100% sambil tetap digunakan, membiarkan laptop overheat, membiarkan baterai benar-benar habis sampai 0%, dan juga menggunakan laptop pada suhu ruangan yang terlalu panas.

Baterai pun menggelembung yang kemudian merusak casing laptop dan membahayakan komponen internal lainnya. 

Solusi hanya ada 2, yaitu mengganti baterai dengan yang baru, atau sekalian aja mengganti laptop dengan yang baru.

Sebelum laptop yang kamu gunakan tidak bisa menyala selamanya, maka rutin-rutinlah mem-backup data, misalnya seminggu sekali waktu weekend.

Thursday, August 28, 2025

Jika Tidak Bisa Menaklukkan Langit, Maka Mintalah pada yang Membuat Langit

Ada banyak hal dalam hidup ini yang sering kali membuat kita merasa kecil, rapuh, bahkan tak berdaya. Seperti langit yang membentang luas, begitu tinggi dan tak tersentuh, begitu pula masalah dan cita-cita yang kita hadapi terkadang tampak mustahil untuk diraih. 

Kita berusaha mendaki, berlari, berjuang sekuat tenaga, namun tetap saja terasa seperti menghadapi sesuatu yang tak mungkin dikalahkan.

Kita ingin menaklukkan langit, tapi sering lupa bahwa langit bukan untuk ditaklukkan. Langit adalah simbol keterbatasan kita sebagai manusia. Ada batas yang tidak bisa kita lewati, ada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, sekeras apa pun usaha kita. 

Dan pada titik itulah kita diingatkan: jika tak bisa menaklukkan langit, maka mintalah pada yang membuat langit.

Karena di balik langit yang biru, yang penuh bintang, yang kadang gelap atau memancarkan cahaya mentari, ada Sang Pencipta yang mengatur segalanya dengan keseimbangan yang sempurna. Tuhanlah yang menciptakan langit, bumi, dan segala isinya. 

Ia yang memegang kunci dari segala sesuatu yang tampak mustahil di mata kita. Apa yang tidak bisa dijangkau oleh tangan manusia, bisa saja mudah digerakkan dengan izin-Nya.

Sering kali kita terjebak pada rasa ingin menguasai segalanya. Kita ingin semua berjalan sesuai keinginan kita: karier yang melesat cepat, rumah tangga yang sempurna, bisnis yang terus untung, tubuh yang selalu sehat, dan hidup yang mulus tanpa hambatan. 

Tapi hidup bukan seperti itu. 

Seperti langit yang luas, ia terlalu besar untuk digenggam manusia. Kita hanya bisa berjalan sejauh yang kita mampu, dan selebihnya kita serahkan pada-Nya.

Meminta pada yang membuat langit bukan berarti menyerah atau berhenti berusaha. Justru itu adalah bentuk kebijaksanaan. Kita berusaha semaksimal mungkin dengan segala daya, tetapi kita sadar ada kekuatan yang lebih besar daripada diri kita sendiri. 

Kita belajar untuk berdoa, bersandar, dan percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi—bahkan yang tidak sesuai harapan kita—tetap berada dalam kendali Tuhan.

Bayangkan seorang pelaut di tengah samudra. Ia tidak bisa mengatur arah angin, tidak bisa menahan gelombang, dan tentu saja tidak bisa menaklukkan luasnya lautan. Tetapi ia bisa mengatur layarnya, bisa berdoa agar angin membawanya ke arah yang tepat, dan bisa percaya bahwa di balik badai ada daratan yang menunggunya. 

Begitu pula kita dalam hidup: kita tidak bisa mengendalikan langit, tapi kita bisa meminta kepada yang menciptakan langit agar diberi jalan.

Maka, ketika langkahmu terasa buntu, ketika usahamu seperti berakhir di dinding yang tinggi, ketika doa-doamu seakan tak kunjung terjawab, jangan berhenti. 

Lihatlah ke langit. Ingatlah bahwa ada yang membuat langit, dan Ia selalu mendengar.

Sebab, jika tidak bisa menaklukkan langit, maka mintalah pada yang membuat langit. Dan di situlah kita menemukan arti pasrah, arti doa, dan arti percaya bahwa yang mustahil bagi manusia, tidak pernah mustahil bagi Tuhan.

Monday, August 25, 2025

Penulis dan Halaman Kosongnya

Bagi seorang penulis, halaman kosong sering kali menjadi ruang yang menakutkan sekaligus memikat. Ada yang menyebutnya sebagai writer’s block, ada pula yang melihatnya sebagai kebebasan mutlak. Apa pun namanya, halaman kosong adalah titik awal, ruang hampa yang menunggu untuk diisi dengan kata, ide, dan makna.

Seorang penulis berhadapan dengan halaman kosong tidak hanya sebagai tantangan teknis, tetapi juga sebagai cermin dirinya. Di balik layar putih atau kertas polos, tersimpan keraguan: apakah kata-kata yang ditulis nanti akan cukup berarti? 

Apakah cerita yang lahir dari jemarinya bisa menyentuh pembaca? 

Pertanyaan-pertanyaan itu menekan, membuat halaman kosong terasa seperti jurang yang tak berujung.

Namun justru di situlah keindahannya. Halaman kosong bukanlah musuh, melainkan sahabat yang setia menunggu. Ia tidak menuntut, tidak menghakimi, hanya memberi ruang. Seperti kanvas bagi pelukis, seperti panggung yang masih gelap bagi aktor. 

Halaman kosong memberi janji, bahwa apa pun yang dituliskan bisa menjadi sesuatu yang abadi.

Kadang, penulis mengisinya dengan coretan penuh gairah, menulis tanpa henti hingga halaman demi halaman terlampaui. Kadang pula, ia hanya menatap lama, sambil menimbang apakah kata pertama yang akan lahir sudah cukup kuat. Tapi yang paling penting adalah keberanian untuk memulai. Satu kata akan melahirkan kalimat. 

Satu kalimat akan memicu paragraf. Dan satu paragraf akan menuntun pada cerita utuh.

Penulis dan halaman kosongnya adalah dua sahabat yang saling membutuhkan. Tanpa penulis, halaman kosong tetaplah kosong. Dan tanpa halaman kosong, penulis kehilangan wadah untuk mengabadikan pikirannya. Justru dari kekosongan itu, lahirlah dunia-dunia baru yang tak terhitung jumlahnya.

Halaman kosong adalah simbol kesempatan. Kesempatan untuk bercerita, untuk berterus terang, untuk menyusun ulang ingatan, atau sekadar membiarkan diri bermimpi. Dan tugas penulis, sesederhana tapi juga serumit itu: berani menorehkan kata pertama, lalu terus berjalan di antara barisan kalimat yang mengikuti.

Wednesday, August 20, 2025

Bertanggung Jawab

Dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ) pasal 106 ayat 2, yang berbunyi: "Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengutamakan keselamatan Pejalan Kaki dan pesepeda". 

Selanjutnya pada ayat 4 juga dijelaskan, setiap orang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan. Di antaranya berupa rambu perintah dan larangan, marka jalan serta, alat pemberi insyarat lalu lintas dan aturan-aturan lainnya yang berlaku di jalan raya.

Jika pengendara motor yang tertabrak melakukan pelanggaran seperti menerobos lampu merah, maka pengendara lainnya (si penabrak) mungkin bisa dibebaskan dari tuntutan pidana atau kewajiban ganti rugi. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 234 ayat (3) UU LLAJ, yang menyatakan bahwa pertanggungjawaban tidak berlaku apabila kejadian disebabkan oleh perilaku korban itu sendiri.

Kembali pada Pasal 234 angka (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ yang menyebutkan: Ketentuan untuk mengganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) tidak berlaku jika:

  1. Adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan atau diluar kemampuan pengemudi
  2. Disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga dan/atau
  3. Disebabkan gerakan orang dan/atau hewan walaupun telah diambi tindakan pencegahan

Dikarenakan adanya kesengajaan dari si pengendara motor untuk menerobos lampu merah padahal seyogyanya dia menaati rambu-rambu lalu lintas dan berhenti pada saat lampu merah maka pengemudi mobil dapat dibebaskan dari tuntutan pidana, begitu pula dengan sebaliknya bila dikarenakan pengendara motor tersebut menerobos dan tertabrak oleh pengemudi mobil padahal pengemudi mobil sudah tepat yaitu jalan disaat lampu hijau maka ketentuan Pasal 234 angka (3) UU LLAJ dapat menjadi alasan bagi si pengendaran mobil untuk terhindar dari ganti kerugian kepada pengendara motor tersebut.

Jadi, jika yang ditabrak melanggar rambu, maka secara hukum dia bisa dianggap bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut. Pengemudi lainnya yang tertabrak memiliki peluang untuk dibebaskan dari tuntutan jika terbukti tidak lalai dan kecelakaan terjadi akibat kesalahan pihak pelanggar.


Sumber :

https://otomotif.kompas.com/read/2024/10/15/064200215/video-motor-tertabrak-karena-lewati-garis-lampu-merah-ini-sanksinya

https://www.kompasiana.com/aprilgsrynx/5ff720db8ede48324033c722/kecelakaan-lalu-lintas-benarkah-penabrak-selalu-salah


Saturday, August 9, 2025

Ganti Rem Belakang

Beberapa bulan lalu, saya sempat menulis tentang pengalaman mengganti rem cakram depan motor karena bunyi berdecit yang mengganggu. Setelah ganti, performa rem depan jadi pakem, bunyi hilang, dan berkendara pun terasa lebih nyaman. Tapi ternyata, cerita soal rem motor saya belum selesai.

Beberapa bulan berselang, saya mulai merasakan ada yang berbeda saat mengerem menggunakan rem belakang. Awalnya terasa kurang pakem, lalu muncul bunyi gesekan halus ketika pedal rem diinjak. Saya pikir mungkin hanya kotor atau terkena debu jalanan, tapi lama-lama bunyinya makin sering terdengar, bahkan saat motor berjalan pelan.

Saat dibawa ke bengkel, mekanik langsung memeriksa kampas rem belakang. Ternyata kampasnya sudah menipis, bahkan hampir habis. Wajar saja kalau performanya menurun. Mekanik menjelaskan, kampas rem belakang memang sering aus belakangan kalau rem depan sebelumnya sudah diganti. Alasannya sederhana: beban pengereman yang awalnya terbagi, menjadi lebih banyak ditanggung rem belakang ketika rem depan mulai kembali optimal.

Penggantian kampas rem belakang ini lebih cepat dibanding rem depan, karena sistemnya tromol, bukan cakram. Mekanik membersihkan bagian dalam tromol dari debu dan sisa kampas lama, lalu memasang kampas baru. Setelah itu, disesuaikan setelan rem supaya tidak terlalu keras atau longgar.

Hasilnya langsung terasa. Rem belakang jadi lebih responsif, tidak ada lagi bunyi gesekan, dan pengereman terasa lebih seimbang. Pelajaran yang saya ambil adalah pentingnya mengecek kedua rem secara berkala, bukan hanya saat terasa bermasalah. Karena kalau salah satu sudah diganti, besar kemungkinan yang satunya menyusul dalam beberapa bulan.

Wednesday, July 30, 2025

Karena Sejak Saat Itu, Hidup Bukan Lagi Tentang Kita

Anak, Alasan Terbaik dan Dorongan Terkuat (the best reason & push for anything)

Dalam perjalanan hidup, banyak hal yang membuat kita melangkah lebih jauh, lebih keras, dan lebih kuat. Namun tidak ada dorongan yang sekuat kehadiran seorang anak. Anak adalah alasan terbaik dan dorongan terhebat untuk segala hal: bekerja lebih keras, berhemat lebih bijak, belajar lebih dalam, bahkan berdoa lebih khusyuk. Ketika menjadi orang tua, kita mulai menyadari bahwa keputusan-keputusan besar dalam hidup bukan lagi tentang diri kita semata. Bukan tentang ambisi pribadi, kenyamanan, atau pencapaian ego. Segala sesuatu berubah menjadi tentang bagaimana membangun masa depan yang lebih baik untuk mereka—tempat yang aman, dunia yang layak, dan warisan nilai yang kuat. Anak membuat kita sadar: hidup ini bukan soal kita, tapi soal bagaimana kita menjadi fondasi yang kokoh bagi tumbuh kembang mereka. Sebab cinta yang paling sejati tak selalu diucapkan, tapi diwujudkan dalam kerja keras dan pengorbanan yang tulus.

Ini Bukan Lagi Tentang Kita (it's never about us)

Ada satu momen dalam hidup yang mengubah segalanya. Bukan ketika kita mendapatkan pekerjaan pertama, bukan ketika meraih gelar, bahkan bukan ketika meraih kesuksesan yang selama ini diperjuangkan. Perubahan sejati justru datang ketika seorang anak hadir di dunia. 

Saat itu, dunia bergeser. Fokus hidup tak lagi berada pada diri sendiri, melainkan pada sosok kecil yang mengandalkan kita sepenuhnya. Sejak detik itu, hidup bukan lagi tentang “aku”, melainkan “kita”—lebih tepatnya, tentang “dia”, si kecil yang membuat kita menemukan alasan paling tulus untuk berjuang.

Anak adalah alasan terbaik untuk segala sesuatu. Alasan mengapa kita bangun lebih pagi, menempuh jarak lebih jauh, menahan lelah lebih lama, dan menelan amarah lebih sabar. Mereka adalah pengingat konstan bahwa setiap kerja keras yang kita lakukan bukan sekadar untuk membayar tagihan atau menambah angka di rekening bank. Tapi untuk memberi arti. Untuk menyediakan pijakan yang kokoh bagi langkah mereka di masa depan.

Kehadiran anak juga menjadi dorongan terbesar untuk bertumbuh. Banyak orang tua yang akhirnya belajar hal-hal baru karena ingin menjadi contoh yang baik. Ada yang mulai belajar mengelola keuangan dengan lebih bijak, memahami emosi dengan lebih dalam, atau bahkan mengejar pendidikan lagi karena ingin memberikan teladan. 

Tak sedikit pula yang akhirnya berani mengubah haluan karier, berwirausaha, atau menantang diri keluar dari zona nyaman karena dorongan untuk memberikan yang terbaik. Semua itu dilakukan dengan satu harapan sederhana: agar anaknya kelak bisa hidup lebih baik dan lebih bijak dari dirinya sendiri.

Menjadi orang tua juga berarti belajar melepaskan ego. Impian-impian pribadi yang dulu terasa penting bisa jadi tak lagi relevan, atau setidaknya harus ditunda. Keputusan besar seperti pindah kota, memilih pekerjaan, bahkan bersosialisasi, kini melibatkan pertimbangan tentang anak: apakah ini baik untuknya? Apakah dia akan tumbuh dengan bahagia dan aman di sana? Hidup menjadi penuh pertimbangan, namun juga penuh makna.

Dan yang paling menyentuh, anak mengajarkan kita bentuk cinta yang paling murni. Cinta yang tak banyak bicara, tapi penuh tindakan. Cinta yang tak menuntut balasan, tapi tetap setia memberi. Ketika kita bekerja keras meski tubuh lelah, saat kita memeluk mereka di malam hari tanpa tahu apakah mereka sadar, atau ketika kita menahan tangis di depan mereka agar tetap terlihat kuat—semua itu adalah bentuk cinta yang hanya bisa dipahami oleh hati yang pernah menjadi orang tua.

Jadi, bila suatu saat kita merasa lelah, goyah, atau ragu dengan pilihan hidup ini, ingatlah satu hal: kita sudah memiliki alasan terbaik untuk tetap melangkah. Anak bukan hanya amanah, tapi juga kekuatan. Bukan hanya tanggung jawab, tapi juga sumber inspirasi. Bukan hanya bagian dari hidup kita, tapi alasan terbesar mengapa kita hidup dengan lebih sungguh-sungguh.

Karena pada akhirnya, ini memang bukan tentang kita. Ini tentang mereka—tentang harapan yang kita titipkan pada masa depan, lewat cinta, kerja keras, dan ketulusan yang kita tanam hari ini.

Friday, July 18, 2025

Sore: Istri dari Masa Depan

"Kenapa senja itu menyenangkan? Kadang ia merah merekah bahagia, kadang ia hitam gelap berduka. Tapi, langit selalu menerima senja apa adanya"

Film yang berjudul Sore: Istri dari Masa Depan dibuka dengan kutipan yang cukup dalam, yang menyiratkan bahwa kehidupan manusia seperti senja, yang terkadang cerah, dan terkadang muram. Namun meski demikian cinta sejati akan menerima apa pun suasana itu tanpa syarat.

Rasanya sudah lama, tidak menonton film Indonesia langsung di bioskop. Dan ada rasa menyesal sewaktu film Jatuh Cinta Seperti di Film-film tayang di bioskop tapi sayangnya tidak ada kesempatan untuk menonton langsung di layar lebar.

Oleh karena itu, tidak boleh kejadian untuk film Sore: Istri dari Masa Depan. Ya, kedua film tersebut sama, dibuat oleh Yandy Laurens.

Film ini mengulas luka batin tentang seseorang yang belum selesai dengan dirinya sendiri. Atau yang juga disebut dengan attachment wound, yaitu luka keterikatan. Attachment wound adalah luka emosional yang terjadi dalam hubungan, yang disebabkan oleh pelanggaran kepercayaan atau pengalaman yang membuat seseorang merasa dikhianati atau ditinggalkan, yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam membentuk hubungan yang sehat di masa depan. 

Luka Jonathan berasal dari hubungan dengan ayahnya, sehingga luka tersebut menjadi trauma antar generasi yang mempengaruhi kemampuan Jonathan dalam upaya membuka diri kepada pasangan.

Trauma masa lalu Jonathan terjadi karena ayahnya meninggalkan ibunya, dirinya, dan kakaknya untuk memilih bersama perempuan lain, untuk mengikuti keinginan hatinya, kesenangan dirinya sendiri. Dia merasa dirinya tak dipilih oleh sang ayah. 

Rasa kecewa, pahit hati, amarah, dan dendam pada sang ayah, tersimpan dalam dirinya hingga dia tumbuh dewasa. Tapi, jauh dalam lubuk hatinya, ia masih menyayangi dan rindu sosok seorang ayah. 

Kehadiran Sore pun mencoba membantu Jonathan agar bisa berdamai dengan masa lalu.Tapi ratusan hingga bahkan ribuan kali Sore mencoba merubah Jonathan hanya berujung dengan kegagalan, mengharuskan Sore kembali ke awal. 

Over and over and over again, stuck in a loop where every effort to save him seems to reset.

Sore harus melakukan reinkarnasi berkali-kali untuk membayar karma. Dia terjebak dalam time loop

Segala upaya yang dilakukan Sore tetap berujung kegagalan. Bahkan dia suatu waktu mencoba pendekatan yang berbeda dengan cara mengajak Jonathan untuk menghadapi masa lalunya, dengan menemui sang ayah, yang notabene merupakan sumber luka batin terdalamnya. 

Tapi gagal.

Di titik ini, Sore mulai goyah terhadap keyakinannya sendiri: apakah cinta sekuat itu? Apakah pengorbanan bisa melawan takdir?

"Kalau aku harus ngulang seribu kali pun, kayaknya aku bakal tetap milih kamu, deh."

"Gak apa-apa, kita mulai dari awal, ya?"

Namun, terkadang untuk membuat seseorang akan tumbuh dengan perasaan tidak lah cukup, lalu berharap lebih pada orang dekat untuk bisa "menyembuhkan" luka tersebut, padahal tanggung jawab penyembuhan luka batin merupakan kewajiban diri sendiri.

Dan akhirnya, Sore pun memilih tidak mencoba mengubah Jonathan, dia berhenti mengatakan

"Hi, aku Sore, istri kamu masa depan."

Sore pun ikhlas dan pasrah, sembari mengucapkan

"Hi, aku Sore, istri kamu... selamanya."

Sore yang semula tidak mau kehilangan Jonathan, yang di masa depan meninggal karena kompilasi penyakit yang diderita akibat gaya hidup berantakan, seperti sering begadang, merokok dan minum alkohol. 

Sekarang tidak lagi.

Dan, di saat Sore telah berserah dan berdamai, di situlah sang takdir bekerja, ada sesuatu yang lebih besar dari kita manusia yang selalu mengarahkan kita to unfold our life stories

"Laki-laki tidak akan bisa dirubah sesuai dengan kemauan wanita, tapi laki-laki akan berubah karena dia benar-benar mencintai wanitanya."

"Ada 3 hal yang tidak bisa kita rubah: masa lalu, kematian dan rasa sakit."

"...tapi manusia bisa berubah."

Di saat itulah terjadi the great reset

Tidak hanya sekedar reset seperti sebelumnya yang telah terjadi ratusan kali. Sungguh ironis, Jonathan yang sebelumnya sangat peduli terhadap perubahan iklim yang menghancurkan Bumi dengan mengabadikannya lewat karya foto, namun dia lupa bahwa perubahan dalam dirinya telah menghancurkan dirinya, baik secara jasad maupun psikis. 

Tapi sekali lagi ini adalah the great reset.

Perasaan yang ditinggalkan oleh Sore selama ratusan hingga ribuan kali dalam melakukan hal yang sama akhirnya membekas pada diri Jonathan.

Seakan dejavu.

Sehingga Jonathan seakan mendapatkan ilham untuk melakukan pemulihan jasad, dengan berhenti merokok, dan berhenti minum alkohol. Bahkan dia pergi ke rumah ayahnya, meski pun setelah berada di dalam ruang tamu, dia kemudian hanya menuliskan pada selembar foto, yang inti isinya adalah dia telah memaafkan ayahnya dan berterima kasih dalam kebersamaan 1 tahun di masa kecilnya.

Dan segera Jonathan pun kembali ke Indonesia untuk bertemu ibunya dengan jasad atau tubuh yang lebih sehat dan bugar. Karena selain tidak merokok dan tidak minum alkohol dia juga rajin berolahraga. 

Ingat bahwa when we choose to love someone, we’re also choosing to accept the pain that may come with it


Sumber :

https://www.rri.co.id/hiburan/1655094/kutipan-menyentuh-film-sore-istri-dari-masa-depan

https://www.orami.co.id/magazine/quotes-film-sore-istri-dari-masa-depan

https://www.cxomedia.id/art-and-culture/20250717155541-24-181475/tentang-luka-dan-cinta-dalam-sore-istri-dari-masa-depan

https://www.attachmentproject.com/psychology/attachment-wound/#:~:text=Apa%20itu%20Luka%20Perlekatan?,kemungkinan%20besar%20akan%20tetap%20berkembang.

https://www.antaranews.com/berita/4974649/makna-filosofis-cinta-di-balik-film-sore-istri-dari-masa-depan

https://medium.com/@espressodingin/review-film-sore-istri-dari-masa-depan-394227044d04

https://farhangga.com/blog/teori-film-sore-istri-dari-masa-depan/

https://medium.com/@e.drnts/what-sore-istri-dari-masa-depan-taught-me-c49c49b29eb7

https://mojok.co/liputan/aktual/fakta-menyedihkan-di-balik-film-sore/

https://www.popbela.com/relationship/married/pelajaran-cinta-dari-film-sore-istri-dari-masa-depan-00-jclkf-bbsyxl

https://movfreak.blogspot.com/2025/07/review-sore-istri-dari-masa-depan.html

Thursday, July 17, 2025

Undecided

Senja mulai turun ketika badan ini akhirnya dihempaskan ke jok mobil untuk membawa pulang setelah perjalanan dari luar kota. Ditemani suara angin dan mendung yang menggantung di langit kelabu sambil melamun di persimpangan antara melepaskan yang sudah lama digenggam, atau tetap bertahan meski hatinya mulai letih.

Bukan keputusan ringan. 

Karena apa yang dulu menghangatkan kini mulai terasa hampa.

Dalam diam, semua ditimbang antara rasa takut, kehilangan, dan penyesalan. Melepaskan bukan berarti menyerah. Namun bertahan pun bukan berarti lemah. Ini saatnya agar kita berani jujur pada apa yang kita rasakan. 

Terdengar sayup sayup lagu di radio mobil.

It's weighin’, weighin' on me

Don't wanna wake up in the mornin'

Chris Brown - Undecided

Lagu dari Chris Brown yang berjudul Undecided menemani selama awal perjalanan. Lagu "Undecided" adalah lagu R&B dan pop. Yang unik dan terasa sangat familiar adalah karena dalam lagu ini berisi sampel singel penyanyi R&B Amerika Shanice tahun 1991 yang berjudul "I Love Your Smile".

Langsung aku beralih, dari radio mobil ke smartphone untuk memutar lagu "I Love Your Smile" dari Shanice.

Time came and showed me your direction

Now I know, I'll never ever go back

Shanice - I Love Your Smile

Langkah pertama bukan memilih, tapi memahami. 

Bimbang itu manusiawi — dan tak ada keputusan yang benar, kecuali yang kita ambil dengan hati yang jujur dan penuh tanggung jawab.


Wednesday, July 9, 2025

Superman

Clark Kent/Superman menghentikan bangsa Boravia dari invasi ke negara tetangga Jarhanpur, dan memperingatkan presiden Boravia, Vasil Ghurkos, untuk meninggalkan Jarhanpur. Di Metropolis, Superman dikalahkan untuk pertama kalinya oleh seorang metahuman bernama "Hammer of Boravia", dan melarikan diri ke Fortress of Solitude di Antartika dengan bantuan anjing super Krypto. 

Mereka diikuti oleh Angela Spica/The Engineer, sekutu miliarder Lex Luthor. Robot-robot Superman menggunakan radiasi matahari terkonsentrasi untuk menyembuhkannya dan menghibur Superman dengan pesan dari orang tua kandungnya, Jor-El dan Lara Lor-Van, yang mengirimnya ke Bumi untuk menyelamatkannya dari kehancuran planet Krypton mereka. 

Pesan tersebut rusak selama perjalanan, sehingga hanya paruh pertama yang dapat diputar. Superman kembali ke Metropolis dan kembali dikalahkan oleh Hammer, yang diam-diam merupakan metahuman Ultraman Luthor.

Superman setuju untuk diwawancarai oleh Lois Lane, pacar sekaligus rekan reporternya di Daily Planet, yang memicu pertengkaran ketika Lois mendesaknya tentang implikasi hukum dan etika dari tindakannya di Boravia. 

Luthor melepaskan kaiju di Metropolis sebagai pengalih perhatian saat ia menyusup ke Fortress of Solitude bersama Ultraman dan Engineer. Mereka mengalahkan para robot, menangkap Krypto, dan menemukan pesan Kryptonian; Engineer memulihkan bagian yang rusak. 

Superman menyelamatkan warga sipil sambil melawan kaiju tersebut bersama "Justice Gang", sebuah tim yang terdiri dari para pahlawan Green Lantern, Mister Terrific, dan Hawkgirl. Meskipun Superman ingin mengambil makhluk itu hidup-hidup, Mister Terrific membunuhnya. 

Luthor menyiarkan pesan Kryptonian dan Superman terkejut mendengar bagian kedua, di mana orang tuanya mendesaknya untuk menaklukkan Bumi dan mengambil banyak istri untuk memulihkan ras Kryptonian.

Opini publik berbalik melawan Superman, terutama ketika ia dengan marah menghadapi Luthor yang sedang mencari Krypto. Lois meyakinkan Superman bahwa ia yakin Superman baik, dan Superman menyatakan cintanya sebelum menyerahkan diri kepada pemerintah AS. 

Mereka menyerahkan Superman kepada Luthor untuk ditahan dan diinterogasi di dalam alam semesta saku buatan tempat Luthor diam-diam menyembunyikan musuh-musuhnya, termasuk Krypto. Superman dipenjara bersama Metamorpho, seorang metahuman. 

Luthor menggunakan Joey, putra Metamorpho yang masih bayi, sebagai daya ungkit untuk memaksanya mentransmutasikan tubuhnya menjadi Kryptonite, membuat Superman tak berdaya. Saat menginterogasi Superman, Luthor membunuh pendukungnya, Malik Ali, yang membuat Metamorpho ketakutan. 

Malik membantu Superman melarikan diri dan mereka membebaskan Joey dan Krypto. Lois meyakinkan Mister Terrific untuk membantu menemukan Superman dan mereka memasuki alam semesta saku, menyelamatkan yang lainnya. Lois membawa Superman untuk memulihkan diri bersama orang tua angkatnya, Jonathan dan Martha Kent. Jonathan memberi tahu Superman yang putus asa bahwa tindakannya menentukan siapa dirinya, bukan pesan dari orang tua kandungnya.

Pacar Luthor, Eve Teschmacher, yang tergila-gila pada fotografer Daily Planet, Jimmy Olsen, memberikan bukti kepada Daily Planet bahwa Luthor membantu Boravia dengan imbalan setengah wilayah Jarhanpur. 

Luthor memenjarakannya dan memancing Superman kembali ke Metropolis dengan membuka portal tak stabil ke alam semesta saku yang menciptakan celah yang semakin besar di dunia nyata. Superman mengirim Green Lantern, Hawkgirl, dan Metamorpho untuk menghentikan Boravia menyerang Jarhanpur lagi. 

Hawkgirl membunuh Ghurkos dan Green Lantern mengundang Metamorpho untuk bergabung dengan Justice Gang. Di Metropolis, Superman dan Mister Terrific melawan Engineer dan Ultraman. Superman mengalahkan Engineer dan mengetahui bahwa Ultraman adalah kloningan dirinya sendiri. 

Luthor begitu bertekad untuk mengalahkan Superman sehingga ia menolak untuk menutup celah tersebut, yang membelah kota menjadi dua. Superman dan Krypto mengalahkan Ultraman, yang ditarik ke dalam lubang hitam di bawah celah tersebut, dan kemudian mereka menahan Luthor di markasnya. Tuan Terrific menutup keretakan sementara Superman menantang ideologi Luthor dan mengungkapkan harapan bahwa suatu hari Luthor akan menerima kemanusiaan dalam diri mereka berdua.

Lois dan Jimmy mengungkap rencana Luthor ke publik, membersihkan nama Superman. Luthor dan rekan-rekannya ditangkap, dan mereka yang terperangkap di dunia sakunya, termasuk Eve, dibebaskan. Lois mengaku juga mencintai Clark. 

Saat Superman memulihkan diri di Benteng, sepupunya, Kara Zor-El, datang dalam keadaan mabuk untuk menjemput Krypto. Para robot menghibur Superman dengan rekaman masa kecilnya di Bumi bersama orang tua manusianya.


Sumber :

https://en.wikipedia.org/wiki/Superman_(2025_film)

Sunday, June 29, 2025

Menyusuri Jalan Pulang

Perjalanan Singkat dari Jember ke Sidoarjo

Minggu siang di Jember menyisakan sisa-sisa kehangatan dari malam sebelumnya. Setelah sehari penuh menikmati udara kampung yang bersih, menyantap masakan khas Jember, dan berbagi cerita tanpa batas, akhirnya tiba waktunya untuk kembali ke rutinitas—ke Sidoarjo, ke rumah, ke kehidupan yang menanti di awal pekan. 

Tepat pukul 12 siang, setelah makan siang bersama, kami berempat kembali menaiki mobil dan bersiap menempuh perjalanan sekitar 6 jam menyusuri jalur selatan Pulau Jawa.

Suhu udara masih cukup terik saat kami meninggalkan Jember. Jalanan kota tampak lengang, lalu mulai berkelok melewati perkebunan dan perbukitan kecil menuju arah utara. Di sepanjang perjalanan, pemandangan alam kembali menyuguhkan ketenangan yang kontras dengan hiruk-pikuk kota. 

Anak-anak di kursi tengah mulai terlelap, mungkin masih membawa lelah dari kegiatan selama di kampung.

Kami memilih jalur yang sama seperti saat berangkat: melewati Lumajang, Probolinggo, lalu Pasuruan. Lalu lintas di beberapa titik mulai padat, terutama mendekati sore hari. Banyak kendaraan pribadi dan bus pariwisata yang tampak beriringan, semua sama: kembali dari liburan singkat menuju rutinitas harian. 

Meski sempat terjebak antrean di beberapa ruas jalan pasar, perjalanan tetap terasa ringan karena hati masih hangat oleh kesan akhir pekan.

Kami sempat berhenti di rest area pertama saat memasuki tol di daerah Probolinggo untuk beristirahat dan membeli minuman dingin. Di sana, obrolan kecil kembali mencair—tentang betapa singkatnya waktu saat berada di kampung, tentang rencana liburan berikutnya, dan tentang bagaimana anak-anak tampak lebih ceria setelah bertemu keluarga besar.

Menjelang magrib, langit mulai memerah saat mobil perlahan memasuki wilayah Sidoarjo. Rasa lelah tergantikan oleh perasaan tenang—kami pulang dengan hati penuh. Rumah yang kami tinggalkan dua hari lalu kembali menyambut dalam keheningan yang familiar. 

Meski hanya perjalanan singkat, namun seperti biasa, perjalanan pulang dari kampung selalu meninggalkan kesan panjang—tentang rumah yang sesungguhnya, tentang waktu yang berharga, dan tentang arti kembali.

Saturday, June 28, 2025

Tiga Bekal dari Uti

Nasihat Seorang Nenek untuk Cucunya yang Akan Merantau

Artikel ini sambungan dari Sabtu Sore Menuju Kampung Halaman di Jember, dan malam itu saat akan pamit dari rumah kakek nenek, Uti (nenek) memberi 3 bekal sebagai nasihat dalam perantauan.

“Nak, sebelum kamu berangkat, ada tiga hal yang ingin Uti titipkan,” ucapnya lembut, tetapi penuh ketegasan. “Tiga hal ini bukan bekal di koper, tapi bekal di hati.”

Pertama, iman. “Kamu akan hidup jauh dari rumah, dari orang tua, dari Uti. Tapi Allah tidak pernah jauh. Jaga salatmu, jaga hatimu, jangan biarkan dunia mengikis kepercayaanmu. Kalau ada yang bikin bingung, kembali ke doa. Jangan cuma sibuk cari jawaban di Google, tapi lupa minta petunjuk dari Tuhan.”

Kedua, uang dan hutang. “Uang itu seperti air, mengalir cepat. Jangan boros. Belajarlah menabung walau sedikit. Dan satu lagi, jangan gampang berutang. Sekali kamu mulai, bisa-bisa hidupmu dikendalikan cicilan. Kalau kamu harus berutang, pastikan kamu bisa dan siap membayar. Jangan pernah utang buat gaya-gayaan, apalagi demi gengsi.”

Ketiga, pergaulan. “Kamu akan bertemu banyak orang. Teman bisa jadi jembatan rezeki, tapi juga bisa jadi lubang yang menjatuhkan. Pilih circle-mu baik-baik. Cari teman yang saling dukung, saling ingatkan, bukan yang ngajak lalai. Jangan malu kalau harus menyendiri daripada masuk ke lingkaran yang salah.”

Tiga pesan itu akan terus terngiang di benak sang cucu hingga bertahun-tahun kemudian. 

Karena nasihat yang sederhana, akan selalu menjadi kompas saat dunia mulai terasa asing.

Dan, lahirlah kekuatan untuk melangkah.

Sabtu Sore Menuju Kampung Halaman di Jember

Perjalanan Pulang

Hari Sabtu selalu membawa aroma pulang. Bagi kami, keluarga kecil dari Sidoarjo, akhir pekan kali ini bukan sekadar istirahat—melainkan momen untuk kembali ke akar, ke kampung halaman di Jember. Jam menunjukkan pukul tiga sore ketika kami berempat—aku, istri, dan dua anak kami—bergegas keluar dari rumah setelah seharian penuh bekerja. 

Mumpung lagi libur sekolah. 

Meski lelah belum sepenuhnya reda, ada semangat yang tak bisa disembunyikan: rindu akan udara kampung, suara jangkrik malam, dan senyum hangat orangtua yang selalu menanti.

Perjalanan dimulai dari jalanan padat kota Sidoarjo. Lalu lintas cukup bersahabat meski sesekali tersendat di titik-titik pertemuan jalan raya dan kawasan industri. Kami memilih jalur darat menggunakan mobil pribadi, karena selain lebih fleksibel, ini adalah waktu terbaik untuk berbincang di sepanjang jalan—tentang hidup, sekolah anak-anak, hingga kenangan masa kecilku di Jember.

Di sepanjang perjalanan, sawah-sawah yang mulai menguning menyapa dari balik jendela. Langit sore di atas Pandaan dan Lumajang begitu bersahabat, dengan semburat jingga yang pelan-pelan berganti biru kelam. 

Kami sempat berhenti sejenak di Alfamart untuk membeli jajanan ringan, sekaligus memberi waktu anak-anak untuk melepas penat. Obrolan ringan dan tawa kecil dari bangku belakang menjadi musik perjalanan yang tak tergantikan.

Mendekati Jember, suasana terasa makin akrab. Lampu-lampu desa mulai menyala, dan jalanan berubah dari lebar menjadi sempit, dari ramai menjadi tenang. Aroma kampung perlahan masuk ke dalam kabin mobil: campuran tanah basah, kayu bakar, dan angin pegunungan yang sejuk. 

Sebelum keliling kami sempatkan bersih-bersih dulu di penginapan AYO, Alice's Homestay! yang berlokasi di Jl.Citarum.no 10 Jember, kita bisa menghubungi di nomor whatsapp +62 877-1404-2944

Ketika akhirnya kami tiba di depan rumah orangtua, sambutan hangat dan pelukan akrab menjadi penutup sempurna dari perjalanan ini.

Bagi kami, pulang ke Jember bukan hanya soal melepas rindu—tapi juga menyambung kembali yang kerap terlupa: keluarga, akar, dan rasa syukur yang tumbuh dalam ketenangan desa. Di sana, di antara lampu temaram dan suara malam, kami menemukan kembali siapa diri kami, dan mengisi ulang hati untuk kembali menghadapi hari-hari kota yang padat.

Tuesday, June 24, 2025

Teori "Law of Opposite" dari Buku "Tuesday with Morrie"

Saat waktu senggang sambil dengerin Bersinema Podcast dari akun Youtube Rakki Creative. Terutama pada menit 16:09 , keren banget penjelasan Law of Opposite yang diambil dari buku Tuesday with Morrie.


Dalam buku Tuesday with Morrie, Mitch Albom menghadirkan percakapan menyentuh antara dirinya dan mantan dosennya, Morrie Schwartz, yang sedang menghadapi akhir hidup akibat penyakit ALS. Di tengah obrolan penuh makna itu, muncul sebuah gagasan yang kuat namun sering terabaikan: Law of Opposite, hukum tentang bagaimana dua hal yang tampaknya bertolak belakang ternyata saling melengkapi dan justru memberi makna yang lebih dalam dalam hidup.

Morrie menjelaskan bahwa untuk benar-benar mengalami kebahagiaan, seseorang harus juga merasakan kesedihan. Untuk memahami arti hidup, kita perlu menyadari kedekatan kita dengan kematian. Di sinilah hukum paradoks itu bekerja. 

"How can you appreciate light without knowing darkness?", tanya Morrie. Kehidupan bukan hanya soal menghindari penderitaan, tetapi tentang menerima dan mengalaminya dengan penuh kesadaran.

Law of Opposite adalah ajakan untuk tidak kaku melihat dunia secara hitam-putih. Hidup yang utuh justru terbentuk dari keberanian merangkul seluruh spektrum rasa—bahagia dan sedih, semangat dan lelah, keberhasilan dan kegagalan. 

Morrie tidak menolak kesedihan yang ia alami, tetapi justru membiarkannya hadir sepenuhnya, agar setelah itu ia bisa melepaskan dan membuka ruang untuk kebahagiaan.

Dalam dunia yang serba cepat dan kerap menuntut kepositifan palsu, konsep Law of Opposite menawarkan pendekatan yang lebih manusiawi. Kita tidak harus selalu merasa kuat. Kita boleh menangis, boleh takut, boleh lelah. Justru dari titik-titik rapuh itu, kita belajar menjadi manusia seutuhnya—bukan sempurna, tapi jujur.

Melalui Morrie, kita diajak untuk hidup dengan cara yang lebih sadar. Menerima bahwa di balik satu emosi, tersembunyi kemungkinan untuk merasakan hal sebaliknya. Dan bahwa hidup yang dalam bukanlah hidup yang selalu ceria, tetapi hidup yang memberi ruang bagi seluruh emosi untuk hadir, tumbuh, dan menguatkan kita.

Sunday, June 22, 2025

Shock Breaker Belakang

Shock breaker atau peredam kejut adalah salah satu komponen penting pada sistem suspensi mobil yang berfungsi menyerap getaran dan guncangan ketika kendaraan melintasi jalanan yang tidak rata. Komponen ini tidak hanya mempengaruhi kenyamanan berkendara, tetapi juga berkaitan erat dengan kestabilan dan keselamatan. 

Ketika shock breaker belakang mulai melemah atau rusak, gejalanya dapat terasa jelas: mobil terasa limbung saat menikung, bagian belakang memantul berlebihan setelah melewati polisi tidur, atau bahkan muncul suara berdecit dari area roda belakang.

Mengganti shock breaker belakang sebaiknya dilakukan jika usia pemakaian sudah mencapai 50.000–100.000 km, atau lebih cepat jika sering melintasi medan berat. 

Aku pilih shock breaker orisinil yang pastinya sesuai spesifikasi pabrik.Setelah mengganti shock breaker mobil menjadi terasa lebih stabil, dan kenyamanan penumpang meningkat drastis. 

Saturday, June 21, 2025

Menguak Bau Bensin dari Kabin Xenia

Sabtu pagi yang seharusnya tenang berubah menjadi penuh kekhawatiran ketika hidung mencium bau bensin yang menyengat dari dalam kabin mobil. Bau itu tidak asing. Ingatan langsung melayang ke tahun 2020, saat kejadian serupa saat harus ganti Oring Injector Xenia, yang sudah aus.

Tanpa menunggu lama, saya langsung membawa mobil ke bengkel langganan. Potensi bahaya dari kebocoran bensin, atau masalah kecil lainnya seperti ini tidak boleh dianggap remeh. Sesampainya di bengkel, mekanik langsung melakukan pengecekan. Bau bensin yang kuat di ruang mesin langsung mengarah pada kecurigaan lama: O-ring injector.

Setelah kap mesin dibuka dan pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh, benar saja—O-ring salah satu injector mengalami putus karena aus, yang menyebabkan uap dan sedikit tetesan bensin bocor ke luar. Sama seperti yang terjadi lima tahun lalu, karet seal kecil itu kembali jadi sumber masalah besar.

Pihak bengkel menyarankan penggantian seluruh O-ring injector, bukan hanya satu, demi keamanan dan keawetan jangka panjang. Tak butuh waktu lama, perbaikan pun dilakukan. Kadang, komponen kecil yang luput dari perhatian bisa menimbulkan risiko besar.

Setelah penggantian selesai dan uji coba dilakukan, bau bensin pun menghilang. 

Mobil kembali normal, dan saya pun bisa melanjutkan akhir pekan dengan lega. 

Saturday, June 14, 2025

Sidoarjo-Solo-Surabaya dalam Harmoni Perjalanan (2)

Keesokan paginya, Solo menyambut dengan langit cerah dan udara pagi yang segar. Selepas sholat subuh, aku bergegas menuju Jalan Slamet Riyadi berolahraga pagi sambil berolahraga pagi mencari sarapan pagi. 

Selepas sarapan, aku melanjutkan perjalanan menuju sebuah sekolah anakku untuk mengambil rapor. Sekolah sudah ramai sejak pukul 7 pagi, penuh wajah-wajah ceria dan gugup para siswa serta orang tua, suasana penuh harap dan doa.

Sebelum rapot dibagikan dan sebelum konsultasi orang tua dan siswa kepada guru masing-masing, terdapat pertunjukkan apik yang disajikan oleh para siswa dari angkatan PD 06 dan PD 07.

Setelah semua urusan sekolah selesai, waktu menunjukkan pukul 13.30, alih-alih langsung ke stasiun, kita memutuskan untuk mampir ke sebuah kafe di Paragon Mall Solo Hotel. Kafe ini menjadi tempat ideal untuk beristirahat sejenak. 

Seperti biasa aku memesan coffee latte panas sedangkan anakku memesan es cokelat dan roti.

Menjelang sore kita menuju Stasiun Solo Balapan. Kereta api Sancaka jurusan Surabaya sudah siap berangkat. Duduk di kursi dekat jendela, saya menatap langit oranye yang perlahan meredup. Ada rasa lega sekaligus syukur telah menuntaskan perjalanan yang padat namun penuh makna. 

Kereta melaju meninggalkan Solo, membawa pulang bukan hanya badan, tapi juga hati yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih.

Friday, June 13, 2025

Sidoarjo-Solo-Surabaya dalam Harmoni Perjalanan (1)

Perjalanan dengan kereta api, deru roda di atas rel, lanskap pedesaan yang bergulir perlahan di balik jendela, serta pertemuan singkat dengan penumpang lain yang sama-sama melintasi waktu dan jarak. Jumat siang aku memulai perjalanan dari Sidoarjo menuju Solo dengan Kereta Api Sri Tanjung, moda transportasi dengan harga terjangkau.

Perjalanan menuju Solo cukup panjang, tapi tidak membosankan. Sepanjang jalur, pemandangan berganti-ganti: persawahan luas, pasar tradisional, sungai, hingga perkampungan yang masih mempertahankan wajah klasiknya.

Kereta berhenti di beberapa stasiun besar dan kecil, namun tetap tepat waktu. 

Menjelang petang, kereta akhirnya tiba di Stasiun Solo Purwosari. Dari stasiun, cukup berjalan kaki menuju penginapan yang sudah dipesan, yang sebelumnya sempat menginap disini juga saat Rangga Ulang Tahun, POP! Hotel Solo, yang terletak di kawasan strategis. 

Hotel ini menjadi pilihan karena harganya yang ramah di kantong, desainnya yang ceria, serta kenyamanan fasilitasnya, cocok banget untuk backpacker.

Malam pun tiba di Solo dengan angin yang lembut dan suasana kota yang tenang. Aku sempatkan berjalan kaki di jalanan Slamet Riyadi untuk mencari makan malam sambil mencari sepasang kaos dan celana pendek yang tertinggal.

Monday, June 9, 2025

Waktunya Ganti Rantai Set

Pengalaman ini jadi ingat pengalaman pertama tentang rantai sekira 12 tahun lalu. Yaitu saat rantai sepeda motor Thunder kendor, sehingga sebelum berkendara pastikan kekencangan rantai motor agar saat berkendara bisa dengan aman dan lancar. 

Setelah seharian berjibaku dengan tumpukan pekerjaan di kantor, ada kepuasan tersendiri ketika bisa menyempatkan waktu untuk hal-hal sederhana tapi penting—seperti merawat kendaraan kesayangan. Sore itu, sepulang dari kantor, saya langsung mengarahkan motor ke bengkel langganan. 

Sudah terasa sejak beberapa hari terakhir bahwa rantai mulai kendor dan suara gesekan mulai mengganggu kenyamanan saat berkendara. Ditambah lagi, sudah waktunya ganti oli. Maka keputusan singkat pun dibuat: ganti rantai set sekalian ganti oli dengan spesifikasi SAE 20W-50 seperti sebelumnya.

Di bengkel, mekanik langsung paham apa yang harus dilakukan. Rantai set diganti dengan yang baru, lebih kuat dan mulus saat dipasang. Tak hanya mengurangi suara berisik, tapi juga memperbaiki performa tarikan motor. 

Sementara itu, oli Mesran 20W-50 menjadi pilihan karena kekentalannya yang cocok untuk mesin yang sudah mulai berumur dan sering digunakan dalam kondisi jalanan padat—cocok untuk pemakaian harian dari rumah ke kantor. 

Oli ini memberikan perlindungan maksimal terhadap aus dan menjaga suhu mesin tetap stabil, apalagi di kemacetan kota yang sering bikin mesin cepat panas.

Perawatan ringan seperti ini memang sering dianggap sepele, tapi justru di sinilah pentingnya: menjaga agar kendaraan tetap prima dan tidak mendadak rewel di tengah jalan. Sore yang singkat itu terasa produktif dan memberi ketenangan. 

Karena bukan hanya tubuh yang butuh istirahat setelah seharian kerja, kendaraan pun perlu perhatian agar tetap setia menemani perjalanan esok hari.

Kalau kamu juga merasa motor mulai tak nyaman dikendarai, mungkin ini saatnya mampir sebentar ke bengkel. Karena perawatan kecil hari ini bisa menyelamatkan dari kerusakan besar di kemudian hari.

Thursday, June 5, 2025

Ganti Rem Cakram Depan

Beberapa minggu terakhir, setiap kali saya menarik tuas rem depan sepeda motor Thunder, terdengar suara “cit… cit…” yang cukup mengganggu telinga. Awalnya saya pikir itu hanya debu atau kotoran yang menempel di piringan cakram. Tapi lama-kelamaan, suara itu semakin sering terdengar, bahkan saat pengereman pelan.

Suara berdecit itu muncul pertama kali setelah perjalanan pulang kantor di tengah hujan. Piringan cakram yang basah mungkin bercampur debu, sehingga menimbulkan suara gesekan. Namun, setelah motor saya cuci, bunyinya tetap tidak hilang. Saat saya coba rem agak keras, tarikan tuas terasa sedikit dalam dan respons rem mulai berkurang.

Mulai curiga, saya pun memeriksa kampas rem. Ternyata, ketebalannya sudah sangat tipis—hampir rata dengan dudukannya. Wajar saja, gesekan logam kampas yang sudah habis dengan piringan cakram menimbulkan bunyi berdecit.

Keesokan harinya, saya langsung meluncur ke bengkel langganan. Mekaniknya, hanya butuh beberapa detik untuk memastikan:

“Ini kampasnya udah habis banget, mas. Kalau dibiarkan, cakramnya bisa baret dan harus ganti juga.”

Mendengar itu, saya langsung minta ganti kampas rem baru. Prosesnya tidak memakan waktu lama—sekitar 20 menit. Mekanik membuka kaliper, mengeluarkan kampas lama yang sudah tipis, lalu memasang kampas baru yang tebalnya bikin lega melihatnya.

Begitu selesai, saya langsung mencoba motor di halaman bengkel. Rasanya seperti beda dunia. Rem menjadi lebih pakem, tarikan tuas lebih ringan, dan yang paling penting—tidak ada lagi bunyi berdecit.

Saturday, May 31, 2025

Merajut Langkah, Menyulam Makna

Perjalanan Lanjutan dari Bumiaria ke ITB Jatinangor dan Ganesha.

Perjalanan panjang dari Surabaya ke Jatinangor dengan kereta Harina bukan hanya tentang jarak, tapi juga tentang transisi suasana. 

Dari kost Bumiaria, Jatinangor, langkah dimulai. Udara pagi masih segar, jalanan belum terlalu padat. Tujuan pertama: kampus ITB Jatinangor. Tak jauh dari tempat kost, cukup berjalan kaki hanya memakan waktu beberapa menit, kampus sudah terlihat dengan bangunan-bangunan yang menunjukkan geliat perkembangan pendidikan.

Di ITB Jatinangor, suasana begitu segar sembari memandangi langit Sumedang yang berawan tipis.

Menjelang siang, perjalanan berlanjut menuju ITB Ganesha, kampus utama yang ikonik di pusat kota Bandung. Menggunakan moda transportasi online perjalanan kurang lebih 1 jam. Namun sebelum kesana kita sempatkan terlebih dahulu bersih-bersih diri dan istirahat di Wisma Dago yang berlokasi di Jl. Ciungwanara No.16, Coblong, Bandung, Jawa Barat. Sebelum kita melanjutkan perjalanan pulang kembali ke Surabaya kembali menggunakan Kereta HARINA pukul 21:35 


ITB Ganesha menyambut dengan suasana khasnya—pohon besar menaungi jalan, mahasiswa berdiskusi di selasar, dan suasana kampus yang menyimpan sejarah panjang pendidikan teknik dan sains di Indonesia. 

Di sinilah berbagai kenangan terpatri akan berbagai tokoh bangsa yang pernah mengenyam pendidikan disana. Perjalanan dari ITB Jatinangor ke kampus Ganesha Bandung bukan sekadar perpindahan lokasi, tapi peralihan dari satu fase kehidupan ke fase berikutnya—dari belajar menjadi berkontribusi.

Langkah-langkah hari itu mungkin terasa biasa. 

Namun di balik itu terselip semangat yang tak biasa: semangat untuk terus belajar, bertumbuh, dan menjelajah lebih luas lagi. 

Sebuah perjalanan yang tampaknya lokal, tapi bermakna universal: dari kamar kecil di rumah, menuju ruangan mimpi besar.

Semangat kuliah anakku.

Friday, May 30, 2025

Bukan Hanya Tentang Jarak

Sore ini, Jumat 30 Mei 2025, Stasiun Pasar Turi Surabaya mulai ramai. Di antara deretan penumpang yang bersiap naik kereta jarak jauh, aku berdiri menunggu keberangkatan KA Harina—kereta malam yang menghubungkan Surabaya dan Bandung. 

Kereta ini memiliki waktu tempuh yang cukup panjang, sekitar 10 jam, yang menempuh perjalanan lintas provinsi dari Jawa Timur, Jawa Tengah hingga Jawa Barat.

Kereta berangkat pada pukul 17.45 WIB, ke arah Barat melewati Lamongan, Semarang, hingga Cikampek. Lalu kemudian berbelok ke arah Selatan menuju Bandung.

Di dalam kereta, suasananya nyaman: penumpang tenang, AC sejuk, dan pramugari kereta sesekali lewat menawarkan makanan dan kopi panas. Sambil menyeruput kopi dari restorasi, saya sempat membuka laptop, menyelesaikan beberapa pekerjaan ringan. Malam berganti, dan mata pun terpejam ditemani guncangan lembut roda baja di atas rel.

Sabtu dini hari, sekitar pukul 04.15 WIB, KA Harina tiba di Stasiun Bandung. Suasana masih dingin dan berkabut kita sholat subuh di masjid stasiun. Beruntung didepan stasiun ada outlet Burger Bangor yang sudah buka, jadi sambil menunggu matahari terbit kita sarapan terlebih dahulu.

Dari sana, saya lanjutkan perjalanan menuju Jatinangor menggunakan layanan jasa transportasi online. Perjalanan Bandung–Jatinangor memakan waktu sekitar 1 jam jika lalu lintas lancar, melewati kawasan Dago dan Cileunyi yang mulai ramai oleh aktivitas pagi.


Tiba di Jatinangor, sebelum jalan-jalan ke ITB Kampus Jatinangor, kita mencari kos Bumiaria yang sebelumnya sudah kita kontak. Lanjut ke kampus Jatinangor, langsung terasa suasana kampus yang tenang, rindang, dan penuh semangat akademik. 

Perjalanan panjang dari Surabaya ke Jatinangor dengan kereta Harina bukan hanya tentang jarak, tapi juga tentang transisi suasana: dari hiruk-pikuk kota pelabuhan menuju atmosfer pendidikan yang tenang dan reflektif. 

Dan dalam perjalanan itulah, saya menemukan jeda yang berharga untuk merenung, mengingat, dan menyusun langkah berikutnya.

Thursday, May 29, 2025

Orisinalitas Bukanlah Selalu Melulu Hal yang Baru

Ketika mendengar kata orisinalitas, sebagian besar orang langsung membayangkan sesuatu yang benar-benar baru, belum pernah ada sebelumnya, dan muncul dari kekosongan. Padahal, kenyataannya orisinalitas tidak selalu harus identik dengan kebaruan mutlak. 

Dalam banyak hal, orisinalitas justru muncul dari cara pandang baru terhadap hal lama, dari keberanian meramu ulang gagasan yang sudah ada menjadi sesuatu yang relevan dan bermakna.

Seorang seniman, penulis, atau inovator seringkali tidak menciptakan sesuatu dari nol. 

Mereka memetik dari ingatan kolektif, dari tradisi, sejarah, dan referensi yang telah ada sebelumnya. Orisinalitas mereka terletak pada sudut pandang, pada keberanian untuk menantang pakem lama dengan pendekatan segar, atau pada keberhasilan mereka menyuarakan sesuatu yang dirasakan banyak orang tapi belum pernah diungkapkan dengan cara tersebut.

Dalam dunia bisnis pun demikian. 

Tidak semua startup yang disebut inovatif benar-benar menciptakan kategori baru. Banyak dari mereka justru sukses karena memodifikasi ide lama dengan pendekatan yang lebih relevan, efisien, atau humanis. Layanan transportasi daring, misalnya, bukan menciptakan konsep transportasi itu sendiri, tetapi merevolusi cara kita mengakses dan menggunakannya.

Maka, penting untuk menyadari bahwa mengejar orisinalitas bukan berarti harus memaksakan kebaruan yang belum tentu berguna. Kadang, yang dibutuhkan adalah kepekaan membaca kebutuhan zaman, lalu menjawabnya dengan pendekatan yang unik—meskipun bahan-bahannya sudah ada sejak lama. 

Karena pada akhirnya, orisinalitas bukanlah soal menemukan hal yang belum pernah ada, melainkan tentang menyampaikan sesuatu dengan cara yang belum pernah ada.


Batik tulis adalah contoh sempurna dari orisinalitas yang tidak selalu harus “baru”, tetapi kaya akan keunikan, ekspresi personal, dan nilai budaya. 

Setiap lembar batik tulis adalah karya yang lahir dari tangan manusia—dengan ketidaksempurnaan yang justru menjadi ciri khas dan bukti orisinalitasnya. Tidak ada dua batik tulis yang benar-benar sama, karena motif, tekanan malam, goresan canting, dan suasana hati pembatik ikut membentuk hasil akhirnya.

Sementara itu, batik cetak atau batik printing meskipun efisien dan masif, kehilangan unsur personal tersebut. Ia bisa diulang persis, diproduksi cepat, tapi tidak menyimpan jejak kisah dan proses yang intim seperti batik tulis. 

Maka bisa dikatakan, orisinalitas batik tulis tidak terletak pada kebaruan motif semata, melainkan pada cara dan jiwa yang tertanam dalam pembuatannya.


Tulisan tangan seseorang pada sebuah artikel memancarkan orisinalitas dalam bentuk yang paling manusiawi—emosi, sudut pandang, dan pengalaman hidup yang tak bisa direplikasi persis oleh siapa pun, termasuk oleh kecerdasan buatan. Dalam tulisan manusia, kita bisa merasakan kegelisahan, semangat, atau bahkan kejanggalan logika yang justru menunjukkan proses berpikir yang hidup.

Sebaliknya, tulisan dari AI, meski rapi, cepat, dan informatif, cenderung terstruktur dan netral. Ia mampu meniru gaya, tapi tidak bisa sepenuhnya menyamai nuansa batin yang tertuang dalam tulisan personal. 

Seperti halnya batik tulis yang mengandung jiwa pembuatnya, tulisan tangan adalah ekspresi orisinal dari cara seseorang melihat dan merespons dunia—bukan sekadar kumpulan kata, tetapi narasi yang ditenun dari kesadaran unik.

Sunday, May 25, 2025

I Am Back

Hijrah seringkali dipahami sebagai langkah mulia meninggalkan masa lalu yang kelam menuju kehidupan yang lebih baik, lebih dekat dengan nilai-nilai spiritual dan kebaikan. 

Namun, tidak sedikit yang mengalami fase sulit dalam prosesnya—jatuh, tergelincir, bahkan kembali ke titik awal setelah berjuang. Artikel ini mengangkat sisi manusiawi dari perjalanan hijrah: saat seseorang memutuskan untuk kembali setelah pernah mundur.

“I am back”—sebuah pernyataan sederhana, tapi sarat makna. Ini bukan sekadar pengumuman, tapi bentuk pengakuan dan tekad untuk bangkit dari kejatuhan. Mereka yang pernah hijrah dan kemudian kembali ke kehidupan lama tidak layak dicaci. 

Justru, ketika seseorang mengakui kesalahan dan berniat kembali ke jalan kebaikan, itulah momen di mana kekuatan spiritualnya sedang bekerja paling nyata. Bukan semua orang berani mengakui bahwa ia sempat mundur. Lebih sedikit lagi yang berani melangkah lagi ke depan setelah itu.

Fenomena “hijrah yang kembali” bukan kegagalan, tapi fase rekalibrasi. Seperti GPS yang mencari ulang rute ketika kendaraan salah arah, manusia pun butuh waktu untuk memahami arah sejati hidupnya. 

Mungkin dulu hijrah dilakukan karena tren, tekanan sosial, atau semangat sesaat. Namun kali ini, saat seseorang berkata “I am back,” itu mungkin lahir dari perenungan panjang, luka batin, dan kesadaran mendalam bahwa perjalanan ini bukan tentang sempurna—tetapi tentang terus memilih kembali.

Hijrah bukan garis lurus. 

Ia berliku, penuh tantangan, bahkan kadang membuat pelakunya merasa sendirian. Tapi bagi yang memilih kembali, mereka tahu bahwa Tuhan tidak pernah benar-benar meninggalkan. Setiap langkah menuju perbaikan adalah bagian dari proses yang disambut hangat oleh langit.

Dan untuk mereka yang kini kembali, dengan malu-malu atau penuh keyakinan, ketahuilah: kamu tidak sendiri. Tak perlu menjelaskan apa pun kepada dunia. Cukup jalani perjalanan ini, satu langkah kecil yang konsisten. Karena setiap kembalinya seorang hamba—itu bukan akhir, melainkan awal yang baru.

Wednesday, May 21, 2025

Mission: Impossible – The Final Reckoning

Film Mission: Impossible – The Final Reckoning menjadi penutup epik dari perjalanan Ethan Hunt dalam aksi spionase yang legendaris. Film ini langsung menjadi lanjutan dari peristiwa dari Dead Reckoning Part One. 

Ethan Hunt dan tim IMF menghadapi ancaman terbesar mereka: The Entity, sebuah kecerdasan buatan (AI) yang telah menjadi sadar diri dan memiliki potensi untuk mengendalikan sistem nuklir global. 

Ethan dan rekannya, Grace, berusaha menghentikan Gabriel, agen yang sebelumnya bekerja untuk The Entity. Gabriel memaksa Ethan untuk mengambil modul inti dari kapal selam Rusia yang tenggelam, Sevastopol, yang berisi kode sumber The Entity. 

Dengan bantuan Benji Dunn, Paris, dan Theo Degas, mereka menemukan perangkat komunikasi yang digunakan Gabriel untuk berinteraksi dengan The Entity. Perangkat ini menunjukkan visi tentang kiamat nuklir yang akan datang. Ethan menyadari bahwa The Entity membutuhkan akses ke bunker digital aman di Afrika Selatan untuk memastikan kelangsungan hidupnya. 

Tim IMF berusaha mendapatkan koordinat Sevastopol, sementara Ethan dan Luther Stickell mencoba menjinakkan bom nuklir yang ditanam Gabriel di London. Luther mengungkapkan bahwa ia telah mengembangkan malware bernama "Poison Pill" untuk melumpuhkan The Entity, namun Gabriel telah mencurinya. 

Setelah berhasil mengambil modul, Ethan hampir tenggelam saat kapal selam mulai meluncur ke dasar laut. Ia diselamatkan oleh Grace dan Tapeesa menggunakan ruang dekompresi darurat. Ethan kemudian merencanakan untuk menggunakan Poison Pill bersama modul untuk mengisolasi The Entity dari dunia luar. 

Tim tiba di bunker di Afrika Selatan dan menemukan Gabriel yang menyiapkan bom dengan hitungan mundur 20 menit. Dalam pertempuran yang terjadi, Gabriel melarikan diri, dan Paris melakukan operasi darurat pada Benji yang terluka parah. Grace berhasil memulai ulang sistem bunker untuk menjebak The Entity. 

Ethan mengejar Gabriel menggunakan pesawat biplane dan berhasil naik ke pesawat Gabriel di udara. Gabriel melompat dengan parasut, namun tewas setelah menabrak bagian pesawat. Ethan kemudian menggunakan Poison Pill dan modul untuk menyelesaikan proses isolasi The Entity. 

Setelah misi selesai, Ethan menyerahkan modul yang telah dihancurkan kepada Kittridge dan agen CIA Jasper Briggs, yang ternyata adalah putra dari mantan pemimpin tim Ethan, Jim Phelps. Tim IMF bersatu kembali di London, dan Grace memberikan The Entity yang telah diisolasi kepada Ethan. Mereka kemudian berpisah, menandai akhir dari perjalanan panjang mereka.

Related Posts