Sunday, September 22, 2019

Non-Profit Organization

Dalam masyarakat terdapat lembaga berdasarkan sumber dana untuk operasionalnya dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian besar, yaitu:
  1. Lembaga komersial, yaitu bentuk lembaga yang dibiayai oleh laba atau keuntungan dari kegiatannya, lewat produk yang dihasilkan atau jasa yang diberikannya;
  2. Lembaga pemerintahan, yaitu lembaga yang dibiayai oleh masyarakat lewat pajak dan retribusi. Tergolong lembaga jenis ini adalah instansi pemerintah;
  3. Lembaga non-profit, yaitu lembaga yang dibiayai oleh masyarakat lewat donasi atau sumbangan.

Lembaga non-profit sebagai suatu lembaga non-profit dibagi ke dalam 4 (empat) jenis, yaitu :
  1. Lembaga non-profit donasi-lembaga ini mengadalkan pendapatannya dari sumbangan;
  2. Lembaga non-profit komersial-lembaga ini pendapatannya berasal dari anggota berupa charge atau sewa dari pemakaian harta lembaga ini;
  3. Lembaga non-profit mutual-lembaga yang dikelola oleh para anggotanya yang notabene adalah pemakai jasa dari lembaga itu sendiri;
  4. Lembaga nirlaba enterprenurial-lembaga ini dikelola oleh para professional yang memang khusus diberi gaji untuk mengelolanya.

Berikut beberapa sumber pendanaan yang dapat dipakai oleh organisasi nonprofit untuk membiayai kegiatan dan menjamin keberlanjutannya.
  1. APBN/APBD. Dalam UU No.16 Tahun 2011 tentang bantuan hukum (UU Bantuan Hukum), pendanaan bantuan hukum dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam Peraturan Presiden No.16 Tahun 2018 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah. Dari APBD, pada tahun 2017 kemarin Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelontorkan dana hibah kepada seratusan lebih organisasi masyarakat sipil di wilayah DKI Jakarta. 
  2. Sumbangan/donasi masyarakat. Survey yang dilakukan oleh PIRAC pada tahun 2000, 2004, dan 2007 menunjukkan adanya kenaikan dari besaran jumlah sumbangan per individu setiap tahunnya. Pada tahun 2000 rata-rata besarnya sumbangan masyarakat Indonesia sebesar Rp 386.800/orang/tahun, meningkat menjadi Rp 884.983/orang/tahun di tahun 2004, kemudian meningkat lagi di tahun 2007 menjadi Rp 926.750/orang/tahun.
  3. Filantropis/Orang Super Kaya. Terdapat yayasan keluarga untuk menjalankan kegiatan di bidang filantropi. Sebut misalnya Yayasan Hadji Kalla, CT Arsa Foundation, Mien R Uno Foundation, William and Lily Foundation, Yayasan Tahija, dan sederet yayasan keluarga yang bergerak di dunia filantropi. 
  4. Lembaga donor lokal 
  5. Lembaga donor internasional
  6. Lembaga pembangunan internasional. Misalnya World Bank, Asian Development Bank, Islamic Development Bank, ataupun lembaga-lembga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) semisal United Nation Development Program (UNDP), Unicef, UNHCR, dan lainnnya. 
  7. NGO Internasional. Misalnya Care International, Catolic Relief Service, Conservation International, Fauna and Flora International, dan sejumlah NGO internasional lainnya.     
  8. Pemerintah luar negeri. Bantuan pendanaan ataupun kerja sama program dari USAID, AUSAID, dan lembaga-lembaga serupa milik pemerintah negara-negara lain. 
  9. Perusahaan/korporasi
  10. Sayap usaha/bisnis. Beberapa kegiatan usaha yang menghasilkan profit antara lain berupa penerbitan buku-buku, menjual jasa pelatihan, menyewakan gedung/ ruang pertemuan, serta jenis usaha lainnya yang dijalankan oleh organisasi nonprofit untuk menunjang kegiatan mereka dan menjamin keberlanjutan organisasi. 
Lalu bagaimana agar organisasi non-profit bisa survive. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan.
  1. Media sosial komunitas aktif dan punya konten menarik agar menjadi gerbang informasi yang baik dan nilai tambah, misalnya saat mencari sponsor acara.
  2. Buat jadwal kopi darat (kopdar) dalam komunitas secara rutin. Atur dengan baik agar tidak ada jadwal anggota yang bentrok.
  3. Menyiapkan program komunitas dan para anggota harus terlibat untuk membangun visi-misi bersama.
  4. Bikin merchandise komunitas untuk branding di masyarakat.
  5. Networking dengan komunitas lain, misalnya event festival komunitas ataupun activity online antar komunitas.
Dalam komunitas, terdapat kisah umum yang akan dijalani agar bisa bertahan hidup. Pengalaman dari beberapa organisasi lain pada umumnya memiliki bebrapa titik-titik paling krusial yang harus dijaga untuk menjaga keberlangsungan kelompok, yaitu :
  1. Kepemimpinan. Menjaga api idealitas, dan menemukan talenta, keduanya tugas seorang pemimpin dalam sebuah komunitas.
  2. Kebosanan. Rutinnya kita mengadakan kegiatan demi kegiatan dalam organisasi, hal tersebut merupakan prinsip mendasar dari sebuah gerakan, yakni konsistensi. Namun di sisi lain hal ini menjadikan kegiatan sebuah komunitas sebagai hal yang monoton, sehingga dapat menjadi kebosanan yang dapat memuncak dari tahun ketahun.
  3. Scale Up, menjadi konsekuensi logis dari sebuah keberadaan komunitas yang telah berjalan cukup lama (sekitar 4–5 tahun), karena komunitas aspek kebosananan setelah hanya dengan bergerak konsisten. Maka perlu dipikirkan bagaimana memperbesar dampak dari keberadaannya di masyarakat, yaitu dengan meningkatkan skala atau memperbesar ukuran. 

Sumber :
http://lingkarlsm.com/definisi-lembaga-non-profit/
https://www.hipwee.com/tips/6-tips-jitu-supaya-komunitas-yang-kamu-bangun-semakin-maju-simak-ya-buat-referensimu/
https://www.kompasiana.com/samsulmaarif5167/5c9ba59595760e255970d1a2/dari-mana-sumber-dana-organisasi-nonprofit?page=all

No comments:

Post a Comment

Related Posts