Friday, January 7, 2022

Perjalanan ke Pekalongan


Hari Jumat, tanggal 7 Januari 2022 aku kembali melakukan perjalanan cukup jauh menuju kota Pekalongan. Terakhir kesana adalah saat Mudik ke Pekalongan 2019 (Bagian Dua) dan sebelumnya lagi adalah saat Mudik Lebaran 2018 (Ke Pekalongan). Artinya sudah hampir 3 tahun tidak kesana.

Total perjalanan sampai hari Minggu, tanggal 9 Januari 2022, total perjalanan yang ditempuh adalah 1.175 km, dengan menghabiskan total bahan bakar pertalite setara dengan Rp 600.000 atau sebanyak 78 liter. Artinya konsumsi bahan bakar 1 liter dapat menempuh 14,9 km.

Karena perjalanan cukup panjang, jadi agar aman dan selamat selama perjalanan, kita putuskan untuk setiap 2 jam perjalanan kita berhenti di rest area untuk istirahat.

Hal ini untuk menghindari micro sleep atau highway hypnosis yaitu fenomena yang biasa dialami pengemudi saat berkendara jarak jauh dalam durasi yang cukup lama. Statisnya pemandangan lurus selama di jalan tol dapat menciptakan kondisi pengemudi menjadi jenuh dan letih, mengakibatkan pengemudi tertidur selama sepersekian detik. 

Dan sekaligus untuk menghindari Automatic Behavior Syndrome (ABS), yaitu juga fenomena yang terjadi karena pengemudi berkendara tanpa diselingi waktu istirahat. dimana jika micro sleep terjadi akibat kejenuhan rutinitas berkendara, sedangkan ABS terjadi akibat kelelahan.

Istirahat yang dilakukan mulai dari tanpa gerak badan atau stretching dan istirahat dengan gerak badan agar pengemudi tetap bugar. Rest area pertama adalah sekitar Kertosono-Nganjuk, rest area kedua di Salatiga dan yang ketiga saat dekat dekat exit Tol Pekalongan, tepatnya di Batang.


Di Pekalongan kita beristirahat ke Hotel Dafam Pekalongan yang berlokasi di Jalan Urip Sumoharjo No.53, Medono, Pekalongan Barat, Podosugih, Kec. Pekalongan Bar., Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Hotel Dafam ini telah berdiri dan beroperasi sejak tanggal 6 Februari 2012. Kita menginap pertama kali disana adalah pada tahun 2013.


Disana selain ada acara reuni SMP Sragi, tidak ada acara khusus lainnya. Sehingga untuk menghabiskan waktu kita pergi jalan-jalan di mall Transmart dan pergi ke Cafe Limun Oriental yang berada di pabrik es limun Oriental cap Nyonya. Yaitu tepatnya di jalan Rajawali Utara no.15, Pekalongan.



Selain minum 2 botol di tempat plus snack kentang dan tahu bakso, sebagai oleh-oleh kita juga beli 2 dus, dengan masing-masing dus isi 6 botol. Harganya cukup terjangkau total semuanya kita cukup membayar sekitar 150 ribu.


Pagi harinya, untuk melepas penat kita jalan-jalan di sekitar Titik Nol Pekalongan dan simpang lima Pekalongan. Di sana terdapat sebuah Monumen Juang yang berisikan 3 buah bambu dengan 10 bilah ruas yang melambangkan peristiwa berdarah 03 Oktober 1945 di tempat tersebut.


Monumen Juang ini untuk memperingati Peristiwa Berdarah 03 Oktober 1945 di Pekalongan, yaitu kisah heroik masyarakat Pekalongan dan sekitar yang ingin merdeka dari tangan penjajah asing. Semua bermula dari kabar kekalahan Jepang pada Perang Dunia kedua dengan tentara setuju terdengar pertama kali pada tanggal 14 Agustus 1945 pukul 9 malam. 

Pada tanggal 28 Agustus 1945, di Karisedenan Pekalongan dibentuklah KNID dengan ketua dr. Sumbardji, wakil ketua dr. Ma’as. Pada 28 September 1945, atas usulan KNID Pekalongan, Mr. Besar Martokusumo dilantik menjadi Residen Pekalongan oleh Presiden Soekarno, dengan usaha pertama adalah pengambil-alihan kekuasaan dari tangan Jepang. 

Pada tanggal 3 Oktober 1945, Masyarakat Pekalongan sudah berkumpul di Lapangan Kebon Rojo (sekarang menjadi Monumen), depan gedung Kempetai sejak pukul 08.00 pagi. Perundingan berjalan alot, karena pihak Jepang tidak setuju dengan tuntutan yang diajukan.

Tiba-tiba ada sekelompok orang yang bergerak menaiki pagar pemisah antara gedung Kempetai dan Kantor Residen. Seketika tentara Jepang yang berada di barisan keamanan gedung mendadak memberondongkan peluru ke kerumunan massa yang hadir. Sejumlah pemuda yang ingin mengganti bendera Jepang dengan Merah putih pun juga tak luput dari peluru yang ditembakkan tentara Jepang.

Akhirnya pada tanggal 10 Oktober 1945, Jepang meninggalkan bumi Pekalongan menuju Purwokerto, mereka dievakuasi secara diam-diam pada pukul 04.30 WIB dari Pekalongan lewat Tegal.


Sumber:
https://kotomono.co/sejarah-monumen-juang-kota-pekalongan/
https://otomotif.kompas.com/read/2022/01/06/122200815/mengenal-automatic-behavior-syndrome-penyakit-pengendara-mobil

No comments:

Post a Comment

Related Posts