Tuesday, February 1, 2022

Gowes Surabaya Heritage naik Kereta Api


Mumpung libur nasional, yaitu dimana hari Selasa tanggal 01 Februari 2022 bertepatan dengan hari Tahun Baru Imlek, aku mau gowes namun tidak bersepeda seperti biasanya. Kali ini aku mau coba sensasi gowes dengan loading menggunakan Kereta Api.

Setelah melihat jadwal Kereta Api, aku memilih jadwal kereta api Komuter yang berangkat pukul 06.04 dari stasiun Sidoarjo dengan tujuan ke Surabaya Kota. Tiketnya sangat terjangkau yaitu hanya Rp 5.000 untuk sekali perjalanan. Untuk membeli tiket kita harus menyerahkan KTP, nanti di tiket tersebut akan tertera bahwa kita sudah mendapatkan Vaksin-2. Karena ini merupakan kereta lokal, maka penumpang tidak perlu melakukan hasil test PCR atau test Antigen.

Pukul 06.56 kita sudah sampai di stasiun Surabaya Kota. Karena tepat jam makan pagi, maka pukul 07.19 kita sarapan sate kelapa di warung dekat Stasiun Kota.

Setelah kenyang, kita melanjutkan perjalanan menuju ke Titik Nol Surabaya dan sekitar pukul 07.40 kita ke Tugu Pahlawan yang terletak di jantung kota Surabaya. Saat itu kita masih belum menentukan tujuan gowes kita. 


Lalu kita melihat plang alamat atau tujuan di sekitaran Tugu Pahlawan, disana disebutkan ada kampung lawas. Lalu kita buka google map, tidak jauh dari situ ada Rumah HOS Cokroaminoto, seketika kita pancal sepeda kita menuju ke sana.

Ternyata, saat menuju Museum HOS Cokroaminoto terdapat tempat bersejarah. Yang juga tak kalah bernilai. Yaitu rumah tempat kelahiran Bung Karno. 

Rumah kelahiran Bung Karno tersebut berukuran 5 x 14 meter persegi berada di Jalan Peneleh gang Pandean IV nomor 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya, Jawa Timur. Presiden Pertama Republik Indonesia,  Ir. Soekarno adalah Bapak Proklamator sekaligus pemimpin besar Revolusi Indonesia. Bung Karno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6, Juni 1901.

Ayah Soekarno, Raden Soekemi Sosrodihardjo, dipindahtugaskan dari Singaraja, Bali, sebagai guru di Sekolah Rakyat Sulung Surabaya pada 1900. Soekemi datang ke Surabaya bersama istrinya, Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, yang tengah mengandung Soekarno. 

Mereka pergi ke Surabaya dengan menggunakan kapal. Saat itu, kapal yang mereka tumpangi berlabuh di Kali Mas, tak jauh dari rumah ini. Soekarno sendiri lahir pada 1 Juni 1901. Koesno, nama kecil Soekarno, pun akhirnya lahir di Pandean Peneleh.

Kemudian kita melanjutkan gowes lagi yang tak jauh dari situ, yaitu Rumah HOS Cokroaminoto. Dari gang IV menuju ke gang VIII.


Rumah kediaman H. O. S. Tjokroaminoto diresmikan tanggal 27 November 2017 menjadi museum Pemerintah Kota Surabaya sekaligus sebagai destinasi wisata sejarah oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini. 

Berlokasi di Jalan Peneleh Gang VII Surabaya, rumah tersebut tidak hanya digunakan oleh Pahlawan Nasional H. O. S. Tjokroaminoto beserta keluarga sebagai tempat tinggal, namun juga sebagai tempat dimana tokoh-tokoh pergerakan dari berbagai latar belakang ideologi seperti Semaoen, Alimin, Darsono, serta Tan Malaka bertemu dan berdialog. 

Rumah HOS Tjokroaminoto terletak di Jalan Peneleh VII no. 29, Surabaya. Mengutip dari buku Surabaya Punya Cerita Vol.1 karya Dhahana Adi, rumah HOS Tjokroaminoto ini awalnya milik seorang saudagar beretnis Tionghoa. Rumah ini jarang ditempati, kemudian ditempati oleh saudagar beretnis Arab. Lalu rumah ini bernasib serupa dengan penghuni sebelumnya. Oleh karena itu, tak berapa lama rumah ini pun kembali dijual. Selanjutnya rumah ini dibeli oleh seorang bangsawan berdarah biru yang merupakan putra kedua dari Raden Mas TjokroAmiseno yaitu HOS Tjokroaminoto. 

HOS Tjokroaminoto adalah salah satu tokoh nasional Indonesia yang juga sekaligus pendiri organisasi politik Sarekat Islam. Dulunya rumah ini sering digunakan sebagai tempat rapat para tokoh nasionalis. Mereka habiskan waktu berjam-jam untuk berdialog soal ideologi bangsa hingga akhirnya tercetuslah kesamaan berpikir dalam cara menggapai kemerdekaan bangsa.

Saat di rumah HOS Cokroaminoto, terdapat secuil cerita, bahwa Sukarno menikah dengan putri HOS Cokroaminoto yang bernama Oetari, pernikahan ini lebih kepada rasa sayang seorang kakak kepada adiknya. Kemudian mereka berdua cerai. Oetari kemudian menikah dengan seorang pria bernama Bachrun Salam. Dari pernikahan dengan Bachrun Salam, Oetari mempunyai delapan anak, termasuk Harjono Sigit Bachroensalam, yang merupakan ayah dari Maia Estianty (Maya Estianti).

Harjono Sigit merupakan tokoh pendidikan di Indonesia dengan prestasi gemilang, yang dikenal sebagai ahli arsitek dengan sejumlah karya monumental. 

Beliau adalah dosen tetap di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dari tahun 1964 hingga 2005. Setelah pensiun sebagai dosen, semenjak tahun 2007, ia mengajar Pendidikan Profesi Arsitektur di ITS.

Beliau didaulat menjadi Dekan Fakultas Teknik Arsitektur ITS Surabaya pada tahun 1970 - 1974. Lalu menjadi pembantu Rektor II dan bahkan menjadi Rektor ITS. Dan menjadi Rektor ITS Surabaya pada tahun 1982 hingga 1986.

Lanjut, berikutnya kita menuju ke jalan Bubutan untuk pergi ke tujuan terakhir yaitu ke Museum Dr. Soetomo (GNI) yang berada di kompleks Pendopo Gedung Nasional Indonesia (GNI), tepatnya di Jalan Bubutan No.85-87, Surabaya, Jawa Timur. 

Museum Dr. Soetomo adalah museum khusus yang menampilkan riwayat hidup Dr Soetomo, tokoh pergerakan sekaligus salah satu pendiri organisasi Boedi Oetomo. Diresmikan oleh Walikota Surabaya Tri Risma Harini pada November 2017.

Nama Dr. Soetomo dikenal luas sebagai pendiri organisasi Boedi Oetomo, yang akhirnya jadi pelopor Hari Kebangkitan Nasional pada 20 MeiDr. Soetomo juga dikenal rame ing gawe sepi ing pamrih (banyak bekerja minim apresiasi) karena tak pernah menarik tarif periksa pada pasiennya kala itu.

Gedung 2 lantai ini menyimpan barang-barang pribadi peninggalan Dr. Soetomo. Dari koleksi semasa menjadi dokter di Rumah Sakit CBZ (Central Burgelijke Ziekeninrichting) yang lalu berubah nama menjadi Rumah Sakit Simpang (saat ini sudah menjadi gedung Plaza Surabaya), cerita mengenai perjuangan Dr. Soetomo semasa hidup, hingga pernikahannya dengan perempuan Belanda, Everdina J. Broering.

Dr. Soetomo adalah tokoh pendiri Boedi Utomo, organisasi pergerakan kemerdekaan pertama di Indonesia. Pada tahun 1903, ia menempuh pendidikan kedokteran di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA). Bersama teman-teman dari STOVIA inilah, pria yang terlahir dengan nama Soebroto ini mendirikan organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908.

Dr. Soetomo lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888. Kemudian pada tahun 1924, Soetomo mendirikan Indonesian Studyclub. Lalu, pada 1930, dia dan teman-temannya mendirikan Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935 mendirikan Partai Indonesia Raya (Parindra).

Untuk bisa masuk ke beberapa museum diatas, kita harus mendaftar terlebih dahulu secara online di https://tiketwisata.surabaya.go.id/. Ada beberapa lokasi tempat wisata yang dikelola oleh Pemkot Surabaya dalam website tersebut.

Aplikasi e-Tiket Wisata Surabaya hadir sebagai solusi bagi masyarakat untuk menikmati tempat wisata Kota Surabaya dengan kemudahan informasi pemesanan tiket berbasis online. Beberapa diantaranya gratis misalnya:

  • MUSEUM DR. SOETOMO SURABAYA
  • MUSEUM PENDIDIKAN SURABAYA
  • MUSEUM SURABAYA (GEDUNG SIOLA)
  • MUSEUM H.O.S TJOKROAMINOTO
  • MUSEUM W.R. SOEPRATMAN
  • MUSEUM OLAHRAGA SURABAYA

Ada juga yang berbayar, yaitu

  • Taman Hiburan Pantai Kenjeran
  • Wisata Perahu Kalimas Rute T. Prestasi - T. Ekspresi Musdik - T. Prestasi
  • MUSEUM SEPULUH NOPEMBER (Kompleks Tugu Pahlawan)

Namun juga ada yang saat ini masih tutup, yaitu:
  • Wisata Perahu Kalimas Rute T. Prestasi - Monkasel - T. Prestasi
  • Balai Budaya
  • Basement Alun Alun Surabaya

No comments:

Post a Comment

Related Posts