Saturday, April 25, 2020

Rosenthal Effect

Pygmalion adalah sosok legendaris Siprus dalam mitologi Yunani yang merupakan seorang raja dan seorang pemahat. Kala itu membuat sebuah patung wanita yang sangat cantik dan diberi nama Galatea. Lalu Pygmalion meminta kepada Aphrodite agar patung ini menjadi manusia. Hingga akhirnya Galatea menjadi manusia dan menikah dengan Pygmalion.

Hal ini kemudian disebut dengan Pygmalion Effect, yaitu kondisi di mana orang akan menjadi sesuai dengan yang diekepektasikan kepadanya, atau dalam kata lain fenomena di mana harapan orang lain terhadap orang yang disasar mempengaruhi kinerja orang yang dituju.


Pygmalion Effect juga disebut dengan Rosenthal Effect.

Rosenthal Effect diperkenalkan oleh seorang psikolog Harvard Robert Rosenthal dengan membawa hipotesis bahwa semakin besar ekspektasi yang dibebankan kepada seseorang, maka semakin baik pula hasilnya.

Studi dilakukan dengan menguji 18 kelas sekolah dari tingkat taman kanak-kanak hingga kelas lima, dengan sebelumnya diuji kognitifnya oleh Harvard Cognitive Ability Test kemudian diberi label “bloomers.”

Para “bloomers” ini dimasukkan ke dalam kelas khusus dengan para guru yang menaruh harapan tinggi kepada mereka. Ekspektasi tinggi diberikan dalam lingkungan positif yang mendukung.

Setelah satu tahun mereka dites lagi. Hasilnya ternyata mereka melampaui kemampuan para murid yang tidak berada di dalam kelas khusus tersebut. Kemudian satu tahun berikutnya lagi setelah di tes mereka masih menunjukkan superioritas intelektual dibandingkan dengan para siswa yang duduk di kelas-kelas umum.

Para “bloomers” yang diasumsikan berinteligensi tinggi tersebut sejatinya mempunyai inteligensi biasa-biasa saja, sama dengan mereka yang duduk di kelas-kelas umum dengan ekspektasi biasa-biasa saja.

Selain lebih cerdas, siswa tersebut juga lebih bahagia, lebih punya rasa ingin tahu dan lebih aktif serta lembut berkomunikasi. Padahal perubahan yang terjadi sebenarnya hanyalah perubahan dalam cara pandang, harapan dan sikap positif guru terhadap lima siswa tersebut, daripada siswa lainnya.

Jadi optimisme dapat mempengaruhi para siswa hingga dapat meningkatkan inteligensi mereka naik 50 persen.

Dalam konteks berorganisasi, sebagai pemimpin kita bisa menggunakan Pygmalion Effect ini, set target yang tinggi, sehingga anggota tim-mu mencapai hasil yang tinggi. Sesungguhnya manusia bisa diubah sikapnya melalui cara pandang, sikap positif, maupun perilaku kita terhadap manusia atau karyawan tersebut.

Yang bisa kita lakukan adalah :
  1. Fokus dan peka terhadap kekuatan yang dimiliki.
  2. Berikan stimulant agar dapat menemukan potensi maupun bakat yang dimiliki.
  3. Berikan ruang dan agenda pembelajaran yang kondusif agar dapat tumbuh dan berkembang. 
  4. Perbesar “hasrat” atau “passion” bagi para karyawan untuk menjadi insan dan manusia terbaik dalam mengemban tugas serta tanggung jawabnya.

Sumber :
http://generasimudaid.com/index.php/news/read/152/pygmalion-effect
https://www.jenniexue.com/efek-rosenthal-ekspektasi-dan-hasil/
https://en.wikipedia.org/wiki/Pygmalion_effect
https://en.wikipedia.org/wiki/Pygmalion_(mythology)
https://medium.com/@alltopstartups/pygmalion-effect-how-expectation-shape-behaviour-for-better-or-worse-11e7e8fa7f4b
https://ilmusdm.wordpress.com/2012/05/08/rosenthal-effect-bagaimana-keyakinan-positif-bisa-mempengaruhi-orang-lain/

No comments:

Post a Comment

Related Posts