Sunday, July 21, 2019

The Lion King

The past can hurt. But from the way I see it, you can either run from it, or learn from it.
Film The Lion King versi klasik aku tonton 25 tahun yang lalu, tepatnya pada bulan Juni 1994 dan termasuk 30 First Movie, bahkan merupakan film ke-3 yang aku tonton di bioskop. Film The Lion King yang menceritakan Simba dan Mustafa ayahnya sangat mengena dan bagi ku menjadi Inspirasi Film Ayah dan Anak.

Kala itu The Lion King menjadi salah satu film animasi yang paling sukses dengan pemasukan di Amerika Serikat sebesar $328.541.776, dan $783.841.776 untuk seluruh dunia.

Dan hari Minggu, tanggal 21 Juli 2019, aku berkesempatan untuk menonton film The Lion King bareng kedua anakku. Cerita The Lion King (2019) versi live action-nya tidak jauh berbeda dibanding dengan film animasi (1994).


Disney memberikan penghormatan bagi film pendahulunya, yakni The Lion King versi animasi dengan mempersembahkan kualitas terbaik bagi film live action ini termasuk dalam pemilihan sutradara, teknologi animasi, dan juga para pengisi suara. The Lion King menggunakan teknologi virtual reality canggih.

Pengisi film ini adalah Donald Glover sebagai Simba, Beyonce Knowles-Carter sebagai Nala, James Earl Jones sebagai Mufasa, Chiewetel Ejiofor sebagai Scar, Seth Rogen sebagai Pumba, dan Billy Eichner sebagai Timon.

Film dimulai saat singa kecil bernama Simba yang lahir dan ditakdirkan akan menjadi raja selanjutnya untuk menggantikan Mufasa, ayahnya. Mufasa merupakan raja dari seluruh binatang di hutan tersebut. Simba sangat mengidolakan ayahnya.

Scar, adik Mufasa, iri dengan posisi Simba sebagai pewaris takhta. Scar memiliki rencana sendiri dengan tujuan untuk merebut takhta dengan melakukan pengkhianatan. Scar bekerjasama dengan kawanan hyena. Namun usaha pertamanya gagal.

Rencana kedua pun dilakukan kembali oleh Scar dengan menjebak Simba dalam kejaran wildebeest. Mufasa dapat menolong Simba namun ayah tewas. Simba yang lari untuk meloloskan diri dikejar oleh kawanan hyena. Simba pun pingsan dan diselamatkan oleh Timon dan Pumbaa.

Saat Simba tumbuh dewasa, kemudian bertemu dengan seekor singa teman masa kecilnya, Nala. Ia meminta Simba untuk kembali dan mengusir Scar yang memerintah secara diktator. Simba pun bimbang. Kemudian muncul Rafiki, penasihat Mustafa. Rafiki menunjukkan bahwa jiwa Mufasa ada dalam diri Simba.

Simba pun kembali ke kerajaanya.

Saat tiba, ia melihat kerajaanya menjadi hancur karena Scar. Para singa pun bertarung melawan Scar dan kawanan hyena. Dalam pertarungan, Scar mengatakan bahwa dirinya penyebab Mufasa terbunuh. Pertarungan sengit pun kembali terjadi di tengah amukan api dari kilat. Scar akhirnya kalah dan diusir, lalu Simba menjadi raja.

Hikmah dari film The Lion King adalah perjalanan hidup bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk keluarga, bangsa dan negara, untuk itu perlu dipahami arti dari tanggung jawab dan keberanian.

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/The_Lion_King
https://tirto.id/sinopsis-the-lion-king-yang-tayang-di-bioskop-indonesia-hari-ini-eev3
https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20190719164451-220-413708/5-rekomendasi-film-pekan-ini-the-lion-king

No comments:

Post a Comment

Related Posts