Wednesday, January 20, 2016

Aib

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam melarang seseorang untuk membuka aib dirinya sendiri kepada orang lain, sebagaimana sabdanya: "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu –padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR. Bukhori Muslim)


Allah senantiasa menutupi aib yaitu kesalahan hamba-Nya, dan Dia menganjurkan agar para hamba-Nya juga menutupi aib tersebut. Allah menyediakan pahala bagi amalan baik mereka, yaitu Allah Ta’ala akan menyembunyikan aib dan mengampuni dosa mereka pada hari kiamat.

“Bagi setiap Bani Adam ada teman dari bangsa malaikat. Jika seorang muslim menyebut-nyebut tentang amal baik Muslim lainnya, para malaikat akan berkata “Wahai Bani Adam, jagalah rahasia diantara rahasia-rahasia, tetap ridha dengan apa yang ada padamu, dan pujilah Tuhanmu yang telah menjaga rahasia hal-hal yang rahasia pada dirimu”

Terkadang kita tidak bisa menjaga mulut kita sehingga terucap kesalahan yang pernah dilakukannya, atau istilahnya curhat kepada teman. Padahal seharusnya aib ini lebih baik di simpan sendiri. Bersyukurlah karena Allah tidak memperlihatkan dosa-dosa kita ke hadapan makhluk yang lain, termasuk aib dan kesalahan masa lalu yang pernah dilakukan.

Sebuah kisah yang diceritakan dari situs ini tentang betapa baiknya Allah yang telah menutup aib kita. Kejadian ini terjadi di zaman Nabi Musa ‘alaihis salam.

Pada zaman Nabi Musa ‘alaihis salam, bani Israel ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka.
Mereka berkata, “Ya Kaliimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami.”
Maka berangkatlah Musa ‘alaihis salam bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas. Waktu itu mereka berjumlah lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan keadaan yang lusuh dan kumuh penuh debu, haus dan lapar.
Nabi Musa berdoa, “Ilaahi! Asqinaa ghaitsak…. Wansyur ‘alaina rahmatak… warhamnaa bil athfaal ar rudhdha’… wal bahaaim ar rutta’… wal masyaayikh ar rukka’…..”
Setelah itu langit tetap saja terang benderang… matahari pun bersinar makin kemilau… (maksudnya segumpal awan pun tak jua muncul).
Kemudian Nabi Musa berdoa lagi, “Ilaahi … asqinaa….”
Allah pun berfirman kepada Musa, “Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Umumkanlah di hadapan manusia agar dia berdiri di hadapan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian…”
Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, “Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun… keluarlah ke hadapan kami…. karena engkaulah hujan tak kunjung turun…”
Seorang laki-laki melirik ke kanan dan kiri… maka tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia… saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud…..
Ia berkata dalam hatinya, “Kalau aku keluar ke hadapan manusia, maka akan terbuka rahasiaku… Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun.”
Maka hatinya pun gundah gulana… air matanya pun menetes….. menyesali perbuatan maksiatnya… sambil berkata lirih, “Ya Allah… Aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun… selama itu pula Engkau menutupi ‘aibku. Sungguh sekarang aku bertaubat kepada Mu, maka terimalah taubatku…”
Tak lama setelah pengakuan taubatnya tersebut, maka awan-awan tebal pun bermunculan… semakin lama semakin tebal menghitam… dan akhirnya turunlah hujan.
Musa pun keheranan, “Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia.” Allah berfirman, “Aku menurunkan hujan kepada kalian oleh sebab hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun.”
Musa berkata, “Ya Allah… Tunjukkan padaku hamba yang taat itu.”
Allah berfirman, “Ya Musa, Aku tidak membuka ‘aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku, apakah Aku membuka ‘aibnya sedangkan ia taat kepada-Ku?!”
(Kisah ini dikutip dari buku berjudul “Fii Bathni al-Huut” oleh Syaikh DR. Muhammad Al ‘Ariifi, hal. 42)

Sumber :
https://didakochan.wordpress.com/2013/09/09/jangan-buka-aib-karena-allah-telah-menutupinya/
https://m.facebook.com/notes/meniti-jalan-ilahi/keutamaan-menutupi-aib-keburukankesalahan-dan-memelihara-rahasia-diri-sendiri-da/295712100491733/

No comments:

Post a Comment

Related Posts