Sunday, February 2, 2020

Rezeki

Bagaimanakah konsep rezeki itu?

Rezeki ibarat hujan yang turun dari langit, manusia hanya perlu menjemputnya saja. Namun rezeki manusia itu berbeda-beda. Hal ini dikarenakan wadah mereka untuk menampung rejeki juga berbeda. Ada yang kecil, ada yang sedang, dan ada yang besar. Bahkan ada yang sangat besar.

Kotak tersebut memiliki 3 dimensi, yaitu panjang, lebar dan tinggi. 

Sehingga untuk memperbesar ukuran wadah, maka 3 dimensi juga harus dibesarkan. Panjang itu melambangkan usaha / ikhtiar dalam menjemput rejeki. Lebar kotak itu melambangkan ilmu yang dimiliki oleh seseorang. Sedangkan tinggi melambangkan ibadah dan rasa syukur yang dimiliki seseorang.

Untuk memperbesar wadah rezeki kita harus memikirkan dan menciptakan nilai tambah untuk diri sendiri dan bersyukur atas apa yang sudah didapatkan.

Sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah kedudukannya bukan pemberi rezeki, melainkan perantara datang rezeki kepada keluarganya. Karena, bekerja terutama bagi laki-laki adalah kewajiban, maka ketika dia melakukan itu maka dia mendapat pahala.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya :

“Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah dan jangalah kamu malas! Apabila kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan :’Seaindainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah : ‘Qoddarullahu wa maa sya’a fa’ala” (HR. Muslim 2664)

Tawakkal tidak menghilangkan ikhtiyar (usaha mencari rezeki).

Berserah diri, pasrah, atas apa yang telah menjadi ketentuan Allah, namun disertai dengan segala daya dan upaya. Daya dan upaya ini maksudnya adalah ikhtiar. Jadi, yang namanya tawakal itu bukan semata-mata diam. 

Kita tidak boleh berpangku tangan tanpa berusaha. Bahkan padanya terdapat perintah mencari rezeki. Karena burung tatkala keluar dari sarangnya di pagi hari demi mencari rezeki. Setiap jiwa tidak akan mati sampai dia menghabiskan semua jatah rezekinya. Sehingga siapapun yang hidup pasti diberi jatah rezeki oleh Allah sampai dia mati.

Hakikat dari rezeki adalah apa yang dikonsumsi dan yang dimanfaatkan. Sementara yang dikumpulkan oleh manusia belum tentu menjadi jatah rezekinya. Sehingga sekaya apapun manusia, atau sebanyak apapun penghasilannya, sesungguhnya dia tidak akan mampu melampaui jatah rezekinya. 

Misal, orang yang mempunyai 1 ton beras, dia hanya akan makan sepiring saja. Orang yang memiliki 100 mobil, hanya akan dapat memanfaatkan 1 mobil saja. Serta orang yang memiliki 100 rumah, hanya akan menempati 1 ruangan saja.


Sumber :

https://web.facebook.com/400794473809979/

https://www.muslimahtimes.com/hakikat-rezeki

https://kumparan.com/yusuf-mansur/berserah-diri-dan-pasrah-apa-bedanya-1t8vJMUw0zk/full

No comments:

Post a Comment

Related Posts