Saturday, December 11, 2021

Akal dan Hati (2)

Salah satu keindahan dalam Islam adalah kita dapat menggunakan akal dan hati secara bersamaan, sehingga kita dapat melihat apa yang Allah perintahkan akan menjadi lebih mudah untuk menerima dan mengamalkannya.

Islam adalah agama yang senantiasa membimbing akal manusia tetap di dalam keseimbangan dan kebenaran.

Apa maksudnya?

Sejak dulu para filsuf memisahkan antara akal dan hati. Dimana akal lebih berkaitan dengan logika, berpikir, berdalil, mengkaji berbagai cabang ilmu, dan filsafat. Sedangkan hati lebih berkaitan dengan rasa dan seni misalnya menggubah puisi, menciptakan karya seni.

Dalam Islam, orang yang berusaha ‘menemukan’ Allah SWT adalah dengan cara mempertajam akal atau pikiran, serta dengan cara mempertajam mata hatinya. 

Al-Qur’an berulang kali menentang orang kafir dengan argumentasi pikiran mereka apakah argumentasi mereka yang lebih logis dan komprehensif atau justru sebaliknya, logika mereka invalid dan sesat.

Akal ibarat lampu yang menerangi hati. Jika akal tidak fungsional, maka hati akan gelap, gersang dan keras. Dengan kata lain, akal dan hati di dalam Islam mesti terintegrasi.

Untuk itu perlu memahami agama tidak hanya dengan berpikir dengan akal, namun juga harus mampu memahami dengan hati, sehingga yang dilihat dari sebuah ketetapan bukan alasan dan tujuan, melainkan praktik yang dinilainya tanpa dasar berpikir yang memadai.

Dengan demikian, Islam dengan akal dan budaya berpikir tidaklah bertentangan. 

Islam adalah agama yang memberi ruang luas kepada akal untuk bekerja dan mengambil prioritas yang selaras dengan tujuan diturunkannya syariat, yang di antaranya adalah menyelamatkan jiwa manusia.

Akal dan hati ibarat dua sisi mata uang, yang tidak bisa dipisahkan. Tanpa akal, hati tidak bisa mencukupi hidup. Tanpa hati, akal sering membuat kerusakan. Dan, hanya dengan akal dan hati iman bisa melahirkan akhlakul karimah dan kemaslahatan di dalam kehidupan. Mari sehatkan akal dengan berpikir, dan terangi hati dengan berdzikir.

Akal yang tidak didampingi oleh hati yang bersih maka akan hilanglah kecermatan dan pertimbangan tersebut. Kesucian hati harus dijaga untuk menghindarkan dari bahaya akal yang dimiliki manusia. Dan dasar dari hati yang suci itu adalah tidak suka keluhuran dunia.


Bisa jadi 2 orang yang diajarkan hal yang sama tapi memiliki reaksi yang berbeda. Misal seorang dokter bedah yang mengetahui apa dampak asap rokok terhadap tubuh, namun bisa saja di tetap menghisap rokok.

Secara akal dan logika mereka tahu bahwa merokok adalah hal yang buruk, tapi tidak mereka amalkan pengetahuan tersebut.

Hal ini dikarenakan nafsu yang ada di hati tidak membawa pada kebenaran.

Termasuk saat akan membeli sebungkus rokok, kita tahu bahwa di cover bungkus rokok terdapat gambar yang begitu menakutkan serta terdapat himbauan mulai dari "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin" sampai peringatan yang cukup keras "Merokok dapat membunuhmu".

Orang yang menghisap, sebenarnya tahu akan keburukan yang ditimbulkan tersebut. Secara logika semestinya hal ini mempengaruhi tindakan. Namun hal ini adalah tentang hati.

Hati yang damai akan membawa pada Tuhan dan kebenaran.


Sumber :
https://youtu.be/dbgO3Uasbn0
https://www.republika.co.id/berita/qyt1gt320/manakah-yang-lebih-jernih-akal-atau-hati-manusia-part1
https://muhammadiyah.or.id/akal-yang-sehat-dibutuhkan-dalam-beragama/
https://www.hidayatullah.com/kajian/tazkiyatun-nafs/read/2019/02/27/160541/sehatnya-akal-dan-terangnya-hati.html
https://www.kompasiana.com/rifkymo12/5c24432b6ddcae0a7d659f5b/akal-dan-hati-sebagai-sumber-ilmu

No comments:

Post a Comment

Related Posts