Friday, May 13, 2022

Fear of Missing Out

Investor yang cerdas adalah pribadi orang yang tidak latah atau FOMO (fear of missing out) atau takut ketinggalan. Namun semua sepak terjang yang akan dilakukan sudah berdasarkan analisa dan pertimbangan yang matang.

Akhir-akhir ini, mata uang kripto seperti Bitcoin dan Etherum turun tajam yaitu mengalami tren penurunan lebih dari 20 persen. Bahkan uang kripto Terra Luna turun hingga 90 persen. Bukan sekedar turun namun anjlok.

Hal ini dikarenakan ada gerakan menjual uang kripto di seluruh dunia akibat tekanan ekonomi dan kekhawatiran atas inflasi. Salah satu penyebabnya adalah perang antara Rusia dan Ukraina yang mengakibatkan terganggunya pergerakan ekonomi di Eropa dan kenaikan faktor suku bunga pinjaman mengakibatkan inflasi yang cukup tinggi dan akan terus naik.

Sehingga investor cenderung menjual aset yang berisiko terutama investasi yang tidak memiliki fundamental atau underlying yang pasti.

Pasar kripto juga menunjukkan arah bubble atau gelembung yang akan pecah karena memang overvalue, sehingga akan terjadi koreksi terhadap harga. Hal ini bisa kita lihat Nilai Bitcoin sejak 2009. Naik dengan selisih atau perbedaan yang cukup jauh.

Peristiwa fenomena pecahnya Economic Bubble sudah sering kita temui, mulai dari bunga Tulip (abad 16), lalu Ikan louhan (tahun 2000-an), kemudian tanaman Anthurium (tahun 2007), ada juga Batu akik (tahun 2014), dan Tanaman Janda Bolong (tahun 2020).

Untuk Bitcoin sendiri, mari kita bandingkan nilai Bitcoin Sejak 2009 hingga 2017, yaitu dimana pada tanggal 05 Oktober 2009 nilai 1 koin Bitcoin adalah setara dengan $0,00076, lalu pada tanggal 20 Desember 2017 nilai 1 koin Bitcoin sudah setara dengan $16.912

Lalu bagaimana dengan koin Terra Luna?

Terra Luna pada tanggal 9 Mei 2022 terpantau berada di harga US$ 32 atau sekitar Rp 457.600. Lalu pada tanggal 13 Mei 2022 harganya mencapai US$ 0,000102 atau sekitar Rp 1,7 padahal pada bulan April 2022 LUNA pernah menyentuh level tertinggi senilai US$ 119 atau setara Rp 1,7 juta per koin.

Terra LUNA adalah bentuk aset kripto yang dikembangkan oleh Do Kwon dan Daniel Shin dalam Terra Labs di Korea Selatan pada tahun 2018 silam. Mereka berdua mengembangkan sebuah mata uang kripto yang tahan dengan volatilitas harga yang disebut dengan Stablecoin.

Stablecoin adalah jenis aset kripto yang dirancang untuk dilindungi dari volatilitas harga liar yang terjadi, yaitu dengan mempertahankan nilai tukarnya secara konstan dengan mata uang yang ada. Untuk itu sebelum membuat Stablecoin, Terra Labs mengeluarkan Terra LUNA terlebih dahulu. Initial coin offering (ICO) Terra LUNA pun dilakukan pada 2019. Terra LUNA juga pernah menjadi aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar keenam, dengan nilai US$ 40 miliar.

Terra dibuat dengan tujuan membentuk alat pembayaran baru yang ringkas dan menggantikan rantai nilai pembayaran yang rumit seperti jaringan kartu kredit, bank, dan gateway. Namun dengan blockchain, maka Terra dapat melakukan transaksi dengan biaya yang jauh lebih murah.

Kemudian Terra Labs membuat aset kripto Stablecoin dengan membuat TerraUSD dengan maksud dan tujuan menahan harga token setara dengan Dolar AS 1:1, yaitu satu koin TerraUSD harganya setara dengan 1 Dolar Amerika Serikat dengan menggunakan campuran kode yang kompleks dan token LUNA untuk menstabilkan harga.


Sumber :

https://www.solopos.com/uang-kripto-dan-nft-anjlok-ini-saran-analis-untuk-investor-1316854.

https://finance.detik.com/fintech/d-6078252/sejarah-soal-terra-luna-yang-lagi-heboh-karena-harganya-ancur.

No comments:

Post a Comment

Related Posts