Friday, May 28, 2021

Nasib Berbeda Antara Minimarket dengan Hypermarket

Tanggal 12 April 2020, portal media kontan.co.di telah menuliskan artikel yang berjudul Ini perubahan perilaku konsumen Indonesia saat pandemi corona

Artikel tersebut menjelaskan dampak dari penyebaran virus corona (Covid-19) yang mengubah perilaku masyarakat (konsumen) di Indonesia. Yaitu dimana sejak diberlakukannya imbauan tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19, sekitar 30% konsumen merencanakan untuk lebih sering berbelanja secara daring (online).

Dari sisi konsumsi, sebanyak 49% konsumen menjadi lebih sering memasak di rumah. Hal ini mendorong kenaikan pertumbuhan penjualan bahan pokok, sbb:

  • farmasi naik 48%, 
  • bumbu masak naik 44%
  • telur yang naik 26%, 
  • daging unggas naik 25%,
  • daging naik 19%, 
  • buah dan sayur naik 8%, 


Pada tanggal 17 September 2020, giliran portal media cnbcindonesia.com yang menuliskan artikel dengan judul PSBB Ketat, Fitch: Bisnis Alfamart Cs Bakal Salip Hero dkk.

Artikel tersebut menjelaskan akibat dari implementasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadikan gap semakin lebar antara minimarket di Indonesia dengan supermarket besar dan hypermarket.

Bisnis model minimarket yang memiliki banyak cabang di daerah perumahan berada di posisi yang lumayan baik dibandingkan dengan supermarket ataupun hypermarket yang lokasinya cenderung lebih jauh dengan para pembeli. Konsumen untuk enggan berpergian jauh ke supermarket-supermarket besar yang biasanya berlokasi di pusat perbelanjaan atau mal.

Sehingga banyak pengamat yang memperkirakan pendapatan dan profitabilitas perusahaan ritel besar akan terkikis pada tahun 2020. Berbeda dengan perusahaan yang mengoperasikan minimarket dinilai akan mampu bertahan.

Sebagai catatan, Alfamart memiliki cabang sebanyak 16.700 toko, termasuk Alfamidi, Lawson, dan Dan+Dan. Sedangkan MPPA dan HERO hanya memiliki masing-masing kurang dari 500 outlet. Pendapatan konsolidasian Alfamart adalah Rp 38 triliun pada semester I-2020, angka tersebut 4 kali lebih besar dari jumlah pendapatan MPPA dan HERO yang kurang dari Rp 9 triliun.


Dan pada tanggal 25 Mei 2021, dikutip dari bisnis.com, dengan judul artikel Giant Tutup Gerai, Ini Penyebab Bisnis Hypermarket Tak Bisa Lama, disebutkan bahwa seluruh gerai Giant di Indonesia dilakukan penutupan.

Hal ini menjadi dampak dari perubahan perilaku konsumen serta tidak diiringinya revolusi toko berformat besar. Format big box sudah dua dekade tidak berevolusi. Isinya hanya perang harga saja. Di luar penjualan produk grocery, pengelola kurang pandai untuk membuat pengalaman belanja lebih menarik.

Format hypermarket telah menderita pertumbuhan negatif dalam tujuh tahun terakhir. Hal ini tak lepas dari preferensi konsumen kelas menengah atas yang tak lagi ingin membuang banyak waktu untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.

Masyarakat menengah ke atas arahnya ke belanja gaya. Sehingga yang lebih naik daun format supermarket seperti grup Ranch Market, Foodhall dan Grand Lucky. 

Dilangsir dari katadata.co.id dengan judul artikel Gerai Giant Ditutup Akhir Juli, Disulap Jadi IKEA dan Hero Supermarket, disebutkan bahwa PT Hero Supermarket Tbk akan mengubah lima gerai Giant menjadi IKEA, beberapa gerai Giant lain di Indonesia akan diubah menjadi gerai Hero Supermarket, sementara sisanya akan ditutup pada akhir Juli 2021. 

Sebelum menutup enam gerai Giant Supermarket, perusahaan telah menutup 26 gerai supermarket Hero di sejumlah wilayah dan pemutusan hubungan kerja (PHK) tehradap 532 karyawan. Perusahaan retail modern pertama di Indonesia ini hingga akhir 2018 memiliki 445 toko. Dari jumlah tersebut, gerai Giant Ekstra mencapai 57 gerai, Giant Ekspress 82 gerai, Hero Supermarket 32 gerai, Giant Mart 3 gerai, IKEA 1 gerai, dan Guardian 270 gerai.

Perusahaan akan memfokuskan investasi untuk mengembangkan IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket yang memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan Giant. Rencana mengubah strategi bisnis ini diharapkan memberi dampak positif terhadap kegiatan operasional, kondisi keuangan, dan kelangsungan usaha perusahaan.

Perubahan strategi ini merupakan respons cepat dan tepat yang diperlukan perusahaan untuk beradaptasi terhadap dinamika pasar. Terlebih, konsumen Indonesia telah beralih dari format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir, sebuah tren yang juga terlihat di pasar global. 

Strategi tersebut akan mencakup sejumlah hal, seperti perubahan penataan ulang ruang usaha, peningkatan kualitas, skala dan kesegaran produk di seluruh toko, dan menyesuaikan general merchandise kepada pelanggan. Perusahaan juga menyatakan bakal tetap berinvestasi gerai, diikuti strategi peningkatan daya saing, efisiensi biaya dan meningkatkan produktivitas.


Lalu apa perbedaan minimarket, supermarket dan hypermarket?

MINIMARKET : minimarket toko yang menjual segala macam barang dan makanan dengan menerapkan sebuah sistem mesin kasir point of sale untuk penjualannya serta menerapkan sistem swalayan. Contohnya adalah Alfamart, Indomaret, Ceriamart, Starmart dan Circle K. Minimarket menitikberatkan pada berbagai macam makanan kemasan dan barang-barang higienis pokok.

MIDIMARKET : memiliki ukuran lebih besar sedikit dari minimarket yang juga menjual daging dan buah-buahan. Contohnya Alfa Midi dan sebagian dari jaringan Giant.

SUPERMARKET : toko dengan konsep semua barang ada, dari kelontong, sepeda, TV dan camera, furnitur, baju, ikan, daging, buah-buahan dan minuman. Supermarket menjual produk makanan dan produk sehari-hari yang sangat beragam dari A sampai Z. Contohnya adalah Giant Supermarket, Carefor Express, Sri Ratu, MIROTA, Foodmart Gourmet, Super Indo, TipTop Supermarket, dan Puncak Supermarket. Supermarket lebih high class.

HYPERMARKET : hypermarket adalah supermarket yang besar. Hypermarket menjual jenis barang dalam jumlah yang sangat besar, melingkupi banyak jenis produk dari yang ringan hingga berat seperti makanan, pakaian, hardware, alat-alat listrik, busana dan lain-lain. Contoh Carrefour, Hypermart, Giant Hypermarket, Lotte Mart dan lain-lain. 

GROSIR : semua barang tersedia sehingga ada bongkar muat di dalam pusat grosir. Contoh Indo Grosir,  Makro atau LOTTE MART.

Minimarket berkisar antara 100 m2 hingga 999 m2, supermarket  1.000 m2 hingga  4.999 m2, sementara Hypermarket ada di angka 5.000 m2 ke atas. Toko yang menampung 3.000 sampai 5.000 item barang dikategorikan sebagai minimarket. Jika barang mencapai 5.000 hingga 25.000 item dikategorikan sebagai supermarket. Lebih dari itu dikategorikan sebagai hypermarket.


Sumber :

https://nasional.kontan.co.id/news/ini-perubahan-perilaku-konsumen-indonesia-saat-pandemi-corona

https://www.cnbcindonesia.com/market/20200917154722-17-187572/psbb-ketat-fitch-bisnis-alfamart-cs-bakal-salip-hero-dkk

https://ekonomi.bisnis.com/read/20210525/12/1397967/giant-tutup-gerai-ini-penyebab-bisnis-hypermarket-tak-bisa-lama.

http://inovapos.com/perbedaan-istilah-minimarket-supermarket-dan-hypermarket/

https://www.sentrarak.com/perbedaan-supermarket-minimarket-dan-hypermarket/

https://www.gomarketingstrategic.com/pengertian-supermarket-jenis-pasar-swalayan-minimarket-midmarket-hypermarket/

https://katadata.co.id/lavinda/finansial/60acc6fe3b917/gerai-giant-ditutup-akhir-juli-disulap-jadi-ikea-dan-hero-supermarket

https://www.linkedin.com/pulse/dead-alive-future-hypermarkets-j%C3%A9r%C3%B4me-le-grelle/

No comments:

Post a Comment

Related Posts